Seorang Bayi Perempuan di Gaza Selamat dari Tiga Kali Pengeboman Israel

Dia kini hidup sebatang kara karena orang tua dan keluarganya meninggal

Tangkapan Layar/VOA
Badut di Gaza tetap mencoba menghibur anak-anak di pengungsian meski tengah dirundung kesedihan mendalam.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang bayi perempuan berusia 6 bulan, Noor Ahmed Ashour telah selamat dari tiga kali pengeboman Israel. Dia kini hidup sebatang kara, karena orang tua dan seluruh keluarganya meninggal akibat bom Israel.

Kediaman Noor di lingkungan Rimal dibom. Dia beserta kedua orang tuanya selamat dalam pengeboman itu. Kemudian mereka pindah ke Khan Younis untuk berlindung di rumah kerabat mereka. Namun rumah bibi Noor dibom. Kali ini, orang tua dan keluarga Noor meninggal dunia, dan Noor selamat.

Lalu, Noor kembali dibawa ke rumah keluarga ayahnya untuk berlindung. Tapi, lagi-lagi rumah keluarga ayah Noor dibom oleh pasukan zionis Israel. Noor selamat dari pengeboman untuk ketiga kalinya. Namun dia harus kehilangan keluarganya dari pihak ayah yang meregang nyawa akibat pengeboman.

Noor secara ajaib selamat dari tiga kali pengeboman Israel. Namun dia harus kehilangan ibu, saudara kandung, kakek, dan neneknya.  Dalam video yang diunggah oleh Quds News Network, Ahad (19/11/2023) Noor mengalami sejumlah luka, dengan perban di kepala. Noor tampak lemah dan letih.

Baca Juga


Lebih dari 5000 anak-anak di Gaza telah terbunuh sejak serangan paling mematikan Israel dimulai pada 7 Oktober. Jumlah tersebut terus bertambah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dengan jumlah anak-anak yang mencapai 50 persen dari populasi Palestina di Gaza, tidak dapat dihindari bahwa mereka menanggung beban atas agresi Israel.

Statistik menunjukkan, sejak 7 Oktober, sekitar 420 anak terbunuh setiap hari. Jumlah korban tewas kemungkinan akan lebih tinggi karena ratusan anak di Gaza juga hilang, diyakini terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dibom.

Lebih dari 6.000 anak-anak juga terluka akibat serangan Israel. Mereka menderita kehilangan anggota tubuh dan luka akibat pecahan peluru. Namun hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada lagi layanan kesehatan yang tersedia, menyusul pengeboman Israel terhadap rumah sakit dan pengepungan yang menghentikan akses pasokan medis penting.

“Kekhawatiran terbesar kami mengenai laporan jumlah anak-anak yang terbunuh menjadi puluhan, kemudian ratusan, dan akhirnya ribuan, terwujud hanya dalam waktu dua minggu,” ujar juru bicara UNICEF, James Elder, dilansir The New Arab.

"Gaza telah menjadi kuburan bagi ribuan anak. Ini adalah neraka bagi semua orang," ujar Elder.

Masa depan anak-anak Palestina suram....


Direktur Save the Children di wilayah Palestina, Jason Lee mengatakan, perang telah memisahkan anak-anak dari keluarga dan menghancurkan kehidupan mereka dengan sangat cepat dan tidak terbayangkan. "Jumlahnya sangat memprihatinkan, dan dengan kekerasan yang terus berlanjut serta meluas di Gaza saat ini, semakin banyak anak-anak yang masih berada dalam risiko besar," ujarnya.

Bagi anak-anak yang selamat dari serangan-serangan ini, masa depan mereka tampak suram karena mereka menghadapi trauma fisik dan emosional, PTSD, dan menjadi yatim piatu. Menurut UNICEF, laporan tahun 2018 menemukan bahwa satu dari empat anak Palestina membutuhkan dukungan psikologis. Laporan lain dari Save the Children menemukan bahwa empat dari lima anak Palestina hidup dalam depresi, kesedihan, dan ketakutan.

Laporan lain pada 2021 oleh Euro Mediterranean Human Rights Monitor menemukan bahwa 91 persen anak-anak di Palestina didiagnosis menderita PTSD. Penargetan dan pembunuhan anak-anak bukanlah sesuatu yang baru bagi IDF. Pada  2014, pasukan angkatan laut Israel menargetkan dan membunuh empat anak laki-laki Palestina saat mereka bermain di pantai Kota Gaza.

Sebuah kapal perang Israel pertama kali menghantam sebuah kontainer di dekat pelabuhan. Peristiwa ini menyebabkan Ismail Mohammad Bakr yang berusia 9 tahun meninggal dunia. Kemudian ledakan kedua merenggut nyawa anak laki-laki lainnya saat mereka berlari ke tempat aman yaitu Ahed Itaf Bakr (9 tahun), Zakaria Ahed Bakr (10 tahun), dan  Mohammad Ramez Bakr (11 tahun). Sementara, empat anak laki-laki lainnya menderita luka serius dalam insiden tersebut. 

 
Berita Terpopuler