Adu Sindir, Fahri Hamzah Minta Imam Shamsi Ali Jadi Anggota Kongres AS Ikuti Jejak Omar

Imam Shamsi Ali meminta Fahri agar fokus menasihati diri sendiri.

Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adu kicauan antara politikus Partai Gelora Fahri Hamzah dan Imam Shamsi Ali belum selesai. Sebelumnya Imam Shamsi Ali meminta Fahri agar fokus menasihati diri sendiri. Hal itu disampaikan Imam Shamsi Ali merespons tulisan Fahri dalam sebuah gambar.

Baca Juga

Dalam tulisan itu, Fahri menyatakan, "kalau pernah mencicipi kekayaan orang halal bersyukur. Jangan cela pribadinya. Kekayaan itu bukan aib. Apalagi pernah Anda pakai. Legal dan halal lagi. Gak etis banget sih. Terus terang Ane keberatan cara ente. Gak sopan, yang punya badan mungkin dia. Tapi yang tau kan marah."

Tidak dijelaskan siapa yang disindir oleh Fahri. Namun kutipan dalam gambar ini direspons oleh Imam Shamsi Ali. 

"Teman kita Fahri Hamzah lagi menasehati diri sendiri. Dulu menikmati posisi lewat PKS….begitu kah? Sekarang memposisikan diri antitesis dari PKS. Dulu tajam ke Jokowi. Sekarang muji setinggi langit… berpolitik itu saya kira dengan nilai. Bukan dengan mata pragmatis!"

Fahri Hamzah tidak terima dengan kicauan tersebut. Keduanya pun sempat silang pendapat. Fahri Hamzah sempat menulis "IMAM dan POLITISI". 

Berikut salah satu kutipan kritikannya, 

Pak @ShamsiAli2 menyebut diri imam, beda dengan saya. Saya sejak awal memang memilih berpolitik.  Mendirikan partai politik. Berpihak dan memilih. Memilih bertarung dan dalam politik ini ada kawan ada lawan meskipun politik kita dlm demokrasi jauh lebih halus dan lembut tetap saja pilihan pilihan kasar harus kita buat. Sementara para kyai, ustadz dan muballig tidak harus membuat pilihan kasar itu.

Tetapi dalam situasi seperti sekarang, kita tidak punya hak untuk melarang orang untuk mengambil sikap politik. Tetapi sebaiknya jika antum ingin mengambil sikap politik maka bisa hanya pada level ide dan pikiran karena itu akan jauh lebih elegan. 

Kalo antum terpaksa menjadi berpihak secara lebih kasar kepada partai atau orang tertentu, maka sebaiknya mengumumkan diri sebagai tim sukses atau relawan atau anggota partai akan jauh lebih bijaksana dan terang benderang.  

Imam Shamsi Ali pun merespons cicitan dari Fahri Hamzah tersebut. Shamsi menyatakan bahwa ia bukan politisi. "Saya bkn politisi tapi sy berpolitik krn paham politik. Dan kehidupan saya Walau sudah di Amerika banyak ditentukan oleh sepak terjang pada politisi di tanah air. Ini bukan sesuap nasi. Tapi bagian dari membangun imej. Saya ingin melihat pemimpin berkarakter, pintar, berwawasan."

Namun perang kicauan ini belum berakhir.

Pada Sabtu (13/1/2023), Fahri kembali melontarkan saran dan kritik buat Imam Shamsi Ali. Fahri menulis "Imam Shamsi Ali dan Ilhan Omar."

Berikut kutipan kritikannya,

Saya mengenal cukup dekat tokoh tokoh Islam yang cukup banyak dibaca, didengar dan menginspirasi. Salah satunya yang sedang saya beri catatan adalah seorang Imam yang berasal dari Bulukumba Sulawesi selatan. Imam Shamsi Ali.

Saya mengeritik beliau karena buat saya  keterlibatan nya dalam politik tidak tanah air sama sekali tidak sehat bagi dirinya sendiri dan juga bagi politik di tanah air kita. Imam Shamsi bukanlah pelaku politik. Beliau hanya penonton dan tidak sebaiknya penonton berpretensi sebagai pelaku seperti yang dilakukan oleh banyak akademisi, kyai atau ustadz di masa Pemilu yang semakin panas ini. 

Untuk itu saya sebenarnya lebih ingin menyarankan tokoh tokoh seperti Samsi Ali mengambil jalan yang dilakukan oleh banyak sekali imigran yang datang ke Amerika Serikat. Seperti Shamsi Ali. Salah satu contoh yang sangat baik buat kita adalah Ilham omar. Seorang perempuan yang lahir di Mogadishu Somalia dalam suasana perang yang berimigrasi di Amerika dan sejak tahun 2018 berhasil menjadi salah seorang anggota kongres Amerika Serikat serta  anggota kongres AS pertama berdarah keturunan Somalia-AS.

Saya kagum kepada Ilhan karena dia tidak memutuskan hanya sebagai penonton dia ikut bersama partai demokrat mendukung partai itu dan kemudian pada gilirannya dia sendiri bertarung dan bertempur untuk menjadi anggota kongres amerika dan terpilih. 

Kinerja nya pun tidak bisa dianggap remeh karena iya menjadi sangat fenomenal bersama beberapa anggota kongres muda lainnya yang mencuri perhatian publik Amerika seperti Aleksandria Ocasio Cortez dan Rashida Tlaib, dll mereka menciptakan arus baru untuk  mempengaruhi kebijakan politik Amerika Serikat di luar negeri khususnya terkait Timur tengah dan Israel. 

Anak-anak muda ini berani mengambil sikap untuk terjun dalam politik dan saya merasa belum terlambat bagi Imam Shamsi Ali jika telah menjadi warga negara Amerika Serikat, maka sebaiknya maju sebagai anggota kongres dan mencatat sejarah agar ada dari putra bangsa Indonesia Yang menjadi anggota kongres Amerika suatu hari. 

Sebenarnya kalau dibandingkan, Ilhan Omar yg lahir dari suatu negara yang hampir gagal dalam suasana perang sementara Imam Shamsi Ali lahir di sebuah negara yang damai sehingga peluangnya untuk menjadi bagian dari demokrasi Amerika sangatlah besar. 

Karena tidak akan ada yang bertanya apakah yang bersangkutan punya afiliasi dengan kelompok teroris seperti yang mungkin dituduhkan kepada Ilhan Omar terkait maraknya Al Shabab di Sub-Sahara Afrika.  Sementara Imam Shamsi lahir di negara damai dan demokratis.

Sekali lagi saya sangat berharap ini dipertimbangkan oleh Imam Shamsi Ali. Tetapi apabila beliau tidak berkenan untuk menjadi anggota kongres Amerika atau sulit mencapainya  di sana, saya mengusulkan agar beliau pulang kembali ke tanah air untuk betul betul terlibat dan terjun dalam politik mengikuti mereka yang secara setia membangun partai politik mengusung satu gagasan dan kandidat yang kemudian diperjuangkan dengan segala konsekuensi yang ada. 

Tentu ini akan jauh lebih penting untuk dikerjakan daripada menciptakan kebingungan karena tidak pernah berani membuat pilihan akan menjadi penonton atau pemain. 

Apapun,  kalau orang tidak terlibat membangun kekuatan secara riil dan hanya menciptakan kegaduhan  apalagi dengan label dan simbol simbol agama di ruang publik, kebingungan akan tercipta tentang status dari orang yang senang menendang bola ini, orang ini penonton atau pemain?. 

 

Kalau dia pemain, dia terdaftar Sebagai pemain di mana? Tetapi kalau penonton kenapa tindakan nya sudah seperti para pemain? Sikap dan keputusan yang jelas Ilhan Omar bisa menginspirasi Imam Shamsi Ali, yang sama2 menjadi Imigran di Amerika sekarang. Semoga.

Belum ada respons dari Shamsi Ali terkait dengan kicauan dari Fahri Hamzah tersebut. Namun keduanya sempat satu kubu pada Pilpres 2019 saat mendukung Prabowo Subianto. Kini keduanya berbeda pihak, Imam Shamsi  mendukung Anies dan Fahri dikubu Prabowo.

 
Berita Terpopuler