Ahad 07 Jun 2015 06:05 WIB

Ketika Cinta Harus Mengalah

Red: M Akbar
Cinta pria dan wanita/ilustrasi
Foto: veronikalove.com
Cinta pria dan wanita/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hernawati, SE

Inilah ketulusan cinta seorang wanita pada pria beristri. Kisah cinta dua anak manusia yang tak bisa saling memiliki, antara Rose dan Hendro. Rose adalah wanita tegar nan cantik. Hendro, seorang pria beristri yang sesungguhnya bukanlah lelaki bermata keranjang. Keduanya telah dipertemukan tanpa kesengajaan dalam lingkungan kerja.

Hendro membutuhkan kehadiran Rose untuk tempat berbagi. Ia juga butuh seorang teman hidup untuk mengurangi tumpukan masalah pekerjaan yang kerap menguras otak. Hendro melihat Rose tak cuma sekedar kecantikannya tapi juga karena kemandiriannya.

Singkat kata singkat cerita, tumbuhlah cinta diantara keduanya. Cinta keduanya bak gayung bersambut. Sebuah momentum kian merekatkan dan menyatukan keduanya. Saat Hendro sakit, Rose merawat dengan penuh ketulusan dan kasih sayangnya.

Tak ada keluh kesah terucap dari Rose. Kesetiaan Rose itulah yang menyemaikan benih cinta. Rose selalu menemani Hendro sepulang kerja. Rose kerap pula melayani keperluan Hendro dengan sepenuh jiwa raga dan kesabaran seluas samudera.

Sayangnya babakan itu tak berlangsung lama. Semuanya berubah seketika ketika Hendro harus pulang ke rumah istri pertamanya. Tak dapat dipungkiri, rasa sepi menghantui Rose. Tapi komunikasi keduanya tak terhenti meski secara fisik tak bertemu. Berbalas pesan tersampaikan lewat SMS dan BBM untuk tetap mengisi hati keduanya.

Tapi di saat Hendro berada di ruang tamu rumahnya, terjadilah hal yang tak pernah diinginkannya. Istri resmi Hendro memergoki isi BBM yang berisi percapakan suaminya dengan Rose. Hendro berusaha cepat menutup percakapan melalui BBM itu. Sungguh sial saat itu bagi Hendro. Gadget Blackberry yang digenggamannya mengalami error. Terkuaklah hubungan terlarang Hendro dengan Rose.

Ibarat petir menggelegar, amarah istri Hendro membuncah. Tapi ikatan resmi tetap berusaha terikat erat. Dan sejak kejadian itu, Hendro tak bisa lagi menemui Rose. Ruang gerak Hendro menyempit. Pengawasan menjadi kian melekat. Dilema menjalar.

Tapi Hendro harus tunduk pada sang istri yang mengawasinya. Sebuah alasan mengemuka. Nama baik yang telah tertanam di masyarakat membuat Hendro tak mau bersalah untuk kali kesekian. Apalagi Hendro adalah orang yang punya nama di negeri ini.

Nun di seberang sana, kerinduan tak terelakkan di hati Rose. Sebuah rindu yang hanya bisa dirasa, tanpa bisa terucap. Tapi Rose paham, inilah hubungan yang memang tak harusnya saling memiliki.

 

Sampai suatu waktu kecelakaan menimpa Rose. Kecelakaan itu berujung maut bagi Rose. Hendro tak bisa berbuat apa-apa. Kepedihan menyayat hati Hendro. Sekali lagi, semuanya hanya bisa terendap di dalam hati. Sesekali saja rindu itu bisa terobati tat kala membuka foto Rose yang terselip di dalam dompetnya. Sebuah keabadian dalam foto dengan kalimat,''Cinta tak selamanya memiliki. Biarlah cintamu abadi di dalam hatiku dan dalam keabadian.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement