Jumat 30 Nov 2012 16:13 WIB

Oki Setiana Dewi dan Joserizal, Dua 'Dunia' Satu Agenda

Joserizal dan Oki Setiana Dewi di acara MY Night garapan Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) Sabtu-Ahad (24-25/11).
Foto: Nur Afilin
Joserizal dan Oki Setiana Dewi di acara MY Night garapan Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) Sabtu-Ahad (24-25/11).

Sebagaimana biasanya, agenda utama Muslim Youth Night (MY Night) garapan Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) Sabtu-Ahad (24-25/11) lalu, kembali hadir menyapa hangat sahabat RISKA. Bertajuk “Sang Inspirator; Breaking The Rules”, RISKA mengemas acara utama menjadi dua sesi. Masing-masing sesi tampak berhasil menarik perhatian seluruh peserta yang rata-rata masih muda.

Di sesi pertama, panitia menyuguhkan talkshow interaktif dengan dua pembicara. Dua tokoh ini terlihat mewakili dua “dunia” yang berbeda. Ya, kedua tokoh tersebut ialah dr. Joserizal, Sp.O.T dan Oki Setiana Dewi.

Mengapa saya mengatakan berasal dari dua “dunia” berbeda? Seperti kita ketahui, dr. Joserizal dikenal sebagai dokter bedah dan ortophedi, yang lebih memilih mengabdi di daerah konflik di mana notabene banyak dihindari orang? Di sisi lain, OSD (begitu belakangan ini masyarakat menyingkat nama Oki Setiana Dewi) terkenal sebagai aktris Muslimah muda yang naik daun pasca booming film "Ketika Cinta Bertasih (KCB)" 1 dan 2.

Bukannya saat ini banyak masyarakat kita yang ingin seperti OSD, yaitu dikenal banyak orang? Terlepas dari itu, keduanya mengakui, bahwa yang mereka lakukan di “dunia” masing-masing ialah sebagai bentuk ungkapan syukur dan ibadah kepada Allah SWT. Maka, tepatlah bila kedua tokoh ini bisa dijadikan contoh pribadi yang menginspirasi.

Dalam penuturannya, dr. Joserizal menceritakan sejarah berdirinya Medical Emergency Rescue-Committee (MER-C), filosofi, dan pengalamannya selama ini. Dengan mengedepankan prinsip menolong mereka yang “paling terluka dan paling terlupakan”, dr. Joserizal beserta teman-temannya di MER-C tercatat telah mengabdi di banyak daerah konflik, tak terkecuali Palestina. Tak hanya itu, ia pun menceritakan bahwa MER-C tengah mengupayakan berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang merupakan hadiah dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina. 

“Kami tak menggantungkan dana dari pemerintah Indonesia untuk hal ini (pembangunan rumah sakit di Gaza),” aku dr. Joserizal.

Ketika ditanya bagaimana caranya istiqomah dalam perjuangan yang tak ringan ini, dr. Joserizal menyebutkan bahwa "kesabaran" dan "keikhlasan" merupakan kata kuncinya. Semua kegiatan akan ringan saja dilakukan jika dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan dibarengi dengan kesabaran, jelasnya. “Jihad profesional” begitu dia biasa menyebut aktivtas yang dilakoninya saat ini.

Tak pelak apa yang dilakukan dr. Joserizal ini memang patut kita jadikan inspirasi dalam hidup. Mungkin salah satu nilai yang bisa kita ambil darinya ialah: Bila sewaktu-waktu kita diperlukan keluar dari zona nyaman demi kebaikan, maka jangan ragu untuk melangkah keluar.

Sementara itu, OSD mengaku tidak masalah dengan keberadaanya dalam dunia yang amat identik dengan hura-hura dan kehidupan glamor ala artis tanah air. Pun begitu dengan pilihan pribadinya untuk mengenakan jilbab dalam setiap aktivitasnya, termasuk saat berurusan dengan dunia “hiburan”. Dia tetap pede dan bangga menunjukkan identitas kemuslimahannya.

Dara kelahiran 13 Januari 1989 ini mengatakan, bahwa dengan tetap memegang prinsip pergaulan dalam Islam dan menunjukkan identitas sejatinya, tak ada hal yang perlu terlalu dirisaukan. “Saya meyakini kebenaran perintah sekaligus janji Allah SWT dalam QS Al-Ahzab: 59 bahwa jilbab justru menghindari kita dari gangguan orang-orang di sekitar kita,” papar wanita jebolan S1 Sastra UI ini. Ketika ditanya mengenai apa yang masih menjadi targetannya ke depan, mahasiswi S2 UNJ ini mengaku, menjadi penolong agama Allah sesuai dengan peran dan kemampuannya adalah jawabannya. 

Usai sesi talkshow, acara dilanjutkan dengan tanya jawab dan penyerahan bantuan donasi dari beberapa remaja masjid di Jakarta seperti: RISKA, RICMA, PRISMA, dll. kepada MER-C yang diwakilkan oleh dr. Joserizal. Kemudian, peserta diberi waktu rehat sekitar 30 menit.

Sesi kedua, yaitu tausiyah oleh Ust. Bendri Jaisyurrahman juga tak kalah menarik. Dengan pembawaan materi kalem, kocak, dan sarat referensi, Ust. Bendri berbagi nasihat dengan tema “Inspirator dalam Islam”. Baginya, kunci seorang inspirator dalam Islam ialah mereka yang paling dekat dengan Alquran.

"Paling dekat" di sini bermakna yang paling bisa merepresentasikan isi Alquran ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, menurutnya Nabi Muhammad Saw, para sahabat, dan generasi-generasi terbaik Islam adalah contoh inspirator paling unggul.

Tak mengherankan memang, karena sudah terbukti bahwa segala inspirasi yang berkeliaran di sekitar kita sejatinya telah tercatat dalam ajaran Islam yang salah satu sumber utamanya ialah Alquran. “Dan inspirator dalam Islam itu selalu memiliki dua ciri utama. Pertama, masa hidupnya menjadi keberkahan bagi orang lain. Kedua, kematiannya juga menjadi pelajaran berharga bagi orang beriman,” lanjut Ust. Bendri.

Maksudnya, selama hidupnya segala aktivitasnya selalu diorietasikan untuk sebanyak mungkin kepentingan orang lain. Dia tak egois, sibuk dengan kepentingannya sendiri. Adapun mengenai kematian yang menjadi pembelajaran, sudah banyak dicontohkan para pendahulu kita yang shalih. Tak hanya kehidupannya yang sarat akan makna, kematian seorang inspirator pasti meninggalkan jejak-jejak yang akan diteladani oleh kaum Muslimin.

“Maka, memperbaiki hubungan kita dengan Alquran menjadi agenda penting, jika kita menginginkan hidup dan mati kita lebih bermakna,” tutup Ust. Bendri.

Semoga dengan menyimak sekilas ulasan dr. Joserizal, OSD, dan Ust. Bendri di atas, menjadikan diri kita pribadi menginspirasi selanjutnya. Aamiin.

MI SSE, 12 Muharram 1434 H/ 26 November 2012 M

Nur Afilin

Mahasiswa

Pengadegan, Pancoran, Jaksel

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement