Aksi Mahasiswa Serbu Pengungsi Rohingya di Aceh yang Mendunia dan Respons Mahfud

Aksi mahasiswa yang mengusir pengungsi Rohingya diberitakan media-media asing.

AP Photo/Reza Saifullah
Aksi mahasiswa di Aceh yang menolak keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh. (ilustrasi)
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengusiran pengungsi Rohingya oleh kelompok mahasiswa di Aceh menjadi sorotan internasional. Media asal Qatar, Al Jazeera, memberitakan peristiwa tersebut dengan menyoroti serbuan ratusan mahasiswa tersebut kepada 137 pengungsi Rohingya yang berada di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA).

Baca Juga

“Ratusan mahasiswa di provinsi paling barat Indonesia di Aceh telah menyerbu tempat penampungan sementara bagi para pengungsi Rohingya, menuntut mereka dideportasi,” bunyi berita tersebut seperti dikutip Republika, Jumat (29/12/2023).

Dalam berita tersebut, tindakan kelompok mahasiswa ini disebut sebagai episode baru diskriminasi terhadap kelompok minoritas yang dianiyaya di Myanmar. Di mana sebelumnya sudah ada penolakan terhadap lebih dari 1.500 pengungsi Rohingya saat tiba di pantai Aceh sejak pertengahan November lalu. 

Video yang beredar menunjukkan para mahasiswa, yang mengenakan jaket dan lencana universitas beragam, berlari ke tempat para Rohingya berada. Mereka berlari mengusir sembari meneriakkan “tolak Rohingya di Aceh” dan “tendang mereka keluar”.

Para mahasiswa itu juga tampak menendang barang-barang milik pengungsi yang ada di sana. Para pengungsi yang terdiri dari wanita, laki-laki, dan anak-anak terlihat duduk dan di antara mereka ada yang menangis ketakutan.

“Pendemo membakar ban dan berkelahi dengan polisi yang melindungi pengungsi yang ketaekutan, tapi petugas pada akhirnya mengizinkan pemindahan pengungsi oleh para pelajar,” kutip Al Jazeera dari agensi berita AFP.

Sorotan dunia internasional terhadap peristiwa tersebut tidak hanya dilakukan oleh Al Jazeera, media internasional lain seperti Deutsche Welle turut memberitakannya. Media asal Jerman itu memberi judul “Pelajar Indonesia Menggempur Tempat Pengungsian Rohingya”. Selain itu, media asal Australia, The Australian, juga memberitakan dengan judul “Warga Rohingya Diusir dari Tempat Pengungsian”.

 

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan, para pengungsi Rohingya yang diusir oleh kelompok mahasiswa di Aceh akan ditempatkan di dua lokasi aman, yakni di gedung Palang Merah Indonesia (PMI) dan gedung Yayasan Aceh. Mahfud mengatakan, mereka akan dijaga oleh aparat keamanan. 

“Saya sudah mengambil keputusan dan tindakan agar pengungsi-pengungsi Rohingya itu ditempatkan di satu tempat yang aman. Satu, ditempatkan di gedung PMI. Yang sebagian lagi ditempatkan di gedung Yayasan Aceh. Dan saya sudah berpesan agar aparat keamanan menjaga karena ini soal kemanusiaan. Soal kemanusiaan,” ujar Mahfud lewat rekaman video, dikutip Jumat (29/12/2023).

Mahfud mengatakan, tindakan yang diambilnya ini dilandasi dengan alasan kemanusiaan. Sebab, kata dia, Indonesia tidak punya ikatan lain selain ikatan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya. Indonesia, kata dia, tidak terikat dengan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pengungsi yang menjadi asal mula Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi atau UNHCR.

“Orang kalau terusir tidak bisa pulang ke negerinya daripada terkatung-katung di laut kita tampung dulu sementara nanti dikembalikan melalui PBB. Karena yang punya aturan itu PBB. Kita sendiri kalau mau ngusir sekarang juga bisa. Karena kita tidak ada urusan. Tetapi ini kan urusan kemanusiaan,” terang dia.

Aliran Pengungsi Rohingya - (Republika)

 

 
Berita Terpopuler