Pawai Rasis Warga Israel, Sumpahi Orang Arab dan Nabi Muhammad

Beberapa demonstran meneriakkan "Muhammad sudah mati".

Foto AP/Ohad Zwigenberg)
Petugas polisi Israel memisahkan warga Israel dan Palestina di sebuah jalan di Kawasan Muslim di Kota Tua Yerusalem, tak lama sebelum pawai oleh kelompok nasionalis Yahudi melewati wilayah tersebut pada Hari Yerusalem, hari libur Israel yang merayakan perebutan Yerusalem timur dalam perang Timur Tengah tahun 1967, Rabu, 5 Juni 2024.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Ribuan warga ekstremis Israel yang sebagian besar merupakan kaum ultranasionalis mengambil bagian dalam pawai tahunan di Kota Tua Yerusalem pada Rabu (5/6/2024). Pawai tersebut pun melalui lingkungan padat penduduk Palestina di kota tua tersebut.

Mereka meneriakkan slogan rasis yang memicu ketegangan di masa perang seperti teriakan “Matilah Orang Arab.”  Beberapa demonstran juga meneriakkan “Muhammad sudah mati!” mengacu pada Nabi Muhammad yang merupakan nabi terakhir dalam ajaran Islam, tulis Al-Arabiya.

Yerusalem, pusat konflik Israel-Palestina, sebenarnya kerap tenang selama perang Israel-Hamas. Meski demikian, aksi tersebut dapat memicu ketegangan yang meluas, seperti yang terjadi tiga tahun lalu ketika aksi tersebut turut memicu perang 11 hari di Gaza.

Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Gerbang Damaskus, tempat berkumpulnya warga Palestina di Yerusalem timur. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Arab dan anti-Islam, menari dan mengibarkan bendera Israel saat pawai dimulai.

Tepat sebelum unjuk rasa, massa bentrok dengan polisi dan melemparkan botol plastik ke arah seorang jurnalis yang mengenakan rompi dengan tulisan PRESS terpampang di atasnya.

Pawai tersebut dilakukan di tengah tingginya ketegangan akibat perang Israel-Hamas di Gaza. Perang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 sandera.

Israel menanggapinya dengan serangan besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat. Perang ini membuat sebagian besar penduduk wilayah tersebut mengungsi dan menyebabkan kehancuran yang luas.

Amerika Serikat telah mendukung gencatan senjata bertahap dan pembebasan sandera yang digariskan oleh Presiden Joe Biden pekan lalu. Namun Israel mengatakan mereka tidak akan mengakhiri perang tanpa menghancurkan Hamas. Sementara itu, kelompok pejuang menuntut gencatan senjata jangka panjang dan penarikan penuh pasukan Israel.

Pawai tahunan Yahudi...

Pawai tahunan ini memperingati “Hari Yerusalem,” yang menandai penaklukan Israel atas Yerusalem timur, termasuk Kota Tua dan tempat sucinya yang disucikan bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, dalam perang Timur Tengah tahun 1967. Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya. Meski demikian, aneksasi Israel atas Yerusalem Timur tidak diakui secara internasional. Warga Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka di masa depan, memandang demonstrasi tersebut sebagai sebuah provokasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, polisi secara paksa mengusir warga Palestina dari jalur parade, dan kerumunan besar yang sebagian besar terdiri dari pemuda ultranasionalis meneriakkan “Matilah Orang Arab”, “Semoga desa Anda terbakar” dan slogan-slogan ofensif lainnya. Polisi mengatakan mereka mengerahkan 3.000 personel keamanan.

Atas desakan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir, yang mengawasi polisi, pawai akan mengikuti rute tradisionalnya. Pawai tersebut melalui Kawasan Muslim di Kota Tua melalui Gerbang Damaskus dan berakhir di Tembok Barat,  tempat dimana orang Yahudi bisa berdoa.

Ketika bus-bus yang membawa para pemuda Yahudi untuk mengikuti pawai berkerumun di sekitar tembok Kota Tua yang berusia berabad-abad, para pemilik toko Palestina menutup kawasan Muslim Quarter sebagai persiapan.

Polisi menekankan bahwa demonstrasi tersebut tidak akan memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa yang luas, situs tersuci ketiga dalam Islam. Puncak bukit tempatnya berdiri merupakan situs tersuci bagi umat Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount karena merupakan lokasi kuil Yahudi pada zaman dahulu.

Perambahan yang dirasakan di situs tersebut telah memicu kekerasan yang meluas dalam beberapa dekade sejak beberapa dekade yang lalu. Protes balasan direncanakan sepanjang hari. Sebuah kelompok Israel, Tag Meir, mengirimkan sukarelawan melalui jalan-jalan kota yang kosong sebelum pawai untuk membagikan bunga kepada penduduk Kristen dan Muslim di Kota Tua.

 
Berita Terpopuler