Indikator: Elektabilitas Prabowo-Gibran 45,79 Persen Alami Stagnasi

Pasangan Anies-Muhaimin sebesar 25,47 persen dan Ganjar-Mahfud terendah 22,96 persen.

Antara/IC Senjaya
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi.
Rep: Nawir Arsyad Akbar Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia menggelar survei simulasi surat suara terhadap elektabilitas Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada medio 30 Desember 2023-6 Januari 2024. Pasangan nomor urut 2 meraih elektabilitas teratas di angka 45,79 persen.

Walaupun elektabilitas Prabowo-Gibran terdepan, angka tersebut rupanya mengalami stagnasi dari survei sebelumnya. Padahal, pada medio Oktober ke Desember 2023, pasangan tersebut mengalami kenaikan signifikan setelah periode pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dalam survei Indikator Politik Indonesia pada 27 Oktober-1 November 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran masih sebesar 39,7 persen. Lalu, pada 23 November-1 Desember 2023 melonjak mencapai 45,8 persen.

"Jadi kalau kita bandingkan, dibanding survei tatap muka bulan lalu, terjadi stagnasi buat elektabilitas paslon 02. Perolehannya hanya sekitar 45,8 persen, artinya stagnan," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi lewat rilis daringnya di Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Sementara itu elektabilitas Anies-Muhaimin dalam medio 30 Desember 2023-6 Januari 2024 sebesar 25,47 persen. Sedangkan Ganjar-Mahfud terendah dengan 22,96 persen.

Merujuk data tersebut, Burhanuddin menilai, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dalam satu putaran masih belum bisa terwujud seperti yang ditargetkan oleh kubu Prabowo-Gibran. Sedangkan untuk putaran kedua, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud bersaing ketat mendampingi pasangan nomor urut 2.

"Pertanyaannya, apakah stagnasi buat paslon 02 ini berlanjut sampai bulan depan? Kalau iya, berarti kemungkinan dua putaran terbuka. Tapi kalau misalnya terjadi kejadian luar biasa, nah ini (pendapat) saya, itu berarti satu putaran masih terbuka buat paslon 02," ucap Burhanuddin.

Indikator Politik Indonesia melakukan survei dengan populasinya adalah warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih pada Pemilu 2024. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Adapun jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang yang berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Kemudian, dilakukan oversample di 13 provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Sehingga total sampel adalah sebanyak 4.560 responden.

Dengan asumsi metode stratified random sampling, ukiran sampel basisi 4.560 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sebesar sekira dua persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Anies lebih berpeluang...

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, satu atau dua putaran Pilpres 2024 belum bisa dipastikan. Karena merujuk hasil surveinya yang menampilkan elektabilitas Prabowo-Gibran yang belum menembus 50 persen, tetapi sudah melebihi 45 persen.

Namun jika melihat tiga hasil survei terakhir lembaganya, ia menilai, Pilpres 2024 akan berlangsung selama dua putaran. Dengan Prabowo-Gibran yang dipastikan akan maju, berikutnya pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud akan bersaing ketat sebagai kompetitornya.

"Meskipun secara absolut Anies Baswedan lebih besar peluangnya untuk masuk putaran kedua, mendampingi Pak Prabowo," ujar Burhanuddin lewat rilis daringnya di Jakarta, Kamis.

Indikator menampilkan dua hasil surveinya sebelum 30 Desember 2023-6 Januari 2024. Pertama pada 27 Oktober-1 November 2023 yang hasilnya Prabowo-Gibran (39,7 persen), Ganjar-Mahfud (30,0 persen), dan Anies-Muhaimin (24,4 persen).

Selanjutnya pada 23 November sampai 1 Desember 2023, yakni Prabowo-Gibran (45,8 persen), Ganjar-Mahfud (25,6 persen), dan Anies-Muhaimin (22,8 persen). Dia menjelaskan, pasangan calon 1 dan 3 masih sangat besar peluangnya untuk maju ke putaran kedua.

Pasalnya, adanya margin of error sekira 2 persen dan 5 persen responden yang belum menentukan jawabannya. Sehingga kedua pasangan itu masih bisa saling bersaing. "Tapi lagi-lagi, satu putaran masih terbuka kemungkinannya, tergantung konstelasi yang terjadi satu bulan terakhir," ujar Burhanuddin.

 
Berita Terpopuler