Dijegal AS dalam Perang Teknologi, Produksi Chip Cina Alami Kemajuan

Huawei memainkan peran penting dalam persaingan ketat produksi chip semikonduktor.

EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Pemandangan logo Huawei di dalam sebuah toko di Beijing, China, 29 Maret 2022. Huawei memainkan peran penting dalam persaingan ketat produksi chip semikonduktor.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persaingan teknologi yang panas antara Amerika Serikat (AS) dan Cina justru mendorong produksi chip atau semikonduktor di Negeri Tirai Bambu tersebut mengalami peningkatan di sepanjang 2023. Perusahaan teknologi multinasional asal Cina, Huawei, memainkan peran penting dalam persaingan ketat ini.

Baca Juga

Persaingan teknologi antara AS dan Cina mulai memanas saat mantan presiden AS, Donald Trump, mendeklarasikan keadaan darurat nasional keamanan teknologi. Pemerintah AS juga mencekal sejumlah perusahaan teknologi Cina, termasuk Huawei, dan memasukkan perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam daftar Entity List. Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam Entity List dilarang untuk berbisnis dengan perusahaan asal AS.

Kondisi ini membuat Google tak lagi bisa menyediakan dukungan Android untuk berbagai gawai Huawei. Huawei mengatasi kondisi ini dengan mengembangkan sistem operasi pengganti Android untuk gawai mereka, yaitu HarmonyOS.

Lalu pada November 2019, Federal Communications Commission (FCC) AS melarang operator untuk membeli peralatan jaringan dari Huawei dan ZTE dengan subsidi pemerintah. Kemudian pada Maret 2020, Trump menandatangani Undang-Undang terkait penggantian biaya atau reimburse untuk peralatan-peralatan jaringan asal Cina, dengan estimasi biaya mencapai 1,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 27,79 triliun.

Huawei sempat berupaya menuntut FCC terkait pemberlakuan larangan tersebut. Namun, pengadilan berpihak pada FCC.

Persaingan teknologi AS dan Cina semakin memanas pada Mei 2020. Kala itu, pemerintah AS memberlakukan restriksi lebih jauh bagi Huawei. Restriksi ini membuat Huawei tak bisa mengakses perangkat lunak hingga peralatan yang diproduksi oleh AS.

Kondisi ini membuat Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) harus menghentikan produksi chip HiSilicon untuk Huawei. Samsung dan SK Hynix juga harus menghentikan penjualan chip mereka ke Huawei per 15 September 2020.

Serangan bertubi-tubi ini membuah Huawei tak....

 

 

Serangan bertubi-tubi ini membuat Huawei tak memiliki pilihan lain selain bergantung pada produsen chip lokal bernama Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) dan Shanghai IC R&D Center. Pergantian ini membuat chip yang digunakan oleh Huawei mengalami downgrade kala itu.

Per November 2020, perusahaan Qualcomm diperbolehkan untuk memasok chip 4G kepada Huawei. Akan tetapi, saat itu pasar sudah mulai beralih ke 5G. Oleh karena itulah, pangsa pasar Huawei sempat mengalami penurunan signifikan pada Januari 2021 dan kuartal II 2022.

Investasi pemerintah Cina terhadap chip akhirnya membuahkan hasil setelah SMIC berhasil membuat terobosan 7 nm pada Agustus 2022. Pencapaian besar ini berhasil diwujudkan hanya dalam waktu dua tahun, lebih cepat dari TSMC dan Samsung, tanpa menggunakan perangkat litografi paling mutakhir.

Berdasarkan investigasi Bloomberg, pencapaian ini mungkin tidak lepas dari investasi yang diberikan pemerintah kota Shenzhen kepada Huawei pada 2019. Investasi tersebut diberikan untuk membantu Huawei menbangun jaringan chip yang mandiri.

Tak hanya itu, Huawei juga mampu mendapatkan akses terhadap teknologi litografi dan melibatkan banyak ahli dalam prosesnya. Bahkan Huawei juga merekrut beberapa mantan pekerja ASML, yang kemungkinan menjadi kunci bisa tercapainya pengembangan node 7nm untuk prosesor terbaru mereka.

Uji benchmark mengindikasikan bahwa chip tersebut memiliki performa yang setara dengan Snapdragon 888 dari Qualcomm. Artinya, chip tersebut hanya tertinggal sekitar dua generasi dari pesaingnya.

Per September lalu, Huawei mengambil langkah tak biasa dengan meluncurkan Kirin 9000S tanpa ada event peluncuran atau teaser. Huawei hanya memberikan pengumuman melalui Weibo bahwa seri Mate 60 dan Mate 60 Pro akan segera tersedia.

Pemeintah Cina mengumumkan akan....

 

Pemerintah Cina lalu mengumumkan bahwa mereka akan menyalurkan bantuan sebesar 40 miliar dolar AS atau sekitar Rp 617,16 triliun untuk memajukan industri chip lokal. Sepekan kemudian, Huawei mengumumkan peluncuran dua seri ponsel lainnya, yaitu Mate 60 Pro+ dan Mate X5 foldable.

Seperti dilansir Engadget pada Jumat (22/12/2023), pencapaian ini tampaknya mencerminkan kemenangan sementara Cina dalam perang teknologi melawan AS. Di sisi lain, meski AS kerap membatasi akses Cina terhadap teknologi mutakhir, perusahaan-perusahaan AS masih membutuhkan pangsa pasar Cina yang besar.

Perang teknologi antara AS dan Cina pada dasarnya tak terbatas pada pengembangan chip saja. DI masa pemerintahan Joe Biden, AS juga berencana untuk memangkas kredit pajak kendaraan listrik yang menggunakan komponen dari Cina, khususnya baterai. Langkah ini diambil untuk menekan penggunaan komponen-komponen buatan cina pada mobil-mobil lokal AS. 

 
Berita Terpopuler