Awalnya Cuma Kayak Jerawat Kecil, Tumor di Wajah Pria AS Terus Tumbuh, Bikin Susah Nengok

Tumor di wajah pria AS itu akhirnya diangkat setelah 16 tahun.

Dok Youtube
Seorang pria asal AS bernama Tim menderita adenoma pleomorfik di pipinya. Tumornya tumbuh seberat 2,2 kg setelah 16 tahun.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pria asal Scottsdale, Arizona, AS, bernama Tim pernah menderita tumor seukuran semangka di area wajahnya. Awalnya, tumor itu hanya berbentuk jerawat kecil, namun kemudian terus membesar.

Para ahli bedah khawatir tumor itu akan membuat wajah pasien menjadi lumpuh saat dioperasi. Ukuran tumor telah berukuran 2,2 kilogram setelah 16 tahun.

Akibat kondisi itu, Tim kerap mengalami sakit kepala yang berdenyut-denyut setiap hari dan merasa ada sesuatu yang robek. Pada acara "TLC's Take My Tumor", Tim menggambarkan perjuangannya untuk makan, berpakaian, mandi, dan sulitnya menoleh.

"Awalnya ada jerawat kecil di telinga saya pada 2007," kata Tim, seperti dilansir The Sun, Senin (29/4/2024).

Tim yang berprofesi sebagai mekanik mobil itu sempat menangani jerawatnya sebelum membesar. Namun, itu tidak berhasil dan jerawatnya malah bertambah besar hingga seukuran kacang polong.

"Suatu pagi saya bangun dan ukurannya sebesar Super Ball kecil," kata Tim.

Mencari tahu soal kondisinya di internet, Tim kemudian menduga itu adalah kista sebaceous. Kista ini merupakan benjolan bulat tidak berbahaya yang biasanya berisi cairan atau nanah, dan kerap muncul di wajah, leher, dada atau punggung.

Kista sebaceous biasanya tidak memerlukan pengobatan, kecuali menyebabkan infeksi atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, benjolan Tim semakin membesar, mulai dari sebesar bola raket, bola tenis, hingga seukuran semangka.

"Pada dasarnya, itu adalah pembuluh darah dan tulang rawan yang saling terkait dalam suatu massa mati," kata Tim.

Tim menderita sakit kepala tegang akibat beratnya tumor yang menarik wajah dan lehernya, rasanya mulai dari "ringan sampai digambarkan sangat menyakitkan". Ini tergantung pada seberapa banyak dia bergerak sepanjang hari.

Ada kalanya, Tim merasa ada sesuatu yang tertarik atau robek ketika ia bergerak. Tim selalu mengkhawatirkan kebersihan tumornya itu dan berusaha menghindari luka terbuka akibat gesekan.

Pembesaran tumor tersebut mulai menyulitkan Tim untuk berpakaian karena bajunya harus diregangkan agar bisa melewati tumornya. Sementara itu, pria 62 tahun itu hanya bisa makan sambil berdiri, sebab tumornya bisa mengenai meja atau makanannya.

Tim juga sulit tidur. Dia harus memosisikan tumornya agar tidak menekan lehernya.

Baca Juga

Dioperasi setelah 16 tahun ...

Tumor Diangkat Setelah 16 Tahun
Harapan Tim untuk hidup dengan normal menjadi nyata ketika seorang ahli bedah kepala dan leher dr Ryan Osborne menghubunginya untuk menawarkan prosedur pembedahan. Tim segera terbang menemui ahli bedah onkologi yang berbasis di Los Angeles, AS itu.

Dokter Osborne mencurigai kondisi tersebut berasal dari kelenjar parotis, yaitu kelenjar yang menghasilkan air liur. Tumor di kelenjar parotis bukanlah hal yang aneh, tetapi ukuran yang dialami Tim sangat tidak biasa.

"Ukuran rata-ratanya biasanya sebesar buah kenari,” kata dr Osborne.

Sementara itu, ukuran tumor Tim terlihat seukuran semangka. Kekhawatiran terbesar dokter bedah bukanlah menghilangkan massa, namun khawatir bahwa pembedahan saraf wajah dari tumor selama operasi dapat menyebabkan kerusakan saraf, yang mengakibatkan kelumpuhan wajah.

Dokter Osborne menjelaskan tumor yang diderita Tim adalah adenoma pleomorfik. Ia memperingatkan Tim bahwa dia mungkin tidak dapat menggerakkan sisi kanan wajahnya atau membuat ekspresi selama sekitar enam bulan setelah operasi.

Apa itu adenoma pleomorfik?
Adenoma pleomorfik adalah tumor jinak yang dapat berkembang di kelenjar ludah, khususnya kelenjar parotis. Terkadang, tumor bisa menjadi kanker.

Oleh karena itu, penyedia layanan kesehatan biasanya merekomendasikan pembedahan untuk menghilangkannya. Sebagian atau seluruh kelenjar yang terkena akan diangkat. Setelah diangkat, tumor pleomorfik jarang muncul kembali.

Adenoma pleomorfik jarang terjadi, memengaruhi sekitar tiga per 100 ribu orang di AS. Meskipun demikian, tumor ini masih merupakan jenis tumor jinak kelenjar ludah yang paling umum.

Adenoma pleomorfik bisa muncul di mana saja?

Adenoma pleomorfik mungkin muncul di area sebagai berikut:
- Di area depan telinga (adenoma pleomorfik kelenjar parotis)
- Di bawah rahang (adenoma pleomorfik kelenjar submandibular)
- Di langit-langit keras atau lunak (kelenjar ludah kecil)

Tumor ini tumbuh sangat lambat. Alhasil, orang mungkin tidak langsung merasakan gejalanya.

Gejalanya meliputi:
- Benjolan tunggal yang tidak menimbulkan rasa sakit di bawah kulit dekat rahang, dekat telinga, atau di mulut
- Benjolan mungkin terasa lunak atau keras
- Biasanya, benjolan akan berpindah bila ditekan dengan jari

Adenoma pleomorfik rata-rata berukuran antara dua sentimeter (seukuran kacang tanah) hingga enam sentimeter (seukuran telur). Namun, tanpa pengobatan, adenoma pleomorfik dapat tumbuh menjadi cukup besar, berukuran hingga 35 sentimeter.

Dokter Osborne juga khawatir tumor Tim mungkin bersifat kanker karena ada kemungkinan kecil sel-sel tersebut bermutasi dan menjadi ganas selama bertahun-tahun. Tim mengatakan bahwa untuk pertama kalinya ada orang yang benar-benar mengatakan kondisinya bisa bersifat kanker.

Dokter Osborne dan ahli bedah plastik dr Jason Hamilton kemudian mengoperasi wajah dan leher Tim selama hampir lima jam. Dokter Osborne mampu mengidentifikasi dan menghindari saraf wajah utama serta menghilangkan seluruh massa.

Sementara itu, dr Hamilton merekonstruksi pipi Tim agar tidak tampak cekung. Hal yang membuat lega juga adalah Tim dapat terbangun dan bisa tersenyum serta menggerakkan wajahnya.

Tim juga mendapat kabar baik bahwa tumornya tidak bersifat kanker dan "konsisten dengan karakter tumor parotis jinak yang disebut adenoma pleomorfik". Setelah tujuh pekan setelah dioperasi, Tim bisa bercukur untuk pertama kalinya dalam dua dekade.

Tumor yang kerap membuat Tim lelah kini sudah hilang. Sejak operasi, ia merasa lebih ringan, tidak merasakan sakit sama sekali.

"Saat masih ada, tumornya jelek sekali. Senang rasanya bisa diangkat. Enam belas tahun sudah cukup lama," ujar dia.
 

 
Berita Terpopuler