Tim Gabungan Amankan Penyelundupan Baby Lobster

Benih diselundupkan dengan modus barang bawaan penumpang keluar negeri.

bea cukai
Petugas gabungan Tim Bea Cukai Makassar dan Tim Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Makassar, Kepolisian Daerah Sulsel, dan Aviation Security berhasil menggagalkan penyelundupan ribuan benih lobster.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,  MAKASSAR -- Petugas gabungan Tim Bea Cukai Makassar dan Tim Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Makassar, Kepolisian Daerah Sulsel, dan Aviation Security berhasil menggagalkan penyelundupan ribuan benih lobster. Benih diselundupkan dengan modus barang bawaan penumpang keluar negeri.

Barang dibawa oleh WNI asal Makassar dengan tujuan Singapura yang akan dibawa dengan pesawat Silk Air pada Ahad (8/9) di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Berawal dari pengawasan BKIPM Makassar yang sedang bertugas di bagian x-ray mencurigai adanya indikasi penumpang menyelundupkan lobster dalam koper yang akan dibagasikan.

Tim gabungan memeriksa lebih lanjut dan kedapatan ditemukan  benih lobster di dalamnya. Sebanyak 19.253 ekor benih lobster berhasil diamankan petugas.

"Terdiri dari 13.477 ekor benih lobster mutiara dan 5.776  ekor benih lobster pasir yang  dikemas ke dalam 23 bungkus kantong plastik yang telah diisi spons basah dan oksigen,” ungkap Kepala Kantor Bea Cukai Makassar, Gusmiadirrahman.

Baca Juga

Untuk mengelabui petugas, pelaku mencampur kemasan lobster tersebut dengan kerupuk, mie instan dan sendal jepit didalam satu koper bagasi. Nilai jual secara keseluruhan dari barang bukti tersebut ditaksir mencapai 3,5 miliar rupiah.

Dalam kasus ini, pelaku diserahkan dan telah dalam penanganan Polda Sulsel. Setelah penggagalan penyelundupan ini, ribuan baby lobster tersebut akan dilepaskan langsung ke habitatnya agar populasinya tetap lestari di alam.

“Sinergi ini sangat berguna untuk melindungi sumber daya perikanan perairan Indonesia dari hal-hal yang dapat merugikan penerimaan negara maupun ekosistem perikanan,” kata Gusmi.

 
Berita Terpopuler