Tiga Waktu Terbaik untuk Memohon Ampunan Allah

Salah satu ibadah terbesar yang Allah tetapkan bagi kita adalah memohon ampun.

AP/K.M. Chaudary
Seorang wanita Muslim dengan tangannya yang dilukis dengan pacar tradisional berdoa selama sholat Idul Fitri, membuat pada akhir bulan puasa Ramadhan, di Masjid Badshahi yang bersejarah di Lahore, Pakistan, Selasa, 3 Mei 2022. Ilustrasi berdoa
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia tidak pernah luput dengan yang namanya kesalahan. Meskipun berusaha menjadi orang yang lurus dan berbudi luhur, mereka terkadang juga bisa jatuh ke titik terendah dan terpengaruh dengan godaan setan.

Namun, manusia sungguh beruntung karena Allah memiliki sifat Maha Pemurah dan Maha Pengampun. Sehingga, Dia pasti akan mengampuni dosa-dosa kita apa pun yang Dia kehendaki, dan mengampuni semua kesalahan dan pelanggaran kita jika kita benar-benar bertobat dan berhenti melakukannya.

Salah satu ibadah terbesar yang Allah tetapkan bagi kita adalah memohon ampun kepada-Nya. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

فَاصْبِرْ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْاِبْكَارِ

Artinya: "Bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, mohonlah ampun untuk dosamu, dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi!" (QS Gafir [40]:55)  

Dalam ayat yang lain juga dijelaskan:

وَّاسْتَغْفِرِ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ

Artinya: "Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An-Nisa' [4]:106)

Lalu kapan waktu terbaik untuk memohon ampun kepada Allah SWT?

Baca Juga

Waktu Terbaik Memohon Ampunan Allah

1. Setelah Melakukan Amalan Ibadah

Dilansir dari About Islam, ini adalah waktu yang penting untuk memohon ampun kepada Allah. Dengan begitu, kita bisa mengimbangi kekurangan-kekurangan dalam ibadah kita. Hal ini juga menjauhkan kita dari sikap sombong dan berpuas diri terhadap ibadah yang kita lakukan.

Di antara ayat-ayat terakhir Alquran yang diturunkan kepada Nabi adalah:

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ. وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

Artinya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat." (QS An-Nasr [110]:1-3)

Setelah Nabi menerima ayat-ayat ini, beliau mengucapkan setiap kali shalat:

سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Subhaanaka wa bihamdika. Astaghfiruka wa atuubu ilaik

Artinya: “Maha Suci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Aku mohon ampunan-Mu. Aku bertobat kepada-Mu."

Itu juga merupakan doa tobat Nabi Muhammad menjelang wafatnya.

Selanjutnya...

Dari sini, para Sahabat menyadari bahwa Allah sedang memberi tahu Nabi bahwa masa hidupnya di bumi akan segera berakhir, sehingga Allah memerintahkan Nabi untuk menjadikan permohonan ampun sebagai urusan terakhirnya.

Nabi memang biasa mengakhiri setiap amal shaleh dengan memohon ampun kepada Allah, seperti ketika berbuka puasa dan menunaikan shalat. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, beliau memulai perjalanan pulang ke Madinah dengan mengucapkan:

آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ، سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ

Ayibuna, ta'ibun, abidun, sajidun li rabbina hamidun.

Artinya: "(Kami) kembali, bertobat, menyembah, bersujud, dan memuji Tuhan kami."

Nabi menghabiskan hidupnya dengan melakukan amal shaleh, dan dia selalu memohon ampun kepada Allah. Karena itu, kita seharusnya juga meneladani beliau.

2. Setelah Terjerumus ke dalam Dosa

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Artinya: "Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri,119) mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya)." (QS Ali ‘Imran [3]:135)
 
Nabi Muhammad SAW juga bersabda:

"Barangsiapa di antara hamba Allah yang berbuat maksiat, lalu berwudhu dengan benar, shalat dua rakaat, dan memohon ampun kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuninya.” Kemudian beliau membacakan dari Alquran: “Orang-orang yang ketika berbuat jahat atau menganiaya dirinya sendiri, maka ingatlah Allah…” (At-Tirmidzi)

Selanjutnya...

3. Setelah Lalai

Semua orang melakukan kesalahan, dan kebanyakan dari mereka lalai terhadap apa yang mereka lakukan, dan karena kelalaian mereka, mereka semakin tersesat.

Jika kita memperhatikan teladan Nabi, kita akan melihat bahwa beliau sangat waspada dan tidak membiarkan dirinya lalai dalam memohon ampun kepada Allah. Beliau bersabda:

إنه ليغان على قلبي، وإني لأستغفر الله في اليوم مائة مرة” ((رواه مسلم)).

Artinya: "Kadang-kadang aku melihat ada selubung yang menutupi hatiku, dan memohon ampun kepada Allah seratus kali sehari." (HR Muslim)

Keadaan Nabi sangat berbeda dengan keadaan orang-orang pada umumnya. Jabatan kenabian menuntut agar hatinya selalu hadir setiap saat, murni dari segala pikiran hina dan senantiasa terfokus pada Tuhannya. Ini adalah sesuatu yang kebanyakan orang bahkan tidak dapat bayangkan untuk mencapainya.

Allah memilih hamba-hamba-Nya yang terbaik untuk menjadi nabi dan rasul-Nya: Dia berfirman:

وَاِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْاَخْيَارِۗ

Artinya: "Sesungguhnya mereka di sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang terbaik." (QS Sad [38]:47)

Ketika kita memohon ampun kepada Allah dengan sepenuh hati, kita mendapatkannya. Allah memuji orang-orang yang memohon ampun kepada-Nya dan berjanji kepada mereka bahwa Dia akan mengampuni mereka. Tentu saja, bagian dari melakukannya dengan sepenuh hati adalah dengan menahan diri dari perilaku berdosa.

Beberapa pendahulu yang alim pernah berkata:

“Jika permohonan ampunan seseorang tidak membuat mereka meninggalkan perilaku berdosa, maka mereka berbohong tentang mencari ampunan.”

Dengan meninggalkan perbuatan dosa dan mencari ampunan, kita benar-benar bisa berharap bahwa Allah akan mengampuni kita. Adapun mengucapkan “Aku mohon ampun kepada Allah” dengan lidah, namun hati kita belum meninggalkan dosa, tetap saja itu adalah doa ampun, dan kita berharap Allah akan mengabulkannya.

 
Berita Terpopuler