Jumat 21 Jan 2022 09:36 WIB

Kemenag Segara Luncurkan Alquran dengan Bahasa Isyarat Bagi Teman Tuli

Alquran dengan bahasa isyarat untuk teman tuli akan diluncurkan Kemenag.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Kemenag Segara Luncurkan Alquran dengan Bahasa Isyarat Bagi Teman Tuli. Foto:    Kepala LPMQ Muchlis M Hanafie
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kemenag Segara Luncurkan Alquran dengan Bahasa Isyarat Bagi Teman Tuli. Foto: Kepala LPMQ Muchlis M Hanafie

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) akan segera meluncurkan Alquran bagi Teman Tuli. Nantinya, Alquran tersebut akan berisi visualisasi atau simbol-simbol bahasa isyarat.

"Pekan kedua Februari kami akan finalisasi draft buku pedoman membaca dan menulis Alquran dalam bahasa isyarat," ujar Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kemenag, Dr Muchlis Hanafi, saat dihubungi Republika, Rabu (19/1).

Baca Juga

Tak hanya itu, di waktu yang sama pihaknya disebut akan mulai menyusun buku iqro dan juz amma dalam bahasa isyarat. Jika berdasarkan target, pada Agustus 2022 baru akan dilakukan peluncuran resmi pedoman, iqro dan juz amma tersebut.

Ia menyebut LPMQ Kemenag telah melakukan komunikasi dengan pihak terkait untuk proses penerbitan ini, termasuk Kementerian Pendidikan, sejak 2020.

Hal ini dilakukan atas permintaan komunitas penyandang disabilitas, terutama tuna rungu wicara. Dari hasil pertemuan dan pembahasan, ternyata ditemukan adanya kebutuhan mendesak terhadap standardisasi Alquran dalam bahasa isyarat.

"Lalu pembahasan berkembang pada kebutuhan mereka akan pemahaman terhadap konsep-konsep dasar keislaman dalam bahasa isyarat," lanjut dia.

Selama proses perancangan tersebut, Ustaz Muchlis menyebut pihaknya melakukan kerjasama dengan berbagai komunitas dan lembaga, baik swasta seperti yayasan dan pesantren, serta pemerintah.

Secara akademik, LPMQ disebut didampingi oleh ahli dari jurusan pendidikan khusus, yakni Univ Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Terkait kendala, ia menyebut ada banyak tantangan yang dihadapi selama proses penyusunannya. Sejauh ini, ia menilai tidak mudah membangun komunikasi untuk menyeragamkan berbagai komunitas penyandang disabilitas yang sudah lama eksis.

"Kendalanya banyak, tidak mudah membangun komunikasi untuk menyeragamkan berbagai komunitas penyandang disabilitas yg sudah eksis selama ini. Selama ini mereka punya metode sendiri-sendiri," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement