10 Adab Membaca Alquran yang Paling Penting  

Alquran adalah Kitab Suci dan wahyu Ilahi.

republika
Seorang Muslim tengah membaca Alquran.
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran adalah Kitab Suci dan wahyu Ilahi, maka ada adab tersendiri bagi orang-orang yang membacanya.

Baca Juga

Imam Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali atau yang dikenal sebagai Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan tata cara atau adab membaca Alquran. Dia membagi adab membaca Alquran menjadi adab yang mengenai batin, dan adab yang mengenai lahir. 

Mengenai adab lahir dalam membaca Alquran, selain didapati di dalam kitab Ihya Ulumuddin, juga banyak terdapat di dalam kitab-kitab lainnya. Misalnya dalam kitab Al-Itqan yang ditulis Al Imam Jalaluddin As-Suyuthi tentang adab membaca Alquran yang dirinci sampai menjadi beberapa bagian.

Berikut ini 10 adab membaca Alquran yang paling penting, sebagaimana ditulis dalam Alquran dan Terjemahannya yang dianjurkan oleh Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Fahd Ibn Abdal Aziz Al Saud, Raja Kerajaan Arab Saudi untuk dicetak.

1. Disunnahkan membaca Alquran sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Alquran hendaknya dengan tangan kanan, sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.

2. Disunnahkan membaca Alquran di tempat yang bersih, seperti di rumah, di surau, di musholla dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama adalah di masjid.

3. Disunnahkan membaca Alquran menghadap ke qiblat, membacanya dengan khusyu dan tenang, sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.

4. Ketika membaca Alquran, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Alquran mulut dan gigi dibersihkan terlebih dahulu.

5. Sebelum membaca Alquran, disunnahkan membaca ta'awwudz yang berbunyi "A'udzubillahi minasy syaithanir rajim." Sesudah itu barulah dibaca "Bismillahirrahmanirrahim." 

Maksudnya, lebih dahulu meminta perlindungan Allah, supaya terjauh dari pengaruh tipu daya setan, sehingga hati dan pikiran tetap tenang di waktu membaca Alquran, terjauh dari gangguan atau godaan. Biasa juga sebelum atau sesudah membaca ta'awwudz itu, berdoa dengan maksud memohon kepada Allah supaya hatinya menjadi terang.

Doanya, "Ya Allah bukakanlah kepada kami hikmat-Mu dan taburkanlah kepada kami rahmat dari khazanah-Mu, Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."

6. Disunatkan membaca Alquran dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Muzzammil Ayat 4.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

Au zid ‘alaihi wa rattilil-qur'āna tartīlā(n).

. . . . Bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. (QS Al-Muzzammil Ayat 4)

Membaca dengan tartil itu lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta lebih mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada Alquran.

Telah berkata Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, "Aku lebih suka membaca Surat Al-Baqarah dan Ali-Imran dengan tartil, daripada kubaca seluruh Alquran dengan cara terburu-buru dan cepat-cepat."

7. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Alquran, disunnahkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah yang dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti serta maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu membaca Alquran serta mendalami isi yang terkandung di dalamnya. Hal itu akan mendorongnya untuk mengamalkan isi Alquran itu. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا 

Afalā yatadabbarūnal-qur'ān(a), wa lau kāna min ‘indi gairillāhi lawajadū fīhikhtilāfan kaṡīrā(n).

Tidakkah mereka mentadabburi (memperhatikan, menghayati dan mendalami) Alquran? Seandainya (Alquran) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya. (QS An-Nisa' Ayat 82)

Jika membaca Alquran yang selalu disertai perhatian dan pemikiran arti dan maksudnya, maka dapat dilakukan ketentuan-ketentuan terhadap ayat-ayat yang dibacanya. 

Contohnya, jika bacaan sampai kepada ayat tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid. Jika sampai kepada ayat doa dan istighfar, maka berdoa dan minta ampun. Jika sampai kepada ayat azab, maka meminta perlindungan kepada Allah. Jika sampai kepada ayat rahmat, maka meminta dan memohon rahmat. Begitulah seterusnya. Caranya, boleh diucapkan dengan lisan atau cukup dalam hati saja. 

8. Dalam membaca Alquran itu, hendaklah benar-benar diresapi arti dan maksudnya, terlebih jika sampai pada ayat-ayat yang menggambarkan nasib orang-orang yang berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan bagi mereka. Sehubungan dengan itu, menurut riwayat, para sahabat Nabi Muhammad SAW banyak yang mencucurkan air matanya di kala membaca dan mendengar ayat-ayat suci Alquran yang menggambarkan betapa nasib yang akan diderita oleh orang-orang yang berdosa.

9. Disunatkan membaca Alquran dengan suara yang bagus lagi merdu, sobab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan uslub-nya Alquran. Rasulullah SAW telah bersabda, "Hendaklah kamu sekalian hiasi Alquran itu dengan suaramu yang merdu."

Diriwayatka  bahwa pada suatu malam Nabi Muhammad SAW menunggu-munggu isterinya, Aisyah Radiyallahu anha  yang kebetulan agak terlambat datangnya. Setelah dia datang, Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Bagaimanakah keadaanmu?" Aisyah menjawab, "Aku terlambat datang, karena mendengarkan bacaan Alquran seseorang yang sangat bagus dan merdu suaranya. Belum pernah aku mendengarkan suara sebagus itu."

Maka Rasulullah SAW terus berdiri dan pergi mendengarkan bacaan Alquran yang dikatakan Aisyah itu. Rasulullah SAW kembali dan mengatakan kepada Aisyah, "Orang itu adalah Salim, budak sahaya Abi Hudzaifah. Puji-pujian bagi Allah yang telah menjadikan orang yang suaranya seperti Salim itu sebagai umatku."

Oleh sebab itu melagukan Alquran dengan suara yang bagus disunnahkan asalkan tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata cara membaca sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid, seperti menjaga madnya, harakatnya (barisnya) idghamnya dan lain-lainnya. Di dalam kitab Zawaidur Raudhah diterangkan bahwa melagukan Alquran dengan cara bermain-mains serta melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut di atas itu, haram hukumnya, orang yang membacanya dianggap fasik, juga orang yang mendengarkannya dengan sengaja turut berdosa.

10. Ketika membaca Alquran janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan Alquran diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa, bermain-main dan lain-lain yang semacam itu ketika sedang membaca Alquran. Sebab pekerjaan yang seperti itu tidak baik dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.

Itulah di antara adab tata cara yang terpenting yang harus dijaga dan diperhatikan. Sehingga kesucian Alquran dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya. 

 

 

 

 
Berita Terpopuler