Tengkulak Gabah Bergerilya, Harga Beras Jadi Melambung

Para tengkulak memborong gabah petani yang baru panen dengan harga murah di sawah.

network /Mursalin Yasland
.
Rep: Mursalin Yasland Red: Partner

Petani sedang mengolah gabah hasil panen. (Foto: Dok Republika.co.id)

SumatraLink.id, Lampung – Kelangkaan beras yang berdampak naiknya harga beras di pasaran tak lepas dari andilnya para tengkulak (pedagang perantara). Tengkulak ini bergentayangan di sawah-sawah petani membawa mobil truk tatkala musim panen tiba.

Selaku pedagang, apapun namanya tetap dibolehkan selagi sama-sama menguntungkan. Namun, dampak dari perdagangan yang tidak sesuai tersebut bila berdampak negatif pada kemaslahatan umat seperti beras langka dan mahal, itu yang tidak dibenarkan.

Penelusuran di beberapa sentra gabah (padi) di Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, beberapa waktu lalu, terlihat setiap memasuki musim panen para tengkulak bergerilya ke sawah-sawah petani yang sedang panen.

Para tim tengkulak ini mendatangi sawah petani yang sedang panen membawa langsung mobil truk lengkap dengan timbangan. Sekumpulan petani yang panen, diharapkan tengkulak tidak lagi membawa gabahnya ke rumah untuk disimpan di gudang.

Memang, bagi petani pemilik sawah menjual gabah di tempat setelah panen hari itu memeroleh banyak keuntungan. Diantaranya, petani tidak lagi repot dan sibuk membawa gabah ke rumah dari sawah yang menambah biaya angkut. Selain itu, setelah panen pemilik sawah dapat mengantongi uang hasil penjualan gabahnya dan dapat mengupah sesama petani yang menolong panen.

“Setiap panen, kami tidak pernah lagi bawa gabah ke rumah, langsung terima duit dari penjualan gabah ke pedagang,” kata Gani (56 tahun), petani di Trimurjo, Lampung Tengah, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, sistem seperti ini lebih menguntungkan petani, karena tidak keluar ongkos angkut lagi dari sawah ke rumah, dan juga tidak susah lagi menjemur atau mengeringkan gabah setiap hari.

Dari sistem penjualan gabah langsung kepada tengkulak ini, ternyata terdapat kerugian dari petani. Diantaranya, para tengkulak jelas membeli gabah yang baru panen dengan harga murah di sawah. Hal ini juga karena kadar air gabah yang baru dipanen membuat merosot nilainya, juga beratnya bertambah.

Baca juga: Masuk Musim Tanam Jatah Pupuk Subsidi Kurang

Penelusuran di sentra gabah di Lampung, setelah memborong gabah petani, para tengkulak tersebut menjual lagi gabah yang diperoleh dari petani pemilik sawah langsung kepada pengumpul (penadah). Gabah-gabah yang diterima dari petani pemilik sawah, diolah lagi dengan seperti dijemur atau dikeringkan, setelah itu dijual ke luar daerah Lampung (terutama daerah Banten dan Jabodetabek) dengan harga tinggi.


Petani sedang mengumpulkan gabah yang sudah diolah. (Foto: Dok Republika.co.id)

Dampak dari sistem perdangangan seperti ini, perusahaan penggilingan gabah mulai kesulitan mencari gabah petani, karena sudah banyak diborong tengkulak. Padahal, pihak penggilingan memberikan harga kepada petani dengan harga normal terkadang di atas Harga Penjualan Pemerintah (HPP).

“Kalau harga beras mahal di pasaran, karena di tingkat penggilingan pasti stok gabahnya menipis. Mereka sulit cari gabah petani,” kata Wahyu (48 tahun), pedagang beras partai besar di Kemiling, Bandar Lampung, belum lama ini.

Wahyu mendapatkan informasi itu dari agen berasnya di Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Selaku pemasok beras dari agen langsung, ia mengatakan, harga beras sekarang selalu fluktuatif, di saat musim panen harga beras murah, tapi saat musim tanam harga beras naik.

“Karena stok gabah sudah habis atau menghilang, pihak penggilingan kesulitan mencari gabah lagi, terpaksa cari gabah luar tapi harga sudah naik,” kata Wahyu.

Pascapemilu, harga beras kualitas medium dan premium di pasar tradisional Kota Bandar Lampung masih tinggi, Selasa (19/2/204). Beras kualitas medium kemasan dijual Rp 14.500 per kg dari harga Rp 12.500 per kg, sedangkan harga beras premium harganya mencapai Rp 16.500 per kg dari harga Rp 13.500 - Rp 14.000 per kg.

Pedagang menyatakan kenaikan harga beras sudah terjadi sebelum pemilu, Rabu (14/2/2024). Menurut Wahyu, pedagang beras di Pasar Tani Kemiling, harga beras khususnya kualitas medium dan premium sudah terjadi kenaikan sepekan sebelum pemilu berlangsung. Kenaikan sudah terjadi di tingkat penggilingan sehingga agen beras terpaksa menaikan harga beras kepada pengecer.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi meninjau langsung harga beras di Pasar Panjang, Bandar Lampung, Jumat (16/2/2024). Ia mengakui harga beras di pasaran tinggi, dan akan mengkoordinasikan dengan pihak terkait untuk menurunkan harga beras, dan berharap masyarakat dapat sabar dengan kondisi sekarang.

"Lampung ini sebagai lumbung pangan dan penghasil beras. Kita juga mencukupi kebutuhan provinsi lain seperti DKI Jakarta," kata Arinal saat kunjungan ke Pasar Panjang.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2017 tentang Larangan Pengiriman Gabah Keluar Daerah Lampung, artinya Satgas Pangan yang terdiri dari Polda Lampung dan Dishub Lampung terus melakukan pengawasan peredaran gabah di tingkat petani untuk dijual keluar Lampung.

"Gabah kita tidak boleh dijual keluar daerah (Lampung), kalau beras silahkan jual keluar daerah. Gabah petani itu untuk menjaga stabilitas dan kebutuhan rakyat," kata Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dalam keterangan persnya di Bandar Lampung, Jumat (16/2/2024).

Baca juga: Satgas Pangan Perketat Pengawasan Penjualan Gabah

Menurut dia, setelah peninjauan di pasar tradisional Kota Bandar Lampung mengakui terjadi adanya kenaikan harga beras khususnya beras medium dan premium. Sedangkan isu kelangkaan beras di tingkat pedagang, ia mengeklaim tidak terjadi di Lampung.


Para petani sedang membawah gabah hasil panen. (Foto: Dok. Republika.co.id)

Klaim tidak terjadi kelangkaan beras tersebut, ia mengatakan hal tersebut sudah ada Pergub Nomor 71 tahun 2017 dan Perda Nomor 7 tahun 2017 yang mengatur tentang gabah petani. Produksi gabah petani di Lampung mencapai 3,2 juta ton, sedangkan konsumsi gabah di daerah hanya 1,2 juta masih surplus. Sisanya dapat digunakan daerah lain dalam bentuk penjualan beras bukan gabah.

Berdasarkan survey Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, harga gabah kering panen (GKP) tinggi berada di atas HPP yakni Rp 6.200 per kg. Harga GKP tertinggi di Lampung tingkat petani Rp 8.700 per kg, sedangkan di tingkat penggilingan Rp 8.800 per kg.

Kepala BPS Lampung Atas Parlindungan Lubis mengatakan, harga gabah tertinggi dan terendah di tingkat petani dan tingkat penggilangan berada di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu.

Sedangkan harga gabah terendah di tingkat petani mencapai Rp 7.500 per kg pada gabah kualitas GKG terdapat di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur. Hal yang sama terjadi di tingkat penggilingan, harga gabah terendah kelompok Rp 7.675 per kg di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur.

Baca juga: Harga Gabah di Lampung Naik

Sedangkan mengenai harga beras, berdasarkan laporan BPS Lampung yang dilakukan pada Januari 2024, harga beras tertinggi di tingkat penggilingan mencapai Rp 14.500 per kg untuk kualitas premium di Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus.

Sementara harga beras terendah yang diperjualbelikan bulan ini mencapai harga Rp 12.500 per kg untuk beras kualitas medium, terdapat di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur.

Baca juga: Harga Beras Medium dan Premium Tinggi

BPS Lampung jugan menyebutkan harga rata- rata beras di tingkat penggilingan mencapai Rp 13.527,27 per kg untuk beras kualitas premium dan Rp 13.200,00 per kg untuk beras kualitas medium pada bulan Januari 2024. (Emye)

Editor: Mursalin Yasland

 
Berita Terpopuler