Anies Belum Tentu Bisa Maju di Pilgub DKI, Ini Alasannya Menurut Pengamat

Skema head to head antara Anies dan Ahok dinilai sulit terjadi.

Republika/Eva Rianti
Anies Baswedan saat menanggapi isu soal nyagub di Pilgub Jakarta di kediamannya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2024).
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Anies Baswedan dan Basuki Thahaja Purnama atau Ahok muncul dan diisukan kembali berpeluang maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 dan berkompetisi lagi. Pengamat menilai kompetisi antara Anies dan Ahok seharusnya tidak perlu terjadi lagi, cukup di Pilgub 2017. 

Baca Juga

 "Seandainya skemanya head to head, seharusnya head to head tidak akan terjadi lagi," ujar Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin saat dihubungi Republika, Selasa (7/5/2024). 
 
Ujang mengatakan, Anies dan Ahok masing-masing juga akan sulit untuk dicalonkan kembali dalam kontestasi politik tingkat daerah tersebut. Anies sendiri memang dipinang oleh Partai Nasdem, namun tak akan bisa dimajukan tanpa koalisi dengan partai lain. 
 
"Anies juga belum bisa nyalon walaupun Partai Nasdem mendukung, partai lain kan belum tentu, PKS sudah jelas tidak mendukung, Anies diminta mendukung kader yang diusung PKS kan itu. Lalu Gerindra juga jelas tidak mendukung, yang dulu 2017 baik PKS maupun Gerindra mendukung Anies. Kan sekarang tidak," tutur Ujang. 
 
Sementara itu, dari sisi Ahok, Ujang menyebut mantan gubernur DKI Jakarta 2014-2017 itu memiliki track record dalam kasus hukum, yakni tersangka kasus penistaan agama pada akhir 2016 lalu. 
 
"Saya melihat head to head ini tidak mungkin terjadi. Lalu juga konteks head to head Ahok juga pernah masuk penjara terkait kasus penistaan agama," ujar dia. 
 

 
Sebelumnya diberitakan, Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro mengatakan, apabila Anies Baswedan maju sebagai calon gubernur (cagub) di Pilgub DKI Jakarta 2024, maka hanya ada dua lawan sepadan untuknya. Keduanya adalah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Ridwan Kamil.
 
"Kalau kita lihat dari data survei (terkait elektabilitas kandidat cagub DKI) yang kita lakukan beberapa bulan lalu, itu tidak jauh dari nama Ahok, Anies, dan Ridwan Kamil," kata Bawono ketika dihubungi Republika dari Jakarta, Senin (6/5/2024) malam.
 
Bawono menjelaskan, dari ketiga nama itu tidak ada satu pun elektabilitasnya yang melampaui 50 persen. Elektabilitas ketiganya tak beda jauh.
 
Anies adalah Gubernur DKI Jakarta 2017–2022 dan capres Pilpres 2024. Adapun Ahok adalah politisi PDIP dan Gubernur DKI Jakarta 2014–2017. Sementara itu, Ridwan Kamil adalah politikus Partai Golkar dan Gubernur Jawa Barat 2018–2023.
 
Menurut Bawono, partai politik baru akan memutuskan sosok yang akan diusung mendekati jadwal pendaftaran cagub bulan Agustus 2024. Partai-partai akan melihat apakah tiga nama itu mau maju di Pilgub DKI Jakarta, terutama Anies.
 
Terkait Anies, Bawono menilai mantan menteri pendidikan itu menjadi kandidat dengan elektabilitas teratas karena dia sebenarnya adalah gubernur DKI petahana. Namun, elektabilitas Anies tak unggul dominan karena ada selang waktu dua tahun antara akhir masa jabatannya dan Pilgub DKI 2024.
 
Menurut dia, maju atau tidaknya Anies di Pilgub DKI 2024 akan jadi penentu karier politiknya. Pasalnya, Anies baru saja kalah dalam Pilpres 2024.
 
Apabila Anies maju dan menang, maka dia akan kembali mendapatkan panggung politik selama beberapa tahun ke depan. Jika maju dan kalah, maka "cahaya politik Anies akan makin redup" karena kalah dua kali dalam tahun yang sama.
 

 

"Kalah dua kali dalam kontestasi politik pemilihan langsung di tahun yang sama kan tidak baik untuk citra personal atau citra politik Anies Baswedan. Di sisi lain, Anies butuh panggung dalam artian jabatan publik," ujarnya. 

 
Berita Terpopuler