Jumat 21 Jun 2019 17:53 WIB

Sistem Zonasi Hapus Predikat Sekolah Favorit

Sistem zonasi mengutamakan jarak terdekat.

Sejumlah orang tua dan calon siswa mengantre untuk mendaftar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 (ilustrasi)
Foto: Republika/Fakhri Hermansyah
Sejumlah orang tua dan calon siswa mengantre untuk mendaftar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Ita Sari (31 tahun) sudah berdesak-berdesakan dengan ratusan warga lain pada Senin (17/6) pagi di Kantor Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. Ia tinggalkan semua keperluan dan pekerjaanya hari itu demi menanti sebuah stempel dari pihak kecamatan.

Bagi Ita itu adalah suatu yang wajar. Ia tak mengeluh. Karena ia dan ratusan warga lainnya, hendak memperjuangkan keberlanjutan sekolah anak-anak mereka. Semuanya melakukan verifikasi alamat untuk didaftarkan di SMPN sesuai sistem zonasi yang diterapkan pemerintah.

Baca Juga

Ita baru saja rampung melakukan verifikasi alamat di kecamatan pada pukul 13.00 WIB. Dengan lembaran Kartu Keluarga (KK) yang telah distempel oleh petugas kecamatan, Ita pun sedikit lega. Setidaknya satu dari tiga tahapan sudah ia tuntaskan agar anaknya bisa bersekolah di SMPN 05 Bekasi.

Ita memilih SMPN 05 itu karena hanya terpaut satu kilometer (km) dari rumahnya. Dekat sekali. "Kan sistem zonasi mengutamakan jarak terdekat," kata Ita, Jumat (21/6).

Ita juga berharap putranya bisa lebih meningkatkan kualitas belajar di sekolah yang berstatus Sekolah Rintisan Berstandar Internasional (RSBI) itu. "Nilai anak saya di SD ya menengahlah. Nah kalau masuk SMPN bagus semoga dia bisa lebih rajin," ujarnya.

Menurut Ita, sebelum ada sistem zonasi, perlu rata-rata nilai delapan hingga sembilan untuk masuk ke sekolah favorit seperti SMPN 05 itu. "Nah sekarang zonasi jadinya yang masih kurang, bisa sama-sama dengan yang sudah bagus belajarnya, sehingga akan ada motivasi bagi anak saya nantinya," kata Ita.

Tak hanya itu, sistem zonasi menurut Ita bisa mengurangi potensi kenakalan remaja seperti tawuran. "Dekat sama rumah kan sekolahnya, jadi saya bisa memantau anak saya," ucapnya.

Meski sekolah itu adalah sekolah favorit, Ita tak merasa gusar terhadap peluang anaknya diterima di sekolah itu. Jarak yang dekat membuat Ita begitu yakin.

Begitupun ketika mengetahui sekolah itu hanya menerima 300 orang siswa tahun ini. Ia tak risau. Padahal Ita mendapatkan nomor urut pendaftaran awal nomor 400 dan masih ada sekitar 200 orang lagi orang tua siswa yang mendapatkan nomor urut setelah dia.

Kamis (20/6) Ita datang ke sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Seroja, Harapan Jaya, Bekasi Utara itu. Ia tiba bersama anaknya yang hendak didaftarkan, Gerald Putra Abie (13). Semua berkas dicek begitupun jarak rumah dengan sekolah. "Pihak sekolah langsung cek lewat aplikasi google map. Terbukti jaraknya kurang dari 1 km. Berkas pun saya serahkan semua," kata dia.

Ita kini hanya perlu menanti hingga hari pengumuman tanggal 17 juli nanti. Kini penantian lebih dari dari sekadar tiga jam dalam ketidaksiapan, tapi Ita tak lagi khawatir. Ia benar-benar telah yakin anaknya akan lulus disana. "Saya enggak punya plan B," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement