Aksi Boikot Belum Berhenti, Bisnis Terafiliasi Israel Terus Merosot

Para investor mulai khawatir perang berkepanjangan Gaza mengganggu bisnis mereka.

REUTERS
Logo perusahaan jaringan makanan cepat saji McDonald's. Waralaba McDonald's termasuk di Indonesia ikut terdampak aksi boikot menyusul perang Israel-Hamas di Gaza.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauzih Mursid, Fuji Eka Permana, Mabruroh

Baca Juga

Aksi masif boikot terhadap produk atau bisnis terafiliasi Israel sejak serangan Zionis ke Gaza Palestina faktanya tidak bisa dianggap enteng. Satu persatu entitas bisnis mereka 'morat-marit' menyusul berkurangnya penjualan dan pendapatan secara signifikan.

McDonald's misalnya, dilaporkan saat ini mengalami penurunan penjualan, terutama di Timur Tengah dan negara mayoritas berpenduduk muslim. Langkah McDonald Israel memasok makanan kepada tentara IDF berbuntut gelombang boikot terhadap jaringan waralaba makanan cepat saji itu di belahan dunia lain, khususnya negara-negara berpenduduk Muslim.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (6/2/2024), McDonald's melaporkan penurunan penjualan pertama kalinya selama hampir empat tahun. Penurunan terjadi karena lesunya pertumbuhan penjualan yang sebagian disebabkan konflik di Timur Tengah, yang menyebabkan saham perusahaan turun sekitar 4 persen.

CEO McDonald's Chris Kempczinski menyampaikan, serangan Israel ke Gaza memiliki dampak terhadap kinerja beberapa pasar luar negeri pada kuartal keempat. Dengan dampak yang paling parah di Timur Tengah, kondisi serupa juga terjadi di pasar negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, serta di Prancis. 

"Selama perang ini masih berlangsung. Kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan yang signifikan di pasar-pasar ini," ujar Kempczinski.

Zacks Investment Manajement yang memegang saham McDonald's juga menilai perang di Gaza akan menjadi perhatian besar mereka. Hal ini karena perang berkepanjangan akan memberi dampak terhadap bisnis mereka

“Efek terhadap ketahanan pendapatan akan menjadi kekhawatiran terbesar kami. Sepertinya ini akan menjadi masalah yang terus berlanjut hingga kuartal berikutnya atau bahkan dua kuartal berikutnya,” kata Brian Mulberry.

Tak hanya di pasar negara Muslim, belanja konsumen di daratan China yang merupakan pasar terbesar kedua McDonald's, juga tetap lemah. Meskipun McDonald's tidak memberikan rincian penjualan di masing-masing pasar internasional, McDonald's mencatat promosi industri secara luas meningkat di China selama kuartal tersebut karena restoran-restoran ingin menghidupkan kembali permintaan yang lesu. 

Bisnis McDonald's di AS juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan, terutama dengan konsumen berpendapatan rendah yang mengurangi jumlah pesanan atau beralih ke barang yang lebih murah. Hal ini mengakibatkan penjualan serupa di AS sebesar 4,3 persen pada kuartal tersebut, sedikit di bawah perkiraan kenaikan sebesar 4,4 persen. Namun, McDonald's melaporkan laba per saham yang disesuaikan sebesar 2,95 dolar AS mengalahkan perkiraan 2,82 dolar AS.

“Akan memakan waktu lama agar hasilnya kembali pulih (di Timur Tengah),” kata analis Stephens, Joshua Long.

 

Komik Si Calus : Boikot - (Daan Yahya/Republika)

 

McD Indonesia terdampak

Di Indonesia pun kondisi sama. McDonald's Indonesia yang hak waralabanya dipegang oleh PT Rekso Nasional Food (RNF) mengungkapkan bahwa aksi boikot sangat berdampak dan tidak bisa dihindari. Associate Director of Communications McDonald's (McD) Indonesia, Meta Rostiawati mengatakan, meski tak bisa menghindari dampak boikot, McD Indonesia tetap fokus kepada pelayanan dan kenyamanan pelanggan.

"Tentu sangat berdampak bagi kami (aksi boikot itu), itu tidak bisa dihindari, intinya kami merasakan dampaknya dan yang kami sayangkan sebetulnya tidak hanya dari sisi bisnis, tapi dampaknya itu kita juga diintimidasi," kata Meta saat diwawancarai wartawan usai acara Media Briefing Peluncuran Program Mekdi Untuk Kemanusiaan dan Penyerahan Bantuan Kemanusiaan Palestina di McD Thamrin Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2024).

Meta mengatakan, bagi McD Indonesia yang utama adalah kenyaman dan keamanan karyawan. McD Indonesia juga ditanya apakah terjadi PHK akibat aksi boikot. McD Indonesia menjawab belum, itu yang dijaga McD Indonesia.

"Buat kami fokus untuk kemanusiaan, bukan untuk bisnis, filosofi nilai kami, niat baik hasil baik," ujar Meta.

Menurut Meta, aksi kemanusiaan yang dilakukan McD Indonesia bukan yang pertama dilakukan. Hanya saja tahun ini ada payung programnya bernama Mekdi Untuk Kemanusiaan. Jadi sebelum ada isu seperti ini, McD Indonesia sudah melakukan aksi kemanusiaan. 

Saat ditanya berapa persen penurunan omset akibat aksi boikot, McD Indonesia meminta maaf tidak bisa menyampaikan itu. Sebelumnya, saat ditanya bagaimana sikap McD Indonesia terhadap McD Israel yang membagikan makanan ke tentara Israel, Direktur HR dan GS PT Rekso Nasional Food, Yulianti Hadena menjawab, McD Indonesia tidak berafiliasi dengan McD manapun.

"Dan kita mendukung sepenuhnya pemerintahan Indonesia," kata Yulianti kepada Republika.

Yulianti mengatakan, terkait isu boikot, McD Indonesia melakukan penyesuaian. Intinya McD Indonesia tetap mempertahankan untuk memberikan pelayanan yang terbaik, dan memuaskan pelanggan setia.

"Tentunya keamanan, keselamatan dan kesejahteraan karyawan (McD Indonesia) tetap menjadi prioritas kami, begitu juga dengan para pelanggan kami," ujar Yulianti.

Yulianti menambahkan, McD Indonesia juga ingin membantu masyarakat, tidak hanya memfasilitasi makan saja tapi juga memfasilitasi sedekah. Sekali lagi McD Indonesia punya niat baik, dan hasil baik.

"Dan bagi kami (McD Indonesia) komunitas masyarakat adalah penting, kita sudah berada di Indonesia 30 tahun, dalam hal ini juga kami sejalan dengan Baznas yang mengatakan bahwa dalam memberikan bantuan kita netral dan tanpa diskriminasi, itu yang kami tekankan, ini sesuai dengan nilai-nilai yang kami miliki, salah satunya niat baik hasil baik," jelas Yulianti. 

Boikot produk Israel dan pro-Israel - (DBS)

Perusahaan berikutnya yang paling terdampak aksi global boikot adalah Starbucks Corp (NASDAQ: SBUX). Pendapatan perusahaan mengalami penurunan, harga sahamnya juga anjlok.

"Perusahaan telah mengalami penurunan yang stabil sejak mencapai puncaknya dalam 6 bulan sebesar 107 dolar AS pada pertengahan November dan, pada saat berita ini dimuat, telah jatuh ke 92,80 dolar AS," tulis Finbold, Selasa (31/1/2024).

Secara total, saham perseroan turun 3,34 persen dalam 30 hari terakhir, 0,93 persen sejak 1 Januari, dan 1,07 persen dalam sepekan terakhir. Namun, Starbucks ditutup 0,21 persen di zona hijau pada hari Jumat dan naik 0,22 persen lagi di pra-pasar Senin (30/1/2024).

Selanjutnya adalah perusahaan minuman berkarbonaso Coca-Cola Co (NYSE: KO). Coca-Cola menghadapi boikot dari aktivis pro-Palestina terutama karena mengoperasikan pabrik di Atarot, sebuah pemukiman Israel di dekat Yerusalem yang dianggap sebagai pemukiman ilegal oleh kelompok pro-Palestina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Tekanan terhadap pabrik produksi di Atarot, pada kenyataannya, telah memaksa satu perusahaan Amerika General Mills untuk keluar dari pemukiman tersebut, menurut kelompok pro-Palestina yang berbasis di Inggris, Friends of al-Aqsa (FOA), yang juga berupaya untuk melakukan hal tersebut. meningkatkan kesadaran akan boikot Coca-Cola pada 18 November 2023. Meskipun demikian, kinerja saham Coca-Cola cukup baik dalam empat bulan terakhir dan secara umum mengalami tren naik.

"Dalam 30 hari terakhir, saham minuman ringan naik 0,75 persen. Perusahaan telah berada pada lintasan yang sedikit menurun sejak 1 Januari dan berada 0,75 persen di zona merah tahun ini. Dalam seminggu terakhir, saham KO juga turun 0,60 persen tetapi pada hari Jumat, hari perdagangan terakhir, saham KO ditutup 0,35 persen di zona hijau pada 59,37 dolar AS," tulis Finbold.

Dikutip dari laman BDS Movement, gerakan boikot, divestasi, sanksi itu mengajak seluruh aktivis, organisasi, dan institusi di seluruh dunia untuk meningkatkan kampanye boikot. Menurut BDS, penyebaran boikot terhadap perusahaan Israel dan multinasional yang terlibat dapat menjadi efektif jika dilakukan secara strategis.

Menurut BS Movement, aksi boikot ini sangat berdampak langsung pada perekonomian Israel. Misalnya saja yang perdah terjadi pada 2014 lalu, akibat gerakan boikot, investasi asing langsung ke Israel turun 46 persen dibandingkan pada 2013. 

"Begitu pula dengan aksi boikot kali ini, BDS Movement berharap, aksi kali ini pun dapat mengakhiri semua keterlibatan negara, perusahaan, dan kelembagaan dengan rezim genosida Israel lebih mendesak dari sebelumnya," demikian pernyataan BDS Movement, akhir Januari lalu. 

Karikatur Opini Republika : Boikot - (Republika/Daan Yahya)

 
Berita Terpopuler