Kala Dalit dan Muslim Tumbangkan Modi di Rumah Kuil Rama

Sentimen nasionalisme Hindu jadi bumerang bagi Modi di Uttar Pradesh.

AP Photo/Altaf Qadri
Umat Islam memeriksa nama mereka di daftar pemilih saat mereka tiba untuk memilih di desa Nahal, negara bagian Uttar Pradesh, India, pada 26 April 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, UTTAR PRADESH – Meski masih mendapat suara mayoritas, Partai Bharatya Janata (BJP) yang beraliran Hindu nasionalis mendapat pukulan telak dan kalah di wilayah Uttar Pradesh. Pemilih dari kasta terendah Hindu, Dalit, kasta terbelakang lainnya (Other Backward Classes/OBC) dan Muslim berbondong-bondong menjatuhkan kekuasaan PJB di wilayah itu.

Uttar Pradesh adalah negara bagian yang meliputi Ayodhya di Faizabad, lokasi tempat Masjid Babri dihancurkan ekstremis Hindu pada 1992 untuk kemudian dibangun Kuil Rama diatasnya. Pada 2002, kerusuhan yang melibatkan ekstremis Hindu yang pulang dari Ayodhya meluas ke Gujarat yang kala itu dipimpin Narendra Modi. Sekitar 2.000 orang tewas, kebanyakan Muslim.

Empat bulan lalu, Modi menggenapi misi lamanya. Ia akhirnya meresmikan Kuil Rama yang megah di Faizabad, di lokasi dulu Masjid Babri dibom berkeping-keping. Ribuan orang menghadiri helatan tersebut.

Dengan peresmian itu, pandit politik di India memerkirakan BJP akan menang besar di Uttar Pradesh. Dalam dua pemilu sebelumnya, menaiki gelombang sentimen Hindutva, BJP berhasil mendapat 71 kursi pada 2014 dan 62 kursi pada 2016. Jumlah itu signifikan menjadikan BJP mayoritas dalam parlemen berjumlah sekitar 500 orang.

Kemudian datang pemilu tahun ini. BJP mengajukan 80 calon anggota legislatif (caleg) dari Uttar Pradesh. Usai perhitungan, hasilnya mengejutkan. Hanya 33 kursi mereka dapatkan, hilang separuh dari raihan dua pemilu sebelumnya. Hasil tersebut, ditambah dengan kekalahan di negara bagian Maharashtra di bagian barat, telah memaksa BJP untuk bergantung pada mitra aliansinya untuk membentuk pemerintahan, yang tidak akan mampu mencapai mayoritas nasional.

“Saya tidak bisa melindungi martabat Anda dan Ayodhya, pasti ada kekurangan dalam diri saya,” Lallu Singh, anggota parlemen pejawat BJP dari Faizabad, mengakui kekalahannya menurut rekaman yang dibagikan oleh harian Indian Express.

Apa penyebab kekalahan BJP di wilayah itu?

Merujuk the Indian Express, perbandingan kasta di Faizabad dipandang sebagai alasan utama di balik kekalahan BJP. Ayodhya memiliki jumlah pemilih OBC tertinggi, dengan Kurmis dan Yadav sebagai kelompok terbesar. OBC adalah istilah kolektif yang digunakan oleh Pemerintah India untuk mengklasifikasikan kasta yang terbelakang secara pendidikan atau sosial.

Selain itu, ada juga kelompok Dalit yang dipandang sebagai kasta terendah di India. OBC mencakup 22 persen pemilih dan Dalit 21 persen di Uttar Pradesh. Sementara

Baca Juga

Muslim juga mencakup 18 persen pemilih. Bersama-sama, ketiga komunitas ini mencakup 50 persen pemilih. Dalam pemilu kali ini, tiga komunitas tersebut, OBC, Dalit, Muslim, bersatu untuk memberikan kemenangan pada Partai Samajwadi di Faizabad yang artinya juga kekalahan bagi BJP.

Alasan pembangkangan... baca di halaman selanjutnya.

Persoalan ekonomi jadi salah satu alasan warga menolak BJP. “Kami sangat senang dengan kuil tersebut tetapi masyarakat sudah muak dengan BJP,” kata Rakesh Yadav, ketua Ayodhya Vyapar Mandal, sebuah badan pedagang.

Dia mengatakan ada kemarahan di kalangan pemilik usaha kecil karena menerima kompensasi yang lebih rendah dari yang diharapkan ketika toko-toko mereka dibongkar selama pembangunan kembali Ayodhya menjelang peresmian kuil. “Masyarakat tidak selalu terpikat pada politik kasta atau kuil-masjid. Mereka juga ingin melihat pembangunan, itulah sebabnya hasilnya mungkin akan mengejutkan kita semua,” tambahnya.

Selain itu, ada juga persoalan antarkasta. Slogan yang menegaskan bahwa aliansi yang dipimpin BJP akan memenangkan 400 kursi membuat takut banyak kaum Dalit. Mereka takut partai tersebut akan mengubah konstitusi yang selama ini dirancang untuk melindungi dan memberikan afirmasi pada kasta-kasta rendah. Mereka ingin mengubah konstitusi India dan menghabisi lowongan pekerjaan,” kata Gautam Rane, seorang aktivis Dalit yang berkampanye melawan BJP dikutip Aljazirah.

OBC dan Dalit selama ini diberikan status reservasi dan afirmasi 21 persen kuota pekerjaan dan pendidikan. Ini untuk membalik ratusan tahun penindasan yang mereka alami dalam sistem kasta di India. BJP yang ingin mengubah India dari negara sekuler menjadi negara Hindu, dinilai punya tendensi kembali pada sistem kasta tradisional di India.

Dengan menyerang klaim BJP itu, aliansi oposisi INDIA, berdasarkan data awal, berhasil menyatukan koalisi Dalit, OBC, dan Muslim di banyak wilayah di negara bagian tersebut.

Rane mengatakan banyak pemilih Dalit yang meninggalkan Partai Bahujan Samaj (BSP), yang telah lama memimpin masyarakat di UP, karena mereka merasa saat ini terlalu lemah untuk menghadapi BJP. BSP masih memenangkan 9 persen suara di negara bagian tersebut tetapi kalah di semua daerah pemilihan: BSP memenangkan 10 kursi pada tahun 2019.

Sementara itu, komentar Modi terhadap umat Islam selama kampanye juga jadi bumerang di Uttar Pradesh. Ia menyebut Muslim sebagai “penyusup” membuat marah umat Islam dan akhirnya mendukung sepenuhnya aliansi oposisi, kata Nawab Hussain Afsar, editor harian Urdu yang berkantor pusat di Lucknow, ibu kota negara bagian.

Sekian lama ditindas di bawah bayang-bayang Hindutva, kasta-kasta rendah bergabung dengan Muslim akhirnya membalas dengan dengan suara mereka di TPS.

 
Berita Terpopuler