Jumat 05 Jul 2013 01:46 WIB
Sambut Ramadhan

Impor Sapi Bukan Solusi Penuhi Stok

Impor sapi ilegal
Foto: Edwin/Republika
Impor sapi ilegal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kebijakan pemerintah menginstruksikan Perum Bulog mengimpor 3.000 ton daging sapi beku dinilai bukan solusi untuk menjawab masalah kebutuhan masyarakat. Importasi juga tak efektif untuk menstabilkan harga daging yang saat ini berada di atas ambang batas harga wajar.

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Nunung Nuryartono, mengatakan, kenaikan harga daging dan sembako yang saat ini terjadi lebih dipengaruhi permainan pasar. “Dan, kenaikan harga itu terus berulang setiap tahun saat puasa tiba,” kata Nunung seusai diskusi “Kenaikan BBM dan Dampaknya terhadap Harga Bahan Pangan” di Jakarta, Kamis (4/7).

Masalah fluktuasi harga, kata dia, memang dikendalikan pasar. Kenaikan yang terjadi menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri pun seakan menjadi rutinitas yang bergerak di luar logika ekonomi. Logikanya, harga akan naik manakala ketersediaan barang tidak mencukupi kebutuhan yang ada. Padahal, sangat jarang Indonesia mengalami ketidakcukupan bahan pangan.

Nunung pun menyebutkan, kenaikan harga sembako dan daging merupakan bentuk cari untung para pedagang. Tren kenaikan harga jelang Ramadhan sama halnya dengan tren kenaikan harga sebelum pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Jadi, mereka bersiap-siap sebelum harga benar-benar melonjak.”

Menurut Nunung, setiap kementerian harus bersinergi agar lonjakan harga dan stabilitas pasokan pangan bisa dijaga saat Ramadhan tiba. Misalnya, Kementerian Pekerjaan Umum mengurusi masalah irigasi, Kementerian Keuangan mencari postur anggaran yang tepat, dan Kementerian Perhubungan mengurusi masalah distribusi.

Kepala Divisi Perdagangan Perum Bulog Bubun Subroto menegaskan, Perum Bulog akan mengimpor 3.000 ton daging sapi beku dari Australia untuk mengantisipasi lonjakan permintaan saat puasa. Tahap awal pengiriman pada pekan pertama Ramadhan.

Menurut Bubun, importasi daging yang dilakukan Bulog merupakan instruksi dari pemerintah agar tak terjadi lonjakan harga terlalu tinggi. “Tahap awal nanti 1.000 ton terlebih dahulu,” katanya.

Bulog kini sedang mengusahakan pengadaan gudang pendingin untuk menyimpan daging. Pendingin diperlukan agar manajemen stok berjalan dengan baik dan tertata. Sudah ada pihak swasta yang mengajukan diri menyediakan pendingin daging untuk Bulog.

Selain impor daging beku itu, Bulog juga akan melakukan operasi pasar secara rutin menjelang puasa dan selama Ramdhan. Dengan langkah itu, Bulog berharap harga pangan di pasar bisa stabil.

Peneliti di bidang pengembangan hasil penelitian Kementerian Pertanian Sri Hery Susilowati menyatakan, Indonesia tak mungkin menghapus impor produk pertanian lantaran terikat pada peraturan organisasi dunia. Selain karena persediaan daging yang masih berbanding terbalik dengan permintaan, kata Sri, Indonesia sebagai negara yang bergabung di organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO) tak bisa menutup keran impor dari negara lain.

Menurut Sri, dua alasan tersebut menjadikan impor produk pertanian tak mungkin ditutup. Apabila ditutup sepihak, negara lain akan membalas dendam dengan tak menutup keran impor dari Indonesia.

Namun demikian, ekses kerja sama antarnegara seharusnya bisa diantisipasi Pemerintah Indonesia dengan membuat perlindungan harga terhadap produk dalam negerinya. “Jadi, produk dalam negeri tetap bisa selamat di tengah terjangan produk asing,” katanya.

Dia pun mengimbau kepada para produsen dalam negeri (petani, peternak) agar terus meningkatkan kualitas produknya apabila pemerintah memberlakukan perlindungan harga. Peningkatan kualitas produksi semata agar produk nasional tidak dipandang sebelah mata dan mempunyai daya saing di tingkat regional dan global. n aldian wahyu ramadhan ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement