Sabtu , 09 Jan 2016, 02:47 WIB

Tegaskan Pasokan Aman, Kementan Tinjau Petani Garut Panen Cabai

Rep: Sonia Fitri/ Red: Andi Nur Aminah
informasi-budidaya.blogspot.com
Petani Cabai (ilustrasi)
Petani Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan pasokan cabai tersedia di awal 2016. Saat ini petani cabai mulai melakukan panen, di antaranya di kawasan Kampung Citatah, Desa Cimahi Kecamatan Caringin Kabupaten Garut Jawa Barat. 

Jumat (8/1) petani memanen cabai keriting di atas lahan seluas 300 hektare. Setiap hektar lahan tersebut menghasilkan 12 hingga 16 ton cabai keriting.

"Petani di daerah ini 70 persen menanam cabai di atas lahan sekitar 180 hektare, hari ini ada panen 300 hektare," kata Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Yanuardi. 

Petani di kawasan tersebut berjumlah 750 kelompok tani. Satu kelompok tani terdiri dari 35 orang. 

Kementan mencatat produksi cabai nasional surplus pertahunnya. Kebutuhan sebanyak 1,17 juta ton sedangkan produksi 1,22 juta ton diperoleh dari Jawa, Sumatra, Bali dan Lombok. Namun, diakuinya terdapat bulan-bulan rawan pasokan yakni ketika kemarau dimulai Juli. 

Karena itu terdapat pengaturan pola produksi per bulan yang menyesuaikan kebutuhan. Termasuk diatur pula agar petani didorong menanam di bulan-bulan panas. Salah satunya dilakukan dengan mencanangkan gerakan irigasi tetes. 

Petani Cabai setempat, Rasidin (49 tahun) mengaku kerap kesulitan air ketika menanam. Pasokan air terbatas dan berasal dari sumur-sumur yang dibuat secara mandiri. Sisanya, petani membeli air dari sungai sekaligus membayar biaya pengangkutannya Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per drum. 

"Makanya kita berharap pemerintah bisa membantu menyediakan air, misalnya dengan membuat sumur dan pompa," katanya. Sampai saat ini, ia mengaku belum memeroleh bantuan dari pemerintah.

Petani lainnya, Wawan (40) bercerita, rata-rata petani memiliki lahan untuk ditanami cabai seluas 0,5 hingga 1 hektare. Modal mereka menanam Rp 40 juta per musim dengan keuntungan panen berfluktuasi "Kadang kalau untung bisa sampai Rp 30 juta, tapi kalau rugi bisa tidak balik modal," katanya.

Ia sepakat, bantuan pemerintah yang paling utama untuk wilayah tersebut yakni ketersediaan air. Jika tidak dengan membuat sumur, bantuan diharapkan diperoleh dalam bentuk infrastruktur guna melancarkan distribusi jalur usaha tani ke kota.

 

 

 

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan