Tafsir Surat Ibrahim Ayat 24: Perumpaman Kalimat Thayyibah dalam Alquran

Kalimat thayyibah apabila diucapkan dan diamalkan akan mendapat pahala.

AP/Virginia Mayo
Matahari mulai naik melalui celah pohon-pohon diantara bunga Bluebells atau juga dikenal sebagai Hyacinth liar yang mekar di hutan Hallerbos di Halle, Belgia.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalimat Thayyibah merupakan kalimat kebaikan yang apabila diucapkan dan diamalkan akan mendapat pahala. Kalimat thayyibah ini dibuat perumpamaan dalam Alquran sebagaimana tertuang dalam surat Ibrahim ayat 24. Allah SWT berfirman:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ

Artinya: "Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah thayyibah? (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit," (QS Ibrahim [14]: 24).

Dalam Tafsir Tahlili Kemenag RI dijelaskan, perumpamaan yang disebutkan dalam ayat di atas adalah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti “La ilaha illallah” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran.

Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama. Pertama, yaitu mengisap air dan unsur hara dari dalam tanah. Kedua, menopang tegaknya pohon.

Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah, maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit.

Baca Juga

Dalam hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda...

Dalam hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله ُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَ إِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ. فَحَدِّثُوْنِيْ مَا هِيَ؟ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِى. قَالَ عَبْدُ اللهِ:فَوَقَعَ فِيْ نَفْسِيْ أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ. ثُمَّ قَالُوْا حَدِّثْنَا مَاهِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: هِيَ النَّخْلَةُ. (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin ‘Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, “Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, “Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!” beliau menjawab, “Pohon itu adalah pohon kurma.” (HR Bukhari)

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.

Sementara, di dalam salah satu kitab tafsir paling terkenal dalam Islam, Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: "perumpamaan kalimat thayyibah" yakni syahadat atau persaksian yang bunyinya 'tidak ada Tuhan selain Allah'.

Dalam ayat tersebut, "Seperti pohon yang baik" maksudnya adalah orang mukmin. Lalu, "akarnya teguh" maksudnya adalah kalimat 'La ilaha illallah ' tertanam dalam di hati orang mukmin. Sedangkan perumpamaan "Cabangnya (menjulang) ke langit" maksudnya adalah berkat kalimat tersebut amal orang mukmin dinaikkan ke langit.

Demikianlah menurut Ad-Dahhak, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, dan lain-lainnya bahwa sesungguhnya hal ini merupakan perumpamaan tentang amal perbuatan orang mukmin, ucapannya yang baik, dan amalnya yang saleh. Dan sesungguhnya orang mukmin itu seperti pohon kurma, amal salehnya terus-menerus dinaikkan (ke langit) baginya di setiap waktu, pagi dan petang.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh...

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma. Juga menurut riwayat Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari Anas, bahwa pohon itu adalah pohon kurma.

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Syu'aib ibnul Habhab, dari Anas, bahwa Rasulullah SAW mendapat kiriman sekantong buah kurma. Maka beliau SAW membaca firman-Nya: "Perumpamaan kalimat thayyibah seperti pohon yang baik, yakni pohon kurma."

Jadi, dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan bagi amal baik orang mukmin. Tidakkah kamu memperhatikan dan merenungkan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, yaitu kurma. Akarnya menghunjam tanah dengan kuat dan cabangnya menjulang tinggi ke arah langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin tuhannya.

Seperti itulah pohon keimanan; akarnya terpatri dengan kuat di dada kaum mukmin, dan cabangnya yang berupa amal saleh dipersembahkan kepada Allah setiap waktu. Dan demikianlah, Allah membuat perumpamaan itu sebagai gambaran untuk manusia renungkan agar mereka selalu ingat akan kebesaran dan kekuasaan Allah.

 
Berita Terpopuler