Jumat , 16 Sep 2016, 22:32 WIB

Menpar Ubah Strategi Respons Efisiensi Anggaran

Red: Angga Indrawan
Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Rakornas Pariwisata III di Ecovention, Anciol
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Rakornas Pariwisata III di Ecovention, Anciol

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan pihaknya mengubah strategi promosi pariwisata Indonesia guna merespons kebijakan efisiensi anggaran.

"Jadi sebelumnya, anggaran yang ada dialokasikan untuk 50 persen branding, 30 persen advertising, dan 20 persen selling, sekarang diubah," kata Menteri Arief Yahya di Jakarta, Jumat malam.

Pihaknya mengubah kebijakan menjadi memperbanyak persentase untuk kegiatan selling atau penjualan. Kemenpar pun menerapkan kebijakan branding 20 persen, advertising 30 persen, dan selling 50 persen.

"Untuk jangka pendek ini bagus tapi untuk jangka panjang kurang ideal," katanya.

Menurut dia, pariwisata memerlukan branding yang kuat agar bisa mendatangkan dampak yang positif dalam jangka panjang.

"Menteri yang baik itu mewariskan brand yang kuat untuk penerusnya," katanya. Namun ia menegaskan hal itu terpaksa dilakukan sebagai respons terhadap keadaan yang saat ini menerapkan kebijakan pengetatan anggaran.
Untuk tahun depan, pihaknya berharap anggaran promosi pariwisata bisa tetap sama seperti benchmark-nya atau seperti negara-negara lain menganggarkan biaya promosinya.

"Negara lain menganggarkan dua persen dari proyeksi devisa atau 20 dolar AS per wisman," katanya. Kemenpar terkena pemangkasan anggaran pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Kementerian itu mengalami pemotongan sebesar Rp 1,2 triliun, sehingga anggarannya turun dari Rp5,4 triliun menjadi Rp 4,2 triliun. Meski begitu sampai akhir tahun ini, target kunjungan wisman tidak dikoreksi atau tetap 12 juta orang.