Tafsir Alquran Saat Nabi Musa Membelah Laut Merah

Alquran menjelaskan Allah melindungi Nabi Musa.

Anadoulu
Ilustrasi Laut Merah tempat dahulu Nabi Musa menyeberang ke Palestina.
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mengabadikan kisah-kisah panjang di balik keberadaan sejumlah laut, di antaranya adalah Laut Merah. Laut ini menjadi saksi mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Musa As.

Baca Juga

Teluk ini terletak di sebelah barat Jazirah Arab. Di perairan inilah lokasi kisah Nabi Musa membelah laut untuk berlari dari kejaran Fir'aun. Kisah Nabi Musa membelah Laut Merah tersebut diperkirakan terjadi sekitar 3.500 tahun silam.

Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 50, Allah SWT berfirman:

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ

Artinya: "(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya)." 

Dalam ayat tersebut disebutkan nikmat lain yang diberikan kepada Bani Israil, yaitu Allah telah menyelamatkan mereka ketika meninggalkan Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa As dari kejaran Fir‘aun bersama tentaranya.

Dalam Tafsir Tahlili Kemenag dijelaskan, setelah Allah mengangkat Musa menjadi Rasul, Dia memerintahkan agar menyeru Fir‘aun dan kaumnya untuk beriman kepada-Nya, menuntut Fir‘aun agar membebaskan Bani Israil yang berada di negeri itu, dan menghentikan kekejaman yang dilakukan terhadap mereka. 

Sebagai jawabannya, Fir‘aun memperhebat siksaan dan kekejamannya terhadap Bani Israil dan memerintahkan rakyatnya untuk meningkatkan kerja paksa yang ditimpakan kepada mereka.

Kemudian Allah memberikan berbagai mukjizat kepada Musa As dan saudaranya, Nabi Harun, antara lain tongkat Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat menelan ular-ular yang dijelmakan oleh para pesihir yang dikerahkan Fir‘aun untuk melawan mukjizat Nabi Musa As.

 

Melihat kenyataan itu, para pesihir itu pun mengakui kekalahan mereka, lalu menyatakan beriman kepada Tuhan. Akhirnya Fir‘aun mengusir dan mengejar-ngejar mereka. Maka berangkatlah mereka meninggalkan negeri itu di bawah pimpinan Nabi Musa a.s., sedangkan Fir‘aun dan bala tentaranya mengejar mereka. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

 

Ketika mereka sampai di tepi Laut Merah yang membatasi kota Suez dengan Semenanjung Sinai, Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Lalu Musa As melakukannya. Maka terbelahlah air laut dan terbentanglah dua belas jalur jalan raya yang akan dilalui Nabi Musa As bersama pengikut-pengikutnya yang terdiri dari dua belas rombongan, sehingga selamatlah mereka sampai ke seberang.

Sementara itu Fir‘aun bersama rombongannya terus mengejar mereka. Tetapi ketika mereka sampai di tengah-tengah laut itu, air laut kembali bertaut, sehingga mereka semuanya tenggelam ditelan air laut. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil yang telah selamat sampai ke seberang. 

Terbelahnya laut merupakan salah satu dari berbagai mukjizat Nabi Musa As untuk membuktikan kepada manusia bahwa Allah adalah Mahakuasa. Dialah yang menciptakan alam ini dan Dia pula yang menetapkan undang-undang alam yang berlaku sepanjang masa, dan Dia berkuasa pula mengubah atau membatalkan undang-undang alam tersebut apabila dikehendaki-Nya.

Hukum alam yang berlaku pada air ialah bahwa air sebagai salah satu benda cair tidak dapat terpisah tanpa adanya benda lain yang memisahkannya. Undang-undang inilah yang diubah dan dibatalkan-Nya ketika terbelahnya air laut itu. Air laut tersibak dan berdiri seperti dinding-dinding yang tegak lurus tanpa ada sesuatu yang menahannya, sehingga terbentanglah jalan di antara dinding-dinding tersebut. 

Demikian besarnya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil. Mereka telah dibebaskan dari kekejaman Fir‘aun dan rakyatnya. Kemudian mereka diselamatkan pula ketika menyeberang laut. Sesudah itu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tenggelamnya musuh-musuh mereka di tengah laut yang tentu saja menggembirakan hati mereka. Sepatutnyalah mereka mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.

Menukil dari Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah,  Syekh as-Syinqithy mengatakan: “Allah tidak menjelaskan dalam ayat ini bagaimana mereka tenggelam, namun Allah menjelaskannya dalam ayat-ayat yang lain, seperti dalam firman-Nya: 

فَأَتْبَعُوهُم مُّشْرِقِينَ. فَلَمَّا تَرَاءى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ. قَالَ كَلاَّ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ. فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ. وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الآخَرِينَ.

 

Artinya: "Lalu, (Fir‘aun dan bala tentaranya dapat) menyusul mereka pada waktu matahari terbit. Ketika kedua golongan itu saling melihat, para pengikut Musa berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.” Lalu, Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut dengan tongkatmu itu.” Maka, terbelahlah (laut itu) dan setiap belahan seperti gunung yang sangat besar. Di sanalah Kami dekatkan kelompok yang lain." (QS Asy-Syu‘ara [26]:60-64)

 
Berita Terpopuler