Politik dan Sejarah Masuknya Islam di Spanyol

Pada 711, Islam masuk ke Spanyol.

Anadolu Agency
Sisa kerangka manusia yang diduga Muslim dari era Islam Andalusia (711-1492) ditemukan saat penggalian di Granada, Spanyol, 16 September 2023.
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Spanyol adalah perpaduan multikultural masyarakat dari tiga agama besar monoteistik, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Selama lebih dari tiga abad di Spanyol Abad Pertengahan, ketiga umat agama ini hidup rukun dan sejahtera dalam kekuasaan politik Islam.

Baca Juga

Pada 711, kerajaan Islam memasuki Spanyol, sebuah negeri yang kaya budaya. Kekuaaan Islam pertama kali menginjakkan kaki di Spanyol pada masa kekuasaan Dinasti Umayah I di Damaskus, tepatnya pada masa Khalifah Walid Ibn Abdul Malik Malik (86-96 H/705-715 M).

Dilansir BBC, awalnya seorang pemimpin Kristen yang tertindas, Julian, menemui gubernur Afrika Utara, Musa bin Nusair untuk memohon bantuan melawan penguasa tirani Visigoth di Spanyol, Raja Roderick.

Setelah itu, Musa membalasnya dengan mengirimkan jenderal muda Thariq bin Ziyad dengan pasukan sebanyak 7000 tentara, ada yang bilang 12 ribu. Hingga akhirnya tentara Muslim berhasil mengalahkan tentara Visigoth dengan mudah, dan Roderick terbunuh dalam pertempuran.

Setelah kemenangan pertama, kaum Muslim menaklukkan sebagian besar wilayah Spanyol, seperti Granada, Toledo, dan Cordova. Pada 720, Spanyol sebagian besar sudah berada di bawah kendali Muslim (atau disebut Moor).

Salah satu alasan keberhasilan Muslim yang pesat adalah syarat menyerah yang mereka tawarkan kepada rakyat Spanyol, yang mana sangat kontras dengan kondisi keras yang diberlakukan oleh penguasa Visigoth sebelumnya.

Pasukan Muslim menyerbu dan dalam tujuh tahun menaklukkan semenanjung Iberia. Pada 732, kerajaan Islam pun telah mampu menyatukan sebagian besar semenanjung dan menyebutnya Andalusia atau Spanyol Selatan. Nama Andalusia sendiri berasal dari istilah Al-Andalus yang digunakan oleh bangsa Arab, berasal dari suku Vandal yang pernah menetap di wilayah tersebut.

Di bawah kekuasaan Islam, orang Yahudi dan Kristen beribadah dengan bebas tanpa takut akan penganiayaan. Namun, pada dekade-dekade berikutnya, Al-Andalus seringkali menjadi tempat percampuran budaya dan kesetiaan yang penuh gejolak, termasuk suku Amazigh (Berber), Arab dan penduduk asli Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Pada masa ini, Al-Andalus juga menyaksikan munculnya tokoh-tokoh besar, lahirnya kota-kota penting, bangkit dan runtuhnya dinasti yang berkuasa, dan pertempuran yang menentukan. Semua ini berkontribusi pada peradaban yang kaya secara budaya, beragam, dan berkembang.

Stabilitas di Spanyol Muslim terjadi dengan berdirinya Dinasti Umayyah Andalusia, yang berlangsung dari tahun 756 hingga 1031. Penghargaan diberikan kepada Amir Abd al-Rahman, yang mendirikan Emirat Cordoba, dan mampu mengajak berbagai kelompok Muslim yang telah menaklukkan Spanyol untuk bersatu dalam memerintahnya.

 

Enam Periode Umat Islam Kuasai Spanyol

Sejak peristiwa penaklukan pertama yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad, kekuasaan Islam dengan mudah melebarkan sayap kekuasaan berbagai kota-kota di Spanyol. Kurang lebih dari dua pertiga luas Spanyol berhasil dikuasai oleh pasukan muslim. Meskipun perang-perang lokal masih ada, tetapi pasukan Islam dapat berkuasa hingga kurang lebih delapan abad lamanya, yakni antara tahun 711-1492 M.

Para sejarawan membagi kekuasaan politik Islam di Spanyol menjadi enam periode. Pada periode pertama (711-755 M), Kekuasaan politik Islam di Spanyol dapat dikatakan berada dibawah kekuasaan Dinasti Umayah di Damaskus. Meski pada tahun 750 M kekuasaan Dinasti Umayah berhasil diambil alih oleh Dinasti Abbasiah, tetapi kekuasaan Islam di Andalusia tetap setia dengan pemerintahan Dinasti Umayah. 

Namun, pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna. Hal iyi disebabkan adanya berbagai gangguan dan tantangan, baik internal maupun ekternal.

Periode kedua (755-912 M), kekuasan politik Islam di Andalusia dipimpin oleh seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. 

Periode ketiga (912-1013 M), Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah. Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Menurut Badri Yatim, periode ketiga dari kekuasaan Politik Islam di Andalusia dimulai dari kepemimpinan Abd al-Rahman III (An-Nashir) dan diakhiri dengan periode Muluk al-Thawaif.

Periode keempat (1013-1086 M) dapat dikatakan sebagai puncak keterperukan politik Islam di Spanyol. Negeri ini terpecah lebih menjadi dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan golongan raja-raja atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian magang. 

Pada periode kelima (1086-1248 M), muncullah dua kekuasaan baru yang begitu dominan, yakni Dinasti Marabitun dan Dinasti Muwahidun. Kemunculan dua dinasti ini dapat dikatakan sebagai fase rekonsiliasi politik Islam di Spanyol. Pasalnya, kekuasaan dua dinasti ini dapat merajut kembali benih-benih perpecahan dalam kekuasaan Islam di Andalusia.

Periode keenam (1248-1492 M) dapat dikatakan sebagai periode terakhir dari kekuasaan politik Islam di Andaalusia. Karena, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Meski skala kekuasaannya sangat kecil, tetapi periode ini Islam masih dapat mengalami kemajuan. 

Secara keseluruhan periode Muslim di Spanyol sering digambarkan sebagai 'zaman keemasan' pembelajaran di mana perpustakaan, perguruan tinggi, pemandian umum didirikan dan sastra, puisi dan arsitektur berkembang. Baik Muslim maupun non-Muslim memberikan kontribusi besar terhadap berkembangnya budaya ini.

Spanyol pada masa Islam terkadang juga digambarkan sebagai 'zaman keemasan' toleransi beragama dan etnis serta keharmonisan antaragama antara Muslim, Kristen, dan Yahudi. Orang-orang Yahudi dan Kristen mempunyai kebebasan di bawah pemerintahan Muslim, asalkan mereka mematuhi aturan-aturan tertentu. 

Meskipun peraturan-peraturan ini sekarang dianggap sama sekali tidak dapat diterima, peraturan-peraturan ini tidak terlalu menjadi beban jika dilihat dari standar waktu itu. Dan dalam banyak hal, kaum non-Muslim di Spanyol Islam (setidaknya sebelum tahun 1050) diperlakukan lebih baik daripada yang diperkirakan oleh bangsa-bangsa yang ditaklukkan selama periode sejarah itu.

Pandangan alternatif terhadap Zaman Keemasan Toleransi adalah bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen sangat dibatasi di Spanyol yang dikuasai Islam, dengan dipaksa hidup dalam keadaan 'dhimmi'. Artinya, seorang non-Muslim yang tinggal di negara Islam yang bukan budak, tetapi tidak mempunyai hak yang sama dengan seorang Muslim yang tinggal di negara tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa para penguasa Muslim mentoleransi agama-agama yang berseberangan. Di antaranya, karena ayat-ayat dalam Alquran mengatakan bahwa umat Kristen dan Yahudi harus dihormati selagi mereka mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan. 

Namun, tidak semua penguasa Muslim di Spanyol bersikap toleran. Misalnya, Abu Amir Muhammad bin Abdullah bin Abi 'Amir (Almanzor) menjarah gereja dan memberlakukan pembatasan ketat. Posisi non-Muslim di Spanyol pun memburuk secara signifikan sejak pertengahan abad ke-11 ketika para penguasa menjadi lebih ketat dan Islam mendapat tekanan yang lebih besar dari luar.

Ketika kerajaan Islam menurun, dan semakin banyak wilayah yang direbut kembali oleh penguasa Kristen, umat Islam di wilayah Kristen menghadapi pembatasan serupa seperti yang sebelumnya mereka terapkan pada wilayah lain.

Namun, secara keseluruhan, nasib kelompok agama minoritas menjadi lebih buruk setelah Islam di Spanyol digantikan oleh Kristen. Ironisnya, masjid di Cordoba, yang sekarang diubah menjadi katedral, masih dikenal sebagai La Mezquita atau secara harfiah, masjid. Masjid ini didirikan pada akhir abad ke-8 oleh pangeran Bani Umayyah Abd al Rahman bin Muawiyah.

 

 

 

 
Berita Terpopuler