Mengenal Abdominal Aortic Aneurysm, Penyakit yang Merenggut Nyawa Albert Einstein

Albert Einstein meninggal akibat abdominal aortic aneurysm.

Universal Pictures
Karakter Albert Einstein (kiri) dan J Robert Oppenheimer (kanan) di film Oppenheimer. Einstein meninggal akibat penyakit aorta, abdominal aortic aneurysm.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Albert Einstein merupakan ilmuwan yang dikenal luas dengan teori relativitas dan kontribusinya terhadap pengembangan teori mekanika kuantum. Namun, banyak orang yang mungkin belum mengetahui bahwa di pengujung hidupnya, Einstein bergelut dengan penyakit yang sulit untuk didiagnosis.

"Albert Einstein meninggal karena penyakit aorta, (dengan jenis) abdominal aortic aneurysm (AAA)," kata konsultan intervensi kardiovaskular dr Suko Adiarto SpJP(K) dalam diskusi media di Heartology Cardiovascular Hospital, Jakarta, pada Kamis (2/5/2024).

Secara umum, AAA merupakan pembesaran yang terjadi pada bagian bawah pembuluh darah utama tubuh atau aorta. Aorta adalah pembuluh darah terbesar di dalam tubuh yang cabang-cabangnya memasok darah untuk berbagai organ.

"AAA sulit ditemukan (didiagnosis) karena rongga perut itu besar, dan (aorta) bisa membesar tanpa menekan organ lain (sehingga tidak menimbulkan gejala)," kata dr Suko.

Kondisi AAA yang tak terdeteksi dan tak tertangani bisa meningkatkan risiko terjadinya pecah. Semakin besar diameter AAA, semakin tinggi pula risiko terjadinya pecah aorta.

"Kalau diameternya mencapai delapan cm, hampir pasti dalam lima tahun akan pecah. Kalau pecah, mengingat aorta adalah pembuluh darah paling besar, darah akan tumpah (di dalam perut), dalam hitungan detik bisa meninggal." tutur dr Suko.

Karena sering tak bergejala, AAA biasanya ditemukan secara tidak sengaja ketika pasien sedang menjalani pemeriksaan medis untuk keluhan lain. Untuk menekan risiko terjadinya pecah, pasien AAA juga perlu mendapatkan penanganan yang komprehensif.

Baca Juga

Secara umum, terapi untuk pasien AAA adalah mengontrol tekanan darah dan detak jantung. Bila diameter AAA sudah mencapai 5,5 cm, atau lima sentimeter untuk orang Asia yang bertubuh lebih kecil, tindakan lebih lanjut akan sangat disarankan.

"Sejak (diameter) 5,5 risiko untuk pecah meningkat secara eksponensial. Makanya diameter 5,5 dijadikan threshold untuk tindakan, baik itu operasi atau pasang stent," jelas dr Suko.

Pengobatan untuk AAA di zaman Einstein belum semaju saat ini. Kala itu, tindakan yang bisa dilakukan hanyalah operasi untuk melapisi bagian luar aorta agar tidak pecah.

Operasi ini dilakukan ketika Einstein berumur 69 tahun, menurut laporan kasus dalam Gaceta medica de Mexico, seperti dilansir PubMed. Namun , karena bukan operasi definitif, risiko pecah aorta kembali muncul beberapa tahun setelahnya. Akan tetapi, Einstein menolak dilakukannya operasi kedua.

"Einstein menolak, akhirnya (terjadi pecah di aorta) dan akhirnya meninggal," kata dr Suko.

 
Berita Terpopuler