Soal Ada Lonjakan Suara PSI, Ini Sikap Anies Baswedan

Anies ingin agar Pemilu 2024 tidak sampai cacat.

Republika/Eva Rianti
Capres-cawapres nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat menanggapi isu terkini pemilu di kawasan Jakarta Utara, Jumat (1/3/2024).
Rep: Eva Rianti Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Calon presiden (capres) nomor urut 01 Anies Baswedan ikut berkomentar soal suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam pemilu 2024 yang sempat mengalami lonjakan secara tiba-tiba. Meski tidak secara langsung menuduh ada dugaan kecurangan dalam kasus itu, Anies menekankan agar tidak sampai terjadi 'pencacatan' pemilu.

Baca Juga

“Jangan sampai nanti membuat cacat pemilunya. Nila setitik rusak susu sebelanga. Begitu terjadi peristiwa seperti ini maka akan merusak semua,” kata Anies kepada wartawan, dikutip Senin (4/3/2024).

Anies menuturkan, jika terjadi hal yang menyebabkan pemilu terkesan cacat, nantinya akan merusak kepercayaan rakyat terhadap berjalannya proses pemilu. Ia pun menyebut harus ada pertanggungjawaban jika memang terjadi kecurangan dalam kasus PSI.

“Pemerintah harus ikut bertanggungjawab walaupun ketuanya adalah anak presiden bukan berarti segala hal bisa dilakukan terhadap partai yang dipimpin oleh anak presiden. Malah lebih ketat lagi pengawasannya supaya tidak ada jajaran di bawah yang kemudian melakukan kegiatan walaupun tanpa diperintah, tapi inisiatif bisa terjadi,” ujarnya.

Anies juga menekankan akan seluruh elemen masyarakat bisa bersama-sama melakukan pengawasan yang lebih intensif. Dengan adanya pengawasan dari berbagai elemen masyarakat, transparansi jadi lebih berjalan.

“Karena kejahatan itu takut transparansi, tidak ada kejahatan yang berani terhadap transparansi. Terus pantau agar jujur kalau memang suaranya harus dilindungi, kalau memang tidak ada suaranya jangan diada-adakan,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017—2022 itu.

 

Sikap yang tidak transparan dalam pemilu 2024 dianggap merupakan praktek yang memalukan. Anies menegaskan agar pemilu 2024 bisa berjalan tanpa meninggalkan kesan memalukan.  

“Pemilu kita harus jadi pemilu yang membanggakan, jangan jadi pemilu yang memalukan. Kenapa memalukan? Memalukan itu ada yang disembunyikan. Kita mendengar peristiwa itu, rakyat juga memantau, dan mengundang kegelisahan. Kalau ini bisa terjadi berarti yang lain-lain bagaimana? Mungkin ada kejadian serupa yang tidak diketahui,” tuturnya.

Sebelumnya diketahui, raihan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tiba-tiba meledak. Dalam enam hari terakhir, lonjakan hampir 400 ribu suara membuat total suara PSI melaju mendekati ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen.

Ledakan suara itu tampak dalam hasil penghitungan surat suara atau real count sementara yang dilakukan KPU menggunakan aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap). Data perolehan suara setiap partai dalam Pileg DPR RI itu dipublikasikan di laman laman web pemilu2024.kpu.go.id.

Hasil real count terhadap data dari 530.776 tempat pemungutan suara (TPS) per Senin (26/2/2023) pukul 06.00 WIB, menunjukkan PSI masih mendapatkan 2.001.493 suara atau 2,68 persen. Lantas, hasil real count terhadap 541.260 TPS per Sabtu (2/3/2023) pukul 13.00 WIB menunjukkan bahwa PSI sudah mendulang 2.399.469 suara atau 3,13 persen.

Dari data tersebut tampak bahwa PSI mendapatkan tambahan 397.976 suara dalam enam hari terakhir. Secara persentase, raihan suara PSI naik 0,45 persen. PSI satu-satunya partai yang mengalami lonjakan suara sebesar itu. Adapun data masuk untuk real count bertambah dari 10.484 TPS dalam enam hari terakhir.

Saat bersamaan, partai-partai yang sudah pasti tak lolos parlemen mengalami penurunan raihan suara. Hasil real count per Senin (26/2/2023) pukul 06.00 WIB, menunjukkan PSI mendapatkan 2.001.493 suara atau 2,68 persen. Adapun Partai Perindo mendapatkan 975.713 suara atau 1,32 persen, Hanura (585.692 atau 0,79 persen), Partai Buruh (481.564 atau 0,65 persen), Partai Ummat (352.101 atau 0,47 persen), PBB (289.745 atau 0,39 persen), Garuda (260.460 atau 0,35 persen), dan PKN (197.096 atau 0,26 persen).

Lantas, hasil real count per Sabtu (2/3/2023) pukul 13.00 WIB menunjukkan PSI sudah mendulang 2.399.469 suara atau 3,13 persen. Sementara itu, Perindo (961.937 suara atau 1,25 persen), Hanura (559.209 atau 0,73 persen), Partai Buruh (449.826 suara atau 0,59 persen), Partai Ummat (321.956 atau 0,42 persen), PBB (254.045 atau 0,33 persen), Garuda (221.368 suara 0,29 persen), dan PKN (159.642 suara atau 0,21 persen).

PSI merupakan satu-satunya partai yang mengalami kenaikan suara sebesar itu dalam enam hari terakhir. Lonjakan cukup besar juga didapatkan Partai Gelora yang raihan suaranya naik 332.016. Kenaikan raihan suara PSI dan Gelora lebih tinggi dibanding penambahan suara yang didapatkan partai-partai parlemen, termasuk PDIP yang merupakan peraih suara terbanyak. 

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie menyebut, 'ledakan' atau lonjakan drastis raihan suara partainya di laman publikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU merupakan hal yang wajar. Dia meminta semua pihak untuk tidak tendensius dan menggiring opini negatif terkait penambahan total raihan suara PSI dalam Pileg DPR RI 2024 itu.

"Penambahan, termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Grace dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/3/2024).

Grace menjelaskan, lonjakan suara itu wajar karena memang masih banyak data TPS yang belum masuk atau digunakan KPU dalam proses real count via Sirekap. Per Sabtu pukul 12.00 WIB, baru 65,73 persen data TPS yang digunakan KPU. Hasilnya, PSI tercatat meraih 3,13 persen suara secara nasional untuk Pileg DPR RI. 

"Hingga saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat," kata Grace.

 

 

 

 
Berita Terpopuler