Jejak Rasulullah: Ada Masjid Dua Kiblat di Kota Madinah, Menghadap ke Ka'bah dan Palestina

Masjid Qiblatain saksi turunnya wahyu perubahan arah kiblat.

Republika/Syahruddin El-Fikri
Sejumlah jamaah dari berbagai negara mendirikan shlat di Masjid Qiblatain, Madinah.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika Karta Raharja Ucu dari Madinah

MADINAH -- Ketika masih berada di Makkah, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam selalu sholat berada di sisi selatan Ka'bah antara sudut Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Alasannya, perintah sholat masih menghadap ke arah Masjidil Aqsa.

Namun, ketika hijrah ke Madinah, Rasulullah tak bisa lagi menghadap Ka'bah karena Masjidil Aqsa berada di sebelah utara Kota Madinah, sementara Ka'bah berada di sebelah selatan Kota Madinah.

Setelah 16 bulan penantian, suatu waktu wahyu turun dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad untuk memindahkan arah kiblat yang semula menghadap Masjidil Aqsa menjadi menghadap ke Ka'bah di Makkah. Saat wahyu turun, Rasulullah sedang memimpin Sholat Dzuhur di Kota Madinah sehingga beliau berputar 180 derajat untuk  berganti kiblat.

Saat itu, turun wahyu Surah Al Baqarah ayat 144 yang memerintahkan umat Muslim agar memalingkan wajah (berkiblat) ke Masjidilharam (Fawalli wajhaka sathral Masjidilharam).

"Di mana pun berada, palingkanlah mukamu ke arah itu (wa khaitsu ma kuntum fa wallu wujuhakum syatrahu)."

Baca Juga

Sebenarnya Rasulullah sendiri telah... Baca di halaman selanjutnya...

Sebenarnya Rasulullah sendiri telah mendambakan turunnya perintah perubahan kiblat ini. Dalam satu riwayat dinyatakan Rasulullah seringkali menengadahkan wajah ke langit, memanjatkan doa agar turun wahyu yang memerintahkan menghadap ke Baitullah.

Tempat bersejarah saat Rasulullah memimpin sholat lalu berubah arah kiblat tersebut kini menjadi sebuah masjid. Masjid tersebut bernama Masjid Qiblatain yang menjadi salah satu masjid bersejarah di Kota Madinah.

Masjid ini menjadi lokasi ziarah bagi jamaah haji dan umroh. Letaknya yang hanya sekitar tujuh kilometer dari Masjid Nabawi ini awalnya bernama Masjid Bani Salamah. Nama Masjid Bani Salamah diberikan karena dibangun di bekas rumah sahabat Nabi, Bani Salamah.

Kemudian, masjid tersebut bersalin nama menjadi Masjid Qiblatain. Sebagai bukti sejarah, mihrab atau penanda arah kiblat ke Masjidil Aqsa masih dipertahankan di Masjid Qiblatain.

Konsultan Ibadah PPIH Daker Madinah, Prof KH Aswadi, saat berziarah bersama tim Media Center Haji (MCH) berkisah, perubahan arah kiblat diyakini terjadi pada bulan Syakban. Ketika itu Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam memimpin Sholat Dzuhur.

Ketika sudah dua rakaat... Baca di halaman selanjutnya...

Ketika sudah dua rakaat, kata Kiai Aswadi, turunlah wahyu yang mengubah arah kiblat. "Karena itu merupakan perintah langsung di rakaat kedua atau dua rakaat bagian yang kedua. Dan langsung baginda Rasul itu mengalihkan kiblatnya itu dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Baitullah," ujar Kiai Aswadi.

Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya menjelaskan saat itu Rasulullah pun langsung mengubah posisi sholatnya 180 derajat lalu berjalan ke bagian belakang untuk menghadap ke Ka'bah. "Ini kemudian diikuti oleh semua jamaah," kata Kiai Aswadi.

Masjid Qiblatain saat ini sudah berdiri megah karena mengalami beberapa kali renovasi. Awalnya masji tersebut dikelola Umar ibn al-Khattab ketika menjadi khalifah sebelum direnovasi dan dibangun kembali ketika Kesultanan Turki Utsmani berkuasa.

Ketika Jazirah Arab dibawah kendali Kerajaan Arab Saudi, Raja Fadh memperluas, merenovasi, lalu membangun kontruksi baru di masjid tersebut pada 1987. Namun, pemugaran di era Raja Fadh tidak menghilangkan ciri khas Masjid Qiblatain.

Jamaah haji atau umroh bisa melihat arah kiblat pertama di atas pintu masuk. Sementara kiblat kedua sudah mengalami pemugaran yang menjadi mihrab tempat imam memimpin sholat.

 
Berita Terpopuler