Sabtu 02 Jul 2016 12:15 WIB

Belgia Tersingkir, Wilmots Pertimbangkan Masa Depannya di Timnas

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Bilal Ramadhan
Pelatih Timnas Belgia Marc Wilmots
Foto: EPA/UEFA
Pelatih Timnas Belgia Marc Wilmots

REPUBLIKA.CO.ID, LILLE -- Belgia tersingkir dari Piala Eropa 2016, setelah dikalahkan Wales 3-1 di perempat final turnamen di Stade Pierre-Mauroy, Lille, Sabtu (2/7). Pelatih tim nasional Belgia, Marc Wilmots, mengakui ia akan mempertimbangkan soal masa depannya di timnas usai kekalahan tersebut.

Belgia menduduki peringkat dua dunia FIFA menjelang turnamen. Namun, mereka gagal mencapai semifinal turnamen akbar di Eropa dalam 30 tahun ini.

Karena itu, Wilmots kini berada di bawah tekanan setelah gagal meraih hasil maksimal dari apa yang dianggap sebagai generai emas pemain. Setelah sebelumnya, mereka juga gagal di babak delapan besar Piala Dunia 2014.

"Tim Belgia ini adalah tim yang menuntut rasa hormat, tapi kami membiarkan segalanya pergi sedikit hari ini dan kami membayar untuk itu secara kontan. Saya akan mengambil sikap. Saya sudah katakan saya akan membuat keputusan setelah Piala Eropa," kata Wilmots, dilansir dari Sky Sports, Sabtu (2/7).

Meskipun kecewa, namun Wilmots menilai finis di perempat final merupakan hasil yang patut dihargai bagi para pemainnya. Menurutnya, timnya berada di antara tim-tim yang mampu lolos dengan semua cara.

Sebelumnya dua tahun lalu, ia pernah mengatakan Belgia harus mencapai perempat final. Ia mengatakan tentu ia menginginkan timnya terus melaju karena mereka adalah tim yang kompetitif. Namun dengan tersingkir, tentu saja para pemain juga kecewa.

"Saya ingin mengatakan mereka tahu bagaimana bermain sepakbola dan mereka memiliki bakat bagus di sana, jadi mereka sudah melakukan dengan baik," jelasnya.

Menurutnya, hasil tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Tim asuhannya terlalu banyak membuat kesalahan saat melawan Wales yang dinilainya tim yang sangat bagus. Padahal, kata dia, para pemain Belgia mampu bermain lebih baik. Namun, Wilmots tak bisa menjelaskan mengapa timnya tetap berjatuhan.

"Mungkin kami menjatuhkan terlalu dalam dan takut akan ruang di belakangnya. Di sana anda memerlukan banyak karakter," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement