Kamis 11 Jun 2020 22:23 WIB

Ini Alasan Makassar Dinilai Belum Bisa Jalankan New Normal

New normal belum bisa dijalankan karena yang terkonfimasi positif masih tinggi.

Pengemudi melintas di dekat spanduk penolakan mengikuti tes diagnostik cepat (Rapid Test) Covid-19 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Pengemudi melintas di dekat spanduk penolakan mengikuti tes diagnostik cepat (Rapid Test) Covid-19 di Makassar, Sulawesi Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Rektor Universitas Indonesia Timur (UIT) Andi Maryam berpendapat Kota Makassar harus berbenah dan memperkuat sinergitas apabila ingin menuju kehidupan normal baru. Kota Makassar merupakan salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai episentrum penyebaran Covid-19.

"Kalau melihat grafik terjadi kemarin, tentu new normal belum bisa dijalankan, karena yang terkonfimasi positif masih tinggi," katanya saat mengikuti web seminar (Webinar) digelar I News di Makassar, Kamis (11/6).

Baca Juga

Menurutnya, bila kurva peningkatan jumlah terinfeksi masih tinggi, tentu dibutuhkan peran semua pihak. Pemerintah kota maupun pemerintah provinsi dan pihak terkait saling bersinergi bersama-sama memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.

Selain itu, untuk menuju kehidupan normal baru, kata dia, beberapa aspek penting yang harus diperhatikan, seperti perilaku, adanya budaya baru, serta fasilitas penunjang baru dalam menjalani itu. Sebab, ada banyak kepentingan yang akan berjalan saat penerapan kebijakan itu.

"Harus ada pendekatan edukatif oleh jajaran perangkat pemerintah lebih massif kepada masyarakat soal virus corona. Memastikan fasilitas kesehatan termasuk tenaga kesehatan dilengkapi APD, serta paling penting bahu membahu memutus mata rantai penyebarannya," ujar dia.

Maryam menambahkan, kondisi Kota Makassar saat ini menjadi sorotan atas penanganan Covid-19. Munculnya infomasi hoaks atau sesat menyalahkan pemerintah, pada berbagai kasus seperti membawa paksa jenazah di rumah sakit, tudingan nakes berbisnis hingga meningkatnya angka positif, harus segera direspon agar tidak menjadi liar.

"Pemerintah dimohon segera membantah berita-berita hoaks itu dan harus disampaikan secara resmi dan massif agar tidak menjadi liar, ini demi menjaga kepercayaan masyarakat kita di tengah menghadapi pandemi. Bila tidak, maka normal baru akan menjadi tanda tanya," tambah dia menyarankan.

Sekertaris Daerah (Sekda) Pemprov Sulsel Abdul Hayat Gani menyampaikan pemerintah sudah melakukan upaya semaksimal mungkin menekan penyebarannya. Namun dari sisi koordinasi serta kebijakan yang dikeluarkan provinsi terkadang tidak sejalan dengan Pemkot Makassar.

Selain itu, aksi yang dilaksanakan Pemkot Makassar di lapangan sebagai garda terdepan telah didorong untuk selalu berkoordinasi dengan Pemprov Sulsel. Begitupun administrasinya agar memperhatikan kebijakan Pemprov Sulsel maupun pusat, tetapi terkadang ada saja kesalahan komunikasi.

Hal ini berkaitan dengan pemahaman masyarakat soal virus corona yang memerlukan edukasi secara massif agar kejadian serupa tidak berulang. Dengan demikian, Makassar bisa menuju kehidupan normal baru.

"Untuk itu harus dibentuk tim dan selalu berkoordinasi. Ada tim yang ditempatkan di sana untuk pendekatan persuasif dan psikologis kepada mereka," ujar Sekda.

Pejabat Wali Kota Makassar Yusran Jusuf, dalam kesempatan itu mengklaim dari 1.187 pasien terkonfimasi positif, sebanyak 47,5 persen atau 475 orang pasien dinyatakan sembuh. Penambahan jumlah pasien selama beberapa hari terakhir, ungkap dia, bukan hanya karena mobilitas warga cukup tinggi, melainkan juga hasil dari rapid test massal di pasar dan enam kecamatan wilayah episentrum beberapa waktu lalu.

Sedangkan upaya yang telah dilakukan, lanjutnya, dengan membentuk tim pada kelompok rentan seperti lansia atau orang tua berpenyakit serta pengawasan terhadap mobilitas warga. Tidak hanya itu, lurah, camat, RT, RW dan LPM telah diturunkan untuk memberikan edukasi secara massif di tengah masyarakat.

"Pengawasan dari gugus tugas ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan imunitasnya. Sangat penting membangun kedisiplinan bersama-sama. Kalau tingginya angka positif dari rapid test, itu bagus, karena mudah kita tracking dan mendeteksi dini siapa saja yang sudah terpapar untuk ditangani segera, agar tidak menjadi penyebar," ujar Yusran.

Mengenai dengan target menuju normal baru, tambah Yusran, saat ini reproduksi (Rt) status belum dibawah satu, atau masih ditingkat 1,123. Artinya, belum bisa diterapkan dalam waktu dekat.

Dekan Fakultas Teknologi Industri UMI Makassar, Zakir Sabar mengungkapkan pemprov dan pemkot harus bersinergi bersama menangani wabah corona. Ia berharap pejabat wali kota bisa membuat skenario penanganan wabah agar lebih tepat dan cepat.

"Kalau melihat kondisi Kota Makassar saat ini, hampir semua pusat perbelanjaan buka, geliat ekonomi jalan, bahkan aktivitas warga sudah terlihat normal, padahal Makassar masuk zona merah episentrum Covid-19. Pejabat Wali Kota harus peka terhadap kondisi ini," ungkap dia menegaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement