Partai Buruh Israel akan Ajukan Mosi tidak Percaya Pemerintahan Netanyahu

Partai Buruh memiliki empat dari 120 kursi di Knesset Israel

Antara/Yudi
Ilustrasi bendera Israel. Partai Buruh memiliki empat dari 120 kursi di Knesset Israel
Rep: Kamran Dikarma Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Partai Buruh Israel telah mengumumkan akan mengajukan proposal mosi tidak percaya pada pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke parlemen (Knesset). Partai tersebut menyoroti ketidakmampuan Netanyahu untuk memulangkan warga Israel yang masih disandera Hamas di Jalur Gaza.

Baca Juga

“Putri dan putra kami telah ditawan oleh Hamas selama 103 hari. (Selama) 103 hari negara Israel terpecah antara Israel dan Gaza. Dan pemerintah tidak peduli sama sekali,” kata Partai Buruh Israel lewat akun X resminya, Rabu (17/1/2024), dikutip laman Middle East Monitor. 

Di unggahan lain, Partai Buruh Israel mengingatkan bahwa para sandera tidak mempunyai waktu.

“Mereka (para sandera) tidak punya waktu. Kita tidak punya waktu. Dan tidak ada kepercayaan pada pemerintah yang tidak melakukan segalanya untuk mengembalikan mereka. Tidak ada kepercayaan pada pemerintah yang tidak menempatkan penculikan sebagai prioritas,” kata Partai Buruh Israel. 

“Sebuah pemerintahan yang peduli terhadap kepentingan korupnya dan bukan mereka yang mengorbankan nyawanya demi kepentingannya. Ini adalah pemerintahan yang tidak dapat dipercaya, harus digulingkan,” tambah Partai Buruh Israel.

Partai Buruh memiliki empat dari 120 kursi di Knesset. Partai tersebut dipimpin oleh mantan menteri transportasi Israel, Merav Michaeli. Pada Rabu lalu, partai Yesh Atid, yang memiliki 24 kursi di Knesset dan dipimpin tokoh oposisi Yair Lapid, mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintah.

Mosi tersebut sebagai keberatan terhadap anggaran yang disetujui pemerintah. “Pemerintahan ini tidak bisa terus ada. Ini adalah kegagalan yang mengorbankan nyawa masyarakat dan masa depan negara,” kata Yesh Atid.

Proses mosi tidak percaya memerlukan dukungan mayoritas atau 61 anggota Knesset. Koalisi pemerintahan Benjamin Netanyahu memiliki mayoritas kursi di Knesset, yakni sebanyak 64. Oleh sebab itu, kecil kemungkinan kubu oposisi dapat memenangkan pemungutan suara.

Pada Senin (15/1/2024) lalu, Hamas...

 

Pada Senin (15/1/2024) lalu, Hamas merilis video yang menunjukkan dua sandera terbunuh akibat serangan Israel ke Jalur Gaza. Dalam video tersebut, seorang sandera bernama Noa Argamani (26 tahun) tampil dengan latar tembok putih.

Dia mengatakan bahwa dua sandera, yakni Itai Svirsky (38 tahun) dan Yossi Sharabi (53 tahun) telah terbunuh akibat serangan Israel. Argamani pun mengaku bahwa dia mengalami luka-luka.

Sebelum video itu berakhir, Hamas menyisipkan foto yang memperlihatkan jenazah Svirsky dan Sharabi. Dalam video, Argamani pun menyerukan agar pasukan Israel menghentikan perang. “Hentikan kegilaan ini, kembalikan kami ke keluarga kami selagi kami masih hidup. Kembalikan kami ke rumah,” katanya.

Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan, pihaknya mengidentifikasi Svirsky sebagai salah satu orang yang muncul dalam video Hamas. Namun dia tidak memberikan nama atau rincian lain mengenai sandera kedua yang tewas terbunuh. 

Hagari pun membantah narasi Hamas yang menyebut Svirsky dan Sharabi tewas akibat serangan Israel. “Itai (Svirsky) tidak ditembak oleh pasukan kami. Itu adalah kebohoangan Hamas. Bangunan tempat mereka ditahan bukanlah sasaran dan tidak diserang oleh pasukan kami,” kata Hagari kepada awak media, dikutip al-Arabiya. 

“Kami tidak menyerang suatu tempat jika kami tahu mungkin ada sandera di dalamnya,” ucap Hagari, seraya menambahkan bahwa daerah di dekatnya telah menjadi sasaran.

Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya

Hagari mengungkapkan, saat ini IDF sedang memeriksa foto-foto yang dipublikasikan Hamas beserta informasi lain yang dimilikinya. Hamas telah mengungkapkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan sejumlah sandera akibat gempuran serangan Israel. Hamas memperkirakan sandera-sandera tersebut sudah tewas terbunuh oleh agresi Israel. Pada Ahad (14/1/2024) lalu, IDF mengatakan, mereka menyadari risiko serangan udara terhadap keselamatan para sandera. 

 

Namun IDF akan tetap melanjutkan serangan tersebut. “Operasi militer butuh waktu. Menjadi kewajiban kami untuk presisi dan kami beradaptasi sesuai dengan ancaman dan siapa sandera di lapangan,” kata Juru Bicara IDF Daniel Hagari. Hamas diperkirakan masih menyandera lebih dari 100 warga Israel. 

BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

 
Berita Terpopuler