Negeri yang Dulunya Tenteram Makmur Lalu Ditimpa Bencana, Begini Penuturan Alquran

Alquran mengabadikan kisah negeri yang makmur lalu terpuruk

Pixabay
Ilustrasi negeri Saba. Alquran mengabadikan kisah negeri yang makmur lalu terpuruk
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran Surat An Nahl ayat 112 menggambarkan sebuah negeri yang sebelumnya aman dan tenteram, tetapi kemudian ditimpakan bencana kepada penduduknya karena keingkaran kepada nikmat Allah SWT.

Baca Juga

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.” (QS An Nahl ayat 112)

Ulama tafsir Prof Quraish Shihab menjelaskan, ayat ini mengancam dengan siksa duniawi dengan memberi contoh keadaan satu negeri yang menjadi buah bibir karena bencana yang menimpa mereka.

Menukilkan pendapat dari Ibn Asyur, Quraish menjelaskan bahwa ayat tersebut bagaikan berkata, "Ingatkanlah mereka tentang dahsyatnya hari di mana setiap jiwa datang untuk membela dirinya. Siksa yang akan mereka peroleh di dunia adalah seperti yang dialami oleh penduduk suatu negeri yang tadinya aman tenteram dan seterusnya."

Ibn Asyur juga menyebutkan, boleh jadi mitra bicara pada ayat ini adalah kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah setelah sebelumnya mereka dianiaya di Makkah.

Mereka dihibur serta dianjurkan bersyukur karena dengan hijrah itu mereka diselamatkan Allah SWT dari bencana yang menimpa penduduk.

Quraish menguraikan, ulama tafsir berbeda pendapat tentang negeri yang dimaksud pada ayat 112 Surat An Nahl. Ada yang memahaminya secara umum, yang merujuk pada suatu negeri di mana pun letaknya, yang mengalami sebagaimana dilukiskan di ayat tersebut.

"Dan memang ini dapat terjadi kapan dan di mana saja. Ada juga ulama yang memahaminya menunjuk kota Makkah yang pernah mengalami masa paceklik, setelah berlarut kekejaman dan kedurhakaan mereka," jelas Quraish.

Dalam kondisi itulah, ketika Makkah mengalami masa paceklik, Rasulullah SAW berdoa kiranya mereka mengalami tahun-tahun sulit sebagaimana yang dialami oleh masyarakat Mesir pada masa Nabi Yusuf alahissalam. (HR Bukhari, Muslim, dan lain-lain melalui 'Abdullah bin Mas'ud).

Pendapat...

 

Pendapat yang memahami ayat 112 Surat An Nahl turun setelah hijrah Nabi SAW menyatakan bahwa ketika Nabi SAW telah tiba di Madinah, beliau sering kali mengutus pasukan di sekitar kota Makkah yang mengakibatkan gangguan keamanan bagi penduduk Makkah yang tadinya merasa aman.

Ada juga yang memahami bahwa ayat-ayat Surat An Nahl turun sebelum Nabi SAW berhijrah ke Madinah. "Jika demikian, ayat ini tidak berbicara tentang kota Makkah secara khusus, apalagi kata qaryah/negeri berbentuk nakirah (indifinitife) yang mengisyaratkan bahwa ia bukan negeri tertentu," papar Quraish.

Lebih lanjut, Quraish menyampaikan, ayat 112 Surat An Nahl merupakan ancaman terhadap penduduk kota Makkah, tempat di mana ayat ini turun, serta negeri-negeri yang lain yang penduduknya mengkufuri nikmat Allah SWT. Mereka akan mengalami krisis ekonomi dan gangguan keamanan jika mereka melakukan berbagai bentuk kedurhakaan.

Salah satu negeri yang secara tegas disebut namanya mengalami apa yang dilukiskan pada ayat 112 Surat An Nahl, adalah negeri atau penduduk Saba sebagaimana disebutkan dalam Surat Saba' ayat 15-17.

لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِمَا كَفَرُوْاۗ وَهَلْ نُجٰزِيْٓ اِلَّا الْكَفُوْرَ

"Sungguh, bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir." (QS. Saba ayat 15-17)

"Apa yang dialami oleh sekian bangsa dan negara dewasa ini juga merupakan pembuktian kebenaran ancaman ayat di atas," jelas Quraish.

Baca juga: 4 Perkara yang Bisa Menghambat Rezeki Keluarga Menurut Alquran

Penggunaan kata "An'umi" pada ayat 112 Surat An Nahl, terang Quraish, mengisyaratkan bahwa anugerah Allah SWT yang mereka peroleh itu sedikit jika dibandingkan dengan apa yang ada di sisi Allah SWT.

Dengan demikian, anugerah Allah SWT yang mereka peroleh itu, sekalipun banyak, hakikatnya sedikit jika dibandingkan anugerah yang dapat mereka peroleh apabila mereka taat kepada-Nya.

 

Prof Quraish menambahkan, Thabathaba'i memahami pemilihan bentuk jamak (An'ami) yang bukan menunjuk banyak itu adalah karena ayat ini hanya menyebut tiga macam nikmat, yaitu aman, tenteram, dan anugerah rezeki.

"Sedangkan jumlah yang tersedikit untuk sesuatu yang ditunjuk dengan jamak adalah tiga. Dua, dalam bahasa Arab, bukan jamak," terang Quraish.

Infografis Berapa Tahun Diturunkannya Alquran - (Republika)

 
Berita Terpopuler