Pengobatan Ala Zaman Firaun Diterapkan Hingga Kini, Apa Saja?

Ulama Islam membuat resep obat yang dikembangkan ilmu kedokteran modern.

IRWANSYAH PUTRA/ANTARA
Ilustrasi manuskrip yang menjelaskan pengobatan kuno.
Rep: Umar Mukhtar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cara pengobatan di Mesir kuno disebut lebih maju dan sukses yang melampaui masa itu. Ini dijelaskan dalam Mumarisat Al Thib wa Al Syifa fii Misr Al Qodimah karya dua peneliti, Rosalie David dan Roger Forshaw.

Baca Juga

Karya tersebut membawa pendekatan perspektif baru dalam mempelajari praktik pelayanan kesehatan di negeri Firaun ribuan tahun yang lalu. Kedua peneliti dari Universitas Manchester di Inggris itu ingin melihat gambaran pengobatan di Mesir kuno dan metode pengobatan dari perspektif yang berbeda.

Sistem perawatan pada saat itu mencakup perawatan farmasi, termasuk resep yang terbuat dari mineral, bahan tumbuhan, dan bagian tubuh hewan, serta pembedahan dasar dan perawatan praktis. Seperti membalut anggota tubuh yang patah, dan, pada tingkat lebih rendah, yaitu penyembuhan yang bersifat sihir.

Perawatan tersebut tersedia secara universal untuk pria, wanita dan anak-anak dari semua lapisan masyarakat. Pendekatan universal ini, dikombinasikan dengan sikap pencerahan terhadap kelainan bentuk tubuh, disabilitas dan penyediaan perawatan bagi orang lanjut usia dan orang lemah. Ini adalah sistem komprehensif yang bekerja dengan baik bagi masyarakat Mesir kuno selama lebih dari 3.000 tahun.

Rosalie David, yang merupakan profesor emeritus biomedis Egyptology, mengatakan, sistem perawatan kesehatan Mesir telah maju dan sukses, salah satunya karena pengembangan cara-cara inovatif untuk mengobati gigitan ular dan menyelamatkan nyawa.

"Meskipun dipuji secara luas di zaman kuno, pengobatan Mesir kuno ini sering kali kurang dihargai saat ini. Padahal kontribusi pengobatan Mesir kuno terlihat jelas bahkan dalam praktik abad pertengahan dan selanjutnya di Eropa, dan beberapa aspeknya masih ada hingga saat ini dalam pengobatan Barat Modern," tutur David.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Bukti yang ada menunjukkan bahwa penduduk di Mesir kuno memiliki kebebasan dalam memilih penyedia layanan kesehatan. Beberapa perawat mengkhususkan diri pada perawatan praktis. Seperti membalut anggota tubuh yang patah atau melakukan operasi sederhana. Sementara yang lainnya menawarkan pengobatan sihir, seperti membaca mantra.

Pilihan-pilihan ini sebagian ditentukan oleh sifat penyakit dan faktor-faktor lain. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin telah berkonsultasi dengan kedua jenis pengobatan tersebut dan mengikuti perawatan yang berbeda untuk pulih. 

Terdapat beberapa bukti dari prasasti kuno yang menunjukkan bahwa masyarakat membayar layanan kesehatan, meskipun hal ini mungkin bergantung pada kemampuan finansial mereka. Artinya, pengobatan tidak hanya diperuntukkan bagi orang kaya saja.

Orang Mesir kuno mengembangkan pengobatan farmasi untuk mengatasi beberapa kondisi. Seperti kebutaan, gangguan pendengaran, osteoartritis, dan osteoporosis pada lansia. Mereka pun berusaha melawan munculnya penuaan dengan berbagai perawatan kosmetik. Seperti memperbaiki kulit keriput dan mewarnai uban. 

Ketika berbicara mengenai penyandang disabilitas, orang Mesir kuno memiliki cara pengobatan yang berbeda dari masyarakat masa kini. Berbeda dengan masyarakat Yunani kuno, masyarakat Mesir kuno tidak mengharapkan setiap orang memiliki kebugaran fisik yang sempurna.

Mereka tidak membiarkan anak-anak penyandang disabilitas meninggal, namun masyarakat memberikan layanan kesehatan saat dibutuhkan, baik apakah kondisi tersebut merupakan akibat dari kondisi genetik, kelainan bawaan, kecelakaan, atau cedera.

Masyarakat Mesir kuno memiliki serangkaian pengobatan. Beberapa di antaranya masih berlaku hingga saat ini yang efektif dalam meringankan berbagai penyakit, meskipun rata-rata harapan hidup masyarakat Mesir kuno serupa dengan masyarakat lain sebelum ditemukannya antibiotik. 

Ada banyak elemen perawatan kesehatan dalam pengobatan di Mesir kuno yang masih ada hingga saat ini dalam pengobatan Barat. Di antaranya adalah pengobatan dislokasi rahang yang pertama kali dicatat dalam Papirus Edwin Smith, yang berasal dari sekitar tahun 1600 SM, yang dianggap sebagai studi bedah tertua yang diketahui.

Selain itu, menurut peneliti David dan Forshaw, orang Mesir kuno adalah orang pertama yang menggunakan teknik bedah seperti menjahit luka, serta orang pertama yang menggunakan beberapa alat medis seperti pisau bedah. Masyarakat Mesir kuno mengikuti pedoman khusus untuk mendefinisikan dan melindungi hubungan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien mereka. 

 

Selain itu, terapis memberikan perawatan dan pengobatan kepada semua pasiennya, terlepas dari tingkat keparahan kondisinya. Termasuk memberikan perawatan paliatif yang tepat bahkan kepada pasien yang pemulihannya dianggap terminal.

 
Berita Terpopuler