Rusia dan Jerman Minta Iran Menahan Diri

Iran mengancam akan membalas serangan Israel.

AP Photo/Omar Sanadiki
Layanan darurat bekerja di gedung yang hancur akibat serangan udara di Damaskus, Suriah, Senin, 1 April 2024. Serangan udara Israel telah menghancurkan bagian konsuler kedutaan Iran di Damaskus, menewaskan atau melukai semua orang di dalamnya, kata media pemerintah Suriah pada Senin.
Rep: Lintar Satria Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Rusia dan Jerman mendesak negara-negara di Timur Tengah untuk menahan diri. Israel mengatakan mereka siap untuk "memenuhi kebutuhan pertahanan" saat kawasan di semakin memanas setelah Iran mengancam akan membalas serangan Israel.

Maskapai Jerman, Lufthansa, merupakan satu dari dua maskapai Barat yang terbang ke Iran. Lufthansa memperpanjang penangguhan penerbangannya ke Teheran. Rusia juga mengeluarkan peringatan bepergian ke Timur Tengah.

Iran bertekad membalas serangan udara Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah pada 1 April lalu. Serangan itu menewaskan jenderal dan dua perwira tinggi Garda Revolusi Iran.

Baca Juga

Langkah Israel itu memperburuk situasi di kawasan yang sudah bergejolak akibat serangannya ke Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel melanjutkan perangnya di Gaza seraya mempersiapkan keamanan di tempat lain.

"Siapa pun yang melukai kami, kami akan melukai mereka. Kami siap untuk memenuhi semua kebutuhan keamanan Negara Israel, baik bertahan maupun menyerang," kata Netanyahu yang dirilis usai mengunjungi pangkalan militer udara.

Konflik di Timur Tengah menyebar sejak Israel menyerang Gaza. Kelompok-kelompok yang didukung Iran memberikan dukungan pada rakyat Palestina di Gaza. Mereka menggelar serangan di Lebanon, Yaman, dan Irak.

Sejak awal perang Israel di Gaza, Teheran menghindari konfrontasi langsung dengan Israel maupun Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, Iran memberikan dukungan pada proksi-proksinya.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock meminta Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian untuk "menahan diri secara maksimal" demi menghindari eskalasi lebih lanjut. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia memberi tahu warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Timur Tengah terutama ke Israel, Lebanon, dan wilayah Palestina.

"Saat ini sangat penting bagi semua orang untuk menahan diri agar tidak mengarah pada destabilisasi situasi di wilayah yang tidak benar-benar bersinar dengan stabilitas dan prediktabilitas," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam konferensi pers.

Israel tidak mengeklaim bertanggung jawab atas serangan 1 April. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Israel "harus dihukum dan akan dihukum" karena menyerang wilayah Iran.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan Iran mengancam melancarkan "serangan signifikan di Israel". Dia pun memberi tahu Netanyahu bahwa "komitmennya pada keamanan Israel dalam menghadapi ancaman-ancaman dari Iran dan proksi-proksinya tak tergoyahkan".

Iran merupakan produsen minyak terbesar negara-negara penghasil minyak OPEC. Harga minyak naik setelah melonjak satu dolar per barel dari sesi sebelumnya.

Pada Rabu (10/4/2024) malam, kantor berita Iran, IRNA, merilis laporan dalam bahasa Arab di media sosial X yang mengatakan ruang udara di atas Teheran ditutup untuk latihan militer. Tapi kemudian IRNA menghapus cicitan tersebut dan membantah pernah mempublikasikannya.

Lufthansa mengatakan pesawatnya kemungkinan tidak akan terbang ke Teheran sampai sebelum 13 April. Maskapai Austria mengatakan mereka masih terbang ke Iran, tapi menyesuaikan waktunya untuk menghindari kru terpaksa mendarat untuk singgah semalam.

Ruang udara Iran juga merupakan rute penting bagi maskapai Emirates dan Qatar Airways ke Eropa dan Amerika Utara. Emirates, Qatar Airways, Turkish Airlines, Aeroflot, dan Air Arabia, maskapai-maskapai yang terbang ke Teheran,belum menanggapi permintaan komentar.

 
Berita Terpopuler