Kamis 16 Sep 2010 06:36 WIB

Belanja Bisa Kurangi Stres, Benarkah?

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
ilustrasi
Foto: dailymail
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Diluar sisi negatifnya berupa pemanjaan terhadap naluri konsumtif seseorang, berbelanja memiliki efek positif terhadap psikologis manusia. Sebuah studi mengungkap berbelanja secara signifikan memberikan ketenangan dan kenyamanan kepada seseorang.

Efek tersebut disimpulkan peneliti sama dengan pasangan suami istri yang melakukan hubungan seks. Karena itu, peneliti menyarankan kepada individu untuk berbelanja ketika ingin menghilangkan stres. Namun, perlu dicatat, penelitian ini dilakukan dengan responden yang berasal dari kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi yang mapan.

Sebelumnnya, Tim riset University of Westminster mengadakan sejumlah riset untuk memperoleh cara meredakan aktivitas otak saat menghadapi tekanan emosional. Oleh peneliti, partisipan yang turut serta dalam riset diberikan alternatif pilihan cara meredakan stres berupa menonton film porno atau berbelanja.

Setelah dianalisis, partisipan justru sebagian besar memilih untuk berbelanja ketimbang menonton film porno. Hasil analisis itu merupakan kesimpulan tim riset ketika memonitor pergerakan mata dan respons emosional tubuh 50 partisipan setiap harinya.

Selain memberikan pilihan cara, tim riset juga melakukan sejumlah percobaan kepada partisipan yang memilih berbelanja sebagai cara menghilangkan stres. Oleh peneliti, partisipan diberikan semacam kartu diskon atau voucher produk bermerk. Di sisi lain, peneliti juga tidak memberikan kartu diskon atau voucher kepada partisipan.

Dengan mengenakan alat penanda respons emosional tubuh manusia, iMotion, peneliti memberikan penilaian respons partisipan melalui skala 1 hingga 10. Dari catatan peneliti diketahui partisipan yang menonton film porno sebagai cara meredakan stres mendapati skor 5 dan 7. Sedangkan partisipan yang memilih berbelanja mendapatkan skor 5 hingga 8.

Colin Harper, salah seorang peneliti dari Institute of Promotional Marketing mengatakan terlalu dini untuk mengetahui hubungan antara emosional yang tinggi dengan peningkatan penjualan. Menurut dia, pakar marketing percaya rata-rata konsumen segera memutuskan membeli sesuatu dalam dua detik ketika melihat sesuatu yang menonjol pada sebuah produk.

Persoalannya, kata dia, konsumen lebih banyak membeli ketika masa promosi sudah lewat. "Hal itu merupakan pertanyaan besar," ujarnya. Secara terpisah Jon Ward, pengamat perilaku konsumen menilai sulit untuk menahan konsumen untuk lebih lama melihat paket yang ditawarkan.

sumber : Daily Mail
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement