Jumat 14 Oct 2016 13:42 WIB

Waspada! Ini Faktor yang Memperbesar Risiko Kanker Payudara

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Perempuan stres
Foto: wordpress.com
Perempuan stres

REPUBLIKA.CO.ID, Hingga saat ini, penyebab kanker payudara memang belum diketahui. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat membuat risiko seseorang untuk menderita kanker payudara semakin besar dan patut diwaspadai.

Salah satu faktor yang paling memengaruhi risiko kanker payudara ialah stres atau rasa tertekan. Dokter dari divisi Uji Kesehatan dan Deteksi Dini Kanker RS Dharmais Hardina Sabrida mengatakan hal ini diketahui melalui sebuah penelitian yang dilakukan oleh rekan sesama dokter di RS Dharmais. "Stres, paling tinggi pengaruhnya," ujar Hardina saat ditemui dalam Breast Cancer Awareness Month di Neo Soho Mall, Central Park.

Hardina mengatakan salah satu pemicu risiko kanker payudara ialah adanya hormon estrogen yang berlebih di dalam tubuh. Ketika perempuan stres, Hardina mengatakannhormon estrogen di dalam tubuh perempuan tersebut akan ikut meningkat.

Selain akibat stres, Hardina mengantakan peningkatan hormon estrogen juga bisa dipengaruhi dari 'luar' tubuh. Seperti dari pola makanan. Pola makan yang salah dan menyebabkan kegemukan dapat menyebabkan lemak pun bertambah di dalam tubuh. Lemak di dalam tubuh ini, Hardina mengatakan juga dapat menghasilkan estrogen.

Kadar estrogen yang berlebih di dalam tubuh perempuan berisiko dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Hardina mengatakan masalah kesehatan akibat kelebihan estrogen ini dapat ditemukan pada rahim, payudara maupun tiroid. "Kalau usia muda mungkin menjadi kista, FAM dan lainnya. Tapi usia 35 tahun ke atas 80 persen kemungkinannya menjadi kanker," jelas Hardina.

Oleh karena itu, Hardina menyarankan agar sejak dini tiap perempuan mulai melakukan upaya pencegahan kanker payudara. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup, pola makan dan pola pikir yang seimbang serta menghindari stres.

"Penyakit kanker ini tidak datang tiba-tiba, tetapi akumulasi dari perilaku kita sejak remaja. Salah satunya pola hidup yang tidak benar dan tidak seimbang," kata Hardina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement