Tanpa Dukungan Amerika Israel Punah: Apakah Israel akan Bernasib Seperti Vietnam dan Afghanistan?

Setiap wilayah yang ditinggalkan oleh AS akan merdeka dan berdiri sendiri, seperti Vietnam (1957) dan Afghanistan (2021).

network /Muhammad Subarkah
.
Rep: Muhammad Subarkah Red: Partner

Tentara Israel berpatroli di dekat perbatasan dengan Gaza pada 10 Oktober 2023 di Kfar Gaza, Israel. GAMBAR GETTY / Retribusi AMIR

Oleh: Dr Al Chaidar Abdurrahman Puteh, Pengamat Terorisme dan Dosen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh

Untuk memprediksi kepunahan atau kehancuran negara Israel sebenarnya sangat sederhana: faktor dukungan negara sponsor, yaitu Amerika Serikat. Setiap wilayah yang ditinggalkan oleh AS akan merdeka dan berdiri sendiri, seperti Vietnam (1957) dan Afghanistan (2021).

Secara antropologis, Linda Geddes (2014) pernah membahas tentang bagaimana sifat ramah dan kooperatif dapat memberikan keuntungan evolusioner bagi manusia dan hewan lain.

Linda Geddes mengutip beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kerjasama dan altruisme dapat meningkatkan peluang bertahan hidup dan bereproduksi, serta mempengaruhi struktur otak dan genetika.

Linda Geddes juga mengeksplorasi bagaimana sifat-sifat ini dapat dipelajari dan ditiru oleh mesin, seperti robot dan kecerdasan buatan, untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis dengan manusia.

Israel adalah negara afektif yang dipimpin oleh manusia-manusia yang tidak memiliki good-will untuk bekerja sama, berbagi, dan menciptakan perubahan positif.

Buku Humankind: A hopeful history karya Rutger Bregman adalah sebuah karya yang menantang pandangan pesimis tentang manusia. Bregman berargumen bahwa manusia pada dasarnya baik dan memiliki potensi untuk bekerja sama, berbagi, dan menciptakan perubahan positif.

Buku ini berisi banyak contoh sejarah dan penelitian ilmiah yang mendukung pandangan optimis Bregman. Salah satu konsep kunci yang dibahas dalam buku ini adalah self-fulfilling prophecy, yaitu fenomena di mana harapan atau keyakinan seseorang tentang sesuatu atau seseorang dapat mempengaruhi perilaku dan hasilnya.


Bregman menunjukkan bagaimana self-fulfilling prophecy dapat berfungsi sebagai alat untuk membangun kepercayaan, solidaritas, dan kemajuan sosial, atau sebaliknya, sebagai senjata untuk menimbulkan ketakutan, konflik, dan penindasan.

Bregman menulis, "Kita bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dengan mengubah cara kita melihat orang lain. Kita bisa memilih untuk melihat kebaikan di dalam diri mereka, dan dengan demikian menginspirasi mereka untuk menunjukkan kebaikan itu" (Bregman, 2020, hlm. 10).

Buku ini adalah sebuah ajakan untuk mengubah paradigma kita tentang manusia dan mendorong kita untuk berani bermimpi tentang masa depan yang lebih cerah.

Buku Humankind: A Hopeful History karya Rutger Bregman adalah sebuah buku yang menawarkan perspektif baru tentang sejarah manusia, yang menantang pandangan umum bahwa manusia pada dasarnya jahat, egois, dan agresif.

Bregman berargumen bahwa manusia sebenarnya memiliki naluri baik, kerjasama, dan altruisme yang telah berkembang sejak awal Homo sapiens. Para elit pemimpin negara-negara pendukung Israel sesungguhnya tidaklah jahat, egois dan agresif; masih ada secuil naluri baik, kerja-sama dan altruisme.

 
Berita Terpopuler