Rusia Sebut Peristiwa Tragis di Gaza Bisa Dipandang Sebagai Genosida

Rusia desak Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengevaluasi definisi genosida.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang anak Palestina yang terlantar memegang panci kosong sambil menunggu bersama orang lain untuk menerima bantuan makanan yang diberikan oleh kelompok pemuda Palestina di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza Selatan, (25/1/20240.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Utusan Khusus Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentiev mengatakan peristiwa tragis di Jalur Gaza, yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, bisa dipandang sebagai genosida. Ia menyebut apa yang dialami warga Gaza sudah tidak manusiawi.

"Sungguh sebuah kejahatan di mana begitu banyak orang, termasuk perempuan dan anak-anak, meninggal dalam waktu singkat. Ini dapat dipandang sebagai genosida," kata Lavrentiev kepada wartawan dalam konferensi pers usai Pertemuan ke-21 Astana di Kazakhstan, Kamis (25/1/2024).

Baca Juga

Untuk itu, Lavrentiev mendesak Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengevaluasi definisi "genosida" dari perspektif hukum. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa tindakan Israel, yang seolah dibolehkan, dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat negatif bagi seluruh kawasan Timur Tengah, terutama terhadap negara-negara tetangga Palestina.

Warga Palestina menyusuri jalan yang rusak di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, Kamis (25/1/2024). Lebih dari 25.700 warga Palestinia telah syahid akibat gempuran Israel, menurut Palestinian Health Ministry sejak serangan 7 Oktober 2023. - (EPA-EFE/ALAA BADARNEH)

Jika perang terus berlanjut di Jalur Gaza, lanjut Lavrentiev, konflik pasti akan meluas hingga ke Lebanon dan Suriah. Menurutnya, andaikan negara-negara tersebut juga ikut terlibat dalam perang, negara-negara lain di kawasan Timur Tengah juga akan menderita.

"Tidak ada yang menginginkan hal seperti ini terjadi," kata Lavrentiev.

Lavrentiev kemudian mengatakan bahwa komunitas internasional perlu menghindari ancaman-ancaman tersebut. Dia menyebut bahwa mereka perlu segera berupaya untuk mendirikan negara Palestina dan memajukan solusi dua negara, gagasan yang menurut dia ditolak oleh para pemimpin Israel.

"Komunitas internasional harus melakukan banyak upaya serius dan melakukannya sesegera mungkin untuk meyakinkan Israel bahwa pertempuran di Jalur Gaza harus dihentikan dan solusi dua negara harus didiskusikan di meja perundingan melalui pembicaraan dengan Palestina," ujar dia.

Pertemuan ke-21 dalam format Astana dimulai pada Rabu (24/1/2024. Perwakilan dari Turki, Iran, Rusia, Suriah, dan PBB berkumpul untuk membahas dampak situasi di Gaza terhadap Suriah setelah serangan baru oleh Israel.

 
Berita Terpopuler