Raja Charles Operasi Pembesaran Prostat, Ada Kaitannya dengan Kanker?

Raja Charles diapresiasi karena terbuka dengan masalah kesehatannya.

Andrew Milligan/Pool via AP
Raja Charles III akan menjalani operasi prostat. Dia mengalami pembesaran prostat.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raja Charles saat ini sedang dirawat di rumah sakit dan akan menjalani operasi karena kondisi pembesaran prostat yang dia idap. Sejak kabar ini mencuat di media, banyak orang berspekulasi bahwa pembesaran prostat yang dialami oleh Raja Charles disebabkan oleh kanker.

Baca Juga

Kabar mengenai kesehatan Raja Charles ini muncul tak lama setelah pihak kerajaan Inggris mengumumkan bahwa Princess of Wales, Kate Middleton, sedang dirawat di rumah sakit untuk menjalani operasi perut terencana. Dalam keterangan resmi mereka, Buckingham Palace menyatakan bahwa kondisi yang diidap oleh Raja Charles tidak ganas.

"Sama seperti ribuan pria lainnya setiap tahun, Yang Mulia Raja menjalani terapi untuk pembesaran prostat," ungkap Buckingham Palace, seperti dilansir Express pada Jumat (19/1/2024).

Setelah pengumuman tersebut diunggah, banyak warganet yang mengaitkan kondisi Raja Charles kanker prostat. Tak sedikit pula warganet yang mengira bahwa pembesaran prostat merupakan kanker prostat.

"Pembesaran prostat merupakan kondisi yang sangat umum pada pria di atas usia 50," ungkap Head of Health Information & Clinical Support di Prostate Cancer UK, Nick Ridgman.

Ridgman menegaskan bahwa pembesaran prostat bukan disebabkan oleh kanker. Selain itu, pembesaran prostat juga tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.

"Pria dengan pembesaran prostat mungkin akan mengalami gejala seperti kesulitan berkemih, aliran urin yang lemah, lebih sering berkemih, atau bahkan tidak ada gejala," ujar Ridgman.

Prostat merupakan kelenjar kecil yang terletak di panggul, tepatnya di antara penis dan kandung kemih. Pada kasus pembesaran prostat, kelenjar tersebut mengalami pembesaran lebih dari normal. Kondisi ini biasanya dikenal dengan istilah benign prostatic hyperplasia (BPH).

"Ini adalah kondisi yang memengaruhi cara Anda berkemih," lanjut National Health Service (NHS).

 

Menurut Mayo Clinic melalui laman resminya, penyebab pembesaran prostat belum diketahui. Akan tetapi, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pembesaran prostat. Sebagian dari faktor risiko tersebut adalah penuaan, riwayat keluarga, penyakit jantung dan diabetes, serta gaya hidup.

Bila tak ditangani, pembesaran prostat dapat memunculkan sejumlah komplikasi. Komplikasi tersebut bisa berupa retensi urin atau ketidakmampuan untuk berkemih, infeksi saluran kemih, batu kandung kemih, kerusakan kandung kemih, serta kerusakan ginjal.

"Terapi untuk BPH dapat menurunkan risiko timbulnya komplikasi-komplikasi ini. Tetapi retensi urine dan kerusakan ginjal bisa menjadi ancaman kesehatan yang serius," ujar Mayo Clinic.

Sejak Buckingham Palace mengunggah pengumuman mengenai kondisi kesehatan Raja Charles, tren pencarian yang berkaitan dengan pembesaran prostat mengalami peningkatan signifikan di internet. Ridgman juga mengapresiasi keterbukaan Raja Charles yang membuat kesadaran masyarakat terhadap kondisi pembesaran prostat menjadi meningkat.

 

"Kami berharap Yang Mulia Raja membaik, mengingat beliau telah memulai terapinya untuk pembesaran prostat. Dan kami berterima kasih atas keterbukaan Beliau karena itu akan meningkatkan kesadaran mengenai kondisi tersebut," ujar Ridgman.

 
Berita Terpopuler