Nestapa Rafah, Tempat Pelarian Terakhir Warga Gaza yang Kini Dibombardir Zionis Israel 

Rafah menjadi target militer Zionis Israel berskala besar

AP Photo/Fatima Shbair
Anak-anak dan warga Palestina antre untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (16/2/2024). Badan bantuan internasional mengatakan Gaza menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan pasokan pokok lainnya akibat perang antara Israel dan Hamas.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Rumah sakit terbesar di Gaza yang masih berfungsi di Khan Younis masih dikepung oleh pasukan Israel dengan laporan bahwa staf medis dipukuli dan bantuan diblokir. Kini, satu-satunya jalan bagi warga Gaza untuk melarikan diri adalah kota Rafah.

Baca Juga

“Rafah adalah akhir dari perjalanan, tidak ada tempat lain untuk melarikan diri,” dikutip dari laporan Aljazeera, Sabtu (17/2/2024). 

Kelompok bantuan Médecins Sans Frontières memperingatkan ketika 1,4 juta orang di kota paling selatan ini menghadapi serangan, kelaparan, dan penyakit Israel.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden berharap Israel tidak akan melakukan invasi darat besar-besaran ke Rafah. Dia pun memperkirakan hal itu tidak akan terjadi. 

Kendati demikian, pada Senin (12/2/2024) lalu Israel telah melancarkan serangan udara di kota Rafah di Gaza selatan. Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. 

Otoritas kesehatan di Rafah melaporkan pembunuhan tragis oleh militer Israel terhadap 100 lebih warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, dan ratusan korban luka lainnya.

Tujuan serangan Israel ke Rafah adalah untuk mengalahkan batalyon terakhir kelompok pejuang Palestina Hamas di kota tersebut. Hamas menyebut serangan Israel di Rafah itu sebagai lanjutan dari "genosida dan pemindahan massal" oleh pasukan negara Zionis tersebut. Di Rafah, Israel memaksa warga sipil untuk mengungsi dengan dalih menjadikan kota itu sebagai zona aman.

Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Jumat mendesak Pemerintah Israel untuk tidak melakukan serangan militer di kota Rafah, Gaza selatan, dimana lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi mencari perlindungan dari serangan bertubi-tubi oleh Tel Aviv.

"Uni Eropa sangat prihatin atas rencana Pemerintah Israel mengenai kemungkinan serangan darat di Rafah, dimana lebih dari satu juta warga Palestina berlindung dari perang saat ini," bunyi pernyataan resmi Borrell.

Sambil menegaskan "hak Israel untuk membela diri," Borrell mengatakan Belgia "meminta Pemerintah Israel tidak melakukan tindakan militer di Rafah yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah menjadi bencana dan mencegah penyediaan kebutuhan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.”

Borrell meminta Tel Aviv untuk memastikan melindungi warga sipil sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional, dan mematuhi perintah Mahkamah Internasional yang diputuskan pada 26 Januari, yang ia tekankan mengikat secara hukum.

Israel digugat melakukan genosida pada sidang ICJ, yang dalam keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah yang menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza..

Borrell juga meminta kelompok Palestina Hamas membebaskan seluruh sandera di Gaza.

Perang Gaza mencapai titik kritis saat Israel menyerang Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan tempat di mana 1,4 juta orang mengungsi untuk menghindari pengeboman Israel. Para pengungsi berdesak-desakan di tenda-tenda dan apartemen dan tempat perlindungan sementara.

Mesir, Qatar, dan sekutu...

Mesir, Qatar, dan sekutu terkuat Israel, Amerika Serikat (AS) mencoba menengahi gencatan senjata untuk memulangkan 130 sandera yang ditawan Hamas dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu. 

Negosiator menggelar pembicaraan di Kairo pada Selasa (13/2/2024) tapi belum ada tanda-tanda terobosan dalam perundingan tersebut. 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk "berjuang hingga mendapatkan kemenangan penuh dan ini termasuk tindakan tegas di Rafah."

Baca juga: 4 Perkara yang Bisa Menghambat Rezeki Keluarga Menurut Alquran

Israel melancarkan serangan ke Gaza para pejuang Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel selatan pada 7 Oktober setelah lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.139 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya.

Israel merespons dengan pemboman dan invasi darat yang menghancurkan di Gaza, menewaskan lebih dari 28.500 orang.  

Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.

 

BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

 
Berita Terpopuler