Covid Rebound, Mengapa Bisa Terjadi?

Beberapa orang mengalami kekambuhan gejala Covid-19 setelah sembuh.

Freepik
Perempuan menyeka ingusnya (ilustrasi). Gejala Covid rebound sering kali mirip dengan pilek, yakni sakit tenggorokan, batuk, kelelahan, sakit kepala, sesak napas, dan nyeri otot.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan tingkat kasus Covid-19 yang tinggi di sebagian besar negara, beberapa orang mungkin mengalami gejala kambuhnya Covid dalam beberapa pekan mendatang. Kondisi tersebut juga dikenal sebagai Covid rebound.

Dokter Scott Roberts selaku direktur medis asosiasi pencegahan infeksi di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat (AS), mengatakan Covid rebound adalah kambuhnya gejala Covid setelah hasil negatif. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada Desember 2023, bukti saat ini menunjukkan bahwa kembalinya kasus Covid biasanya terjadi tiga hingga tujuh hari setelah infeksi pada pasien sembuh.

Dikutip dari laman Today, Selasa (30/1/2024), ada beberapa ciri khas dari Covid rebound. Penderitanya bisanya mengembangkan gejala biasanya ringan, tidak memerlukan rawat inap, biasanya berlangsung kurang dari sepekan, dan ini tidak secara khusus dikaitkan dengan Paxlovid.

Sementara itu, gejala-gejala Covid rebound sering kali mirip dengan pilek, yakni sakit tenggorokan, batuk, kelelahan, sakit kepala, sesak napas, dan nyeri otot.

"Dalam hampir semua kasus, kejadian kembalinya jauh (lebih ringan) dibandingkan infeksi awal," kata Roberts.

Baca Juga

Perawatan biasanya tidak dianjurkan untuk gejala yang muncul kembali. Gejala-gejala Covid rebound dan hasil tes positif kembali biasanya berlangsung selama sekitar tiga hari, menurut laporan kesehatan Mei 2022 dari CDC. Anda mungkin juga tertular selama ini.

"CDC merekomendasikan periode isolasi berulang, meskipun kemungkinan besar tingkat penularannya jauh lebih kecil dibandingkan episode awal penularan," kata Roberts.

CDC mengatakan orang-orang yang mengalami gejala kembalinya Covid-19 harus melakukan isolasi ulang setidaknya selama lima hari. Akhiri isolasi setelah Anda bebas demam selama 24 jam tanpa obat, jika gejala Anda membaik. Kenakan masker selama 10 hari setelah gejala-gejala rebound dimulai.

Jika hasil tes Anda negatif untuk Covid (setelah sebelumnya dites positif) dan kemudian mengalami gejala dan dites positif lagi, itu bisa menjadi tanda kembalinya Covid. Cara lain untuk mengetahui bahwa Anda mengalami pemulihan Covid adalah jika Anda mulai merasa lebih buruk lagi setelah merasa lebih baik, bahkan tanpa hasil tes positif lagi setelah hasil tes negatif karena banyak orang yang mengalami gejala kambuh tidak memberi tahu dokter mereka.

Selain itu, Roberts mencatat tidak jelas secara pasti siapa yang akan tertular kembali Covid-19. Ada kemungkinan bahwa penggunaan Paxlovid dapat meningkatkan risiko Anda.

"Ada semakin banyak bukti bahwa rebound terjadi dalam frekuensi yang lebih besar pada mereka yang menggunakan Paxlovid dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsinya, meskipun diperlukan lebih banyak data dan penelitian untuk mendapatkan jawaban pasti atas pertanyaan ini," jelas Roberts.

Pada Mei 2022, CDC memperingatkan masyarakat tentang laporan-laporan pasien yang mengalami gejala kambuh setelah menghentikan Paxlovid. Biasanya, itu terjadi dalam waktu satu pekan setelah penghentian obat.

Hanya saja, ketika menyetujui Paxlovid pada Mei 2023, Food and Drug Administration (FDA) AS mencatat tingkat rebound dalam uji klinis sebetulnya serupa di antara mereka yang memakai obat antivirus tersebut dibandingkan dengan mereka yang memakai plasebo. CDC mengatakan dalam laporannya pada bulan Desember 2023 bahwa peningkatan kembali Covid "tidak dikaitkan secara khusus dengan penerimaan (Paxlovid)".

Laporan tersebut juga mencatat bahwa jika Anda berisiko tinggi terkena penyakit parah akibat Covid-19, misalnya karena sistem kekebalan tubuh lemah atau memiliki kondisi medis yang mendasarinya, Anda mungkin juga lebih mungkin mengalami peningkatan kembali (Covid-19) kembali. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian mengenai hal tersebut.

 
Berita Terpopuler