Empat Golongan Manusia Tertipu Walaupun Ahli Ibadah

Menurut Imam Al-Ghazali, ada empat golongan manusia yang tertipu.

network /Rumah Berkah
.
Rep: Rumah Berkah Red: Partner

Empat Golongan Manusia Tertipu Walaupun Ahli Ibadah

Menurut Imam Al-Ghazali, ada empat golongan manusia yang tertipu.

Oleh Syahruddin El-Fikri

Sahabat Rumah Berkah yang dimuliakan Allah SWT.

Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa beriman dan mengerjakan ibadah kepada-Nya. Bukan hanya manusia, tetapi golongan jin juga diperintahkan untuk mengerjakan ibadah.

Dalam Al-Quran, surah Adz-Dzariyat [51] ayat 56, Allah berfirman;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’budun

Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Baca Juga: Proses Penciptaan Makhluk dan Ketetapan Allah

Namun demikian, ada sebagian manusia yang beribadah, namun justru ia tertipu dan justru akhirnya ia dimasukkan ke dalam neraka. Sungguh sangat mengenaskan.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin dan Al-Kasyfu wa Al-Tibyan fi Ghurur al-Khalq Ajma'in (Menyingkap Aspek-aspek Ketertipuan Seluruh Makhluk), menyebutkan ada empat kelompok manusia yang tertipu. Mereka semua tertipu karena membangga-banggakan amalnya.

Siapa saja mereka empat golongan tersebut? Inilah orangnya.

Baca Juga:

Hadis Arbain Nawawi No. 1; Pentingnya Niat

Hadis Arbain Nawawi No. 2; Iman, Islam, dan Ihsan

Hadis Arbain Nawawi No. 3: PIlar Islam


Golongan Ahli Ibadah

Golongan pertama, kata al-Ghazali, adalah golongan ahli ibadah. Mereka tertipu karena shalatnya, bacaan Al-Qurannya, ibadah hajinya, jihadnya, kezuhudannya, amal ibadah sunnahnya, dan lain sebagainya.

Dalam kelompok ini, lanjut al-Ghazali, terdapat pula mereka yang terlalu berlebih-lebihan dalam hal ibadah hingga melewati pemborosan. Misalnya, ragu-ragu dalam berwudhu, ragu akan kebersihan air yang digunakan, berpandangan air yang digunakan sudah bercampur dengan air yang tidak suci, banyak najis atau hadas, dan lainnya. Mereka memperberat urusan dalam hal ibadah. Tetapi, meringankan dalam hal yang haram. Misalnya, menggunakan barang yang jelas keharamannya, namun enggan meninggalkannya.

Baca Juga:

Hadis Arbain Nawawi No. 1; Pentingnya Niat

Hadis Arbain Nawawi No. 2; Iman, Islam, dan Ihsan

Hadis Arbain Nawawi No. 3: PIlar Islam

Orang yang banyak beribadah dan berupaya memberatkan diri melakukan amalan lahir, seperti memperbanyak shalat sunat dan puasa sunat. Namun, ia mengabaikan penelitian terhadap hati dan menyucikan hatinya dari berbagai penyakit batiniah, seperti iri, dengki, riya, dan sombong. Inilah penyakit batiniyah.

Nabi bersabda, ''Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupamu dan harta yang kamu miliki, tetapi Ia melihat kepada hati dan amalmu.'' (Al-Hadis).


Ulama atau Cendekiawan

Golongan kedua, menurut al-Ghazali, para ulama atau cendikiawan. Banyak golongan ulama atau cendekiawan yang tertipu. Di antaranya, mereka yang merasa ilmu-ilmu syariah dan aqliyah yang dimiliki telah mapan (cukup).

''Mereka mendalaminya dan menyibukkan diri mereka dengan ilmu-ilmu tersebut, namun mereka lupa pada dirinya sendiri sehingga tidak menjaga dan mengontrol anggota tubuh mereka dari perbuatan maksiat.''

Selain itu, ketertipuan para ulama atau cendekiawan ini juga dikarenakan kelalaian mereka untuk senantiasa melakukan amal saleh. Mereka ini, kata al-Ghazali, tertipu dan teperdaya oleh ilmu yang mereka miliki. Mereka mengira bahwa dirinya telah mendapatkan kedudukan di sisi Allah. Mereka mengira bahwa dengan ilmu itu telah mencapai tingkatan tertinggi.

Baca Juga:

Hadis Arbain Nawawi No. 1; Pentingnya Niat

Hadis Arbain Nawawi No. 2; Iman, Islam, dan Ihsan

Hadis Arbain Nawawi No. 3: PIlar Islam

Lebih lanjut al-Ghazali dalam kitabnya menjelaskan, orang-orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang dihinggapi perasaan cinta dunia dan diri mereka sendiri serta mencari kesenangan yang semu.

Selain itu, mereka yang tertipu adalah orang yang merasa ilmu dan amal lahiriahnya telah mapan, lalu meninggalkan bentuk kemaksiatan lahir, namun mereka lupa akan batin dan hatinya. Mereka tidak menghapuskan sifat tercela dan tidak terpuji dari dalam hatinya, seperti sombong, ria (pamer), dengki, gila pangkat, gila jabatan, gila kehormatan, suka popularitas, dan menjelek-jelekkan kelompok lain.

Mereka mempelajari ilmu agama dan ilmu lain, tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya. Ilmu tidak mendekatkan dirinya kepada Allah, menjauhkannya dari yang haram, dan membentuknya berakhlak mulia.

Ilmu yang dimiliki orang tersebut tidak berharga karena tidak membuahkan amalan yang baik. Pemilik ilmu ini termasuk orang pertama dan paling berat mendapat azab Allah di akhirat.

Nabi bersabda, ''Orang yang paling berat mendapat azab Allah adalah orang yang alim (berilmu), tetapi Allah tidak memberikan manfaat kepadanya melalui ilmunya. Ia salah seorang dari tiga golongan orang yang dikabarkan Nabi yang pertama merasakan azab api neraka.'' (Al-Hadis).

Baca juga:

Kisah Ulama yang Doanya Tertolak karena Sebutir Kurma

Kelompok yang Mengiringi Jenazah

10 Golongan yang Jasadnya Masih Utuh Hingga Hari Kiamat

Buku Sehat dengan Wudhu


Golongan Hartawan

Dalam kelompok hartawan, ada beberapa kelompok yang tertipu. Menurut al-Ghazali, mereka adalah orang yang giat membangun masjid, membangun sekolah, tempat penampungan fakir miskin, panti jompo dan anak yatim, jembatan, tangki air, dan semua amalan yang tampak bagi orang banyak. Mereka dengan bangga mencatatkan diri mereka di batu-batu prasasti agar nama mereka dikenang dan peninggalannya dikenang walau sudah meninggal dunia.

Baca Juga: Cara Mandi Besar yang Benar

Selanjutnya, kelompok hartawan yang tertipu adalah mereka yang memperoleh harta dengan halal, lalu menghindarkan diri dari perbuatan yang haram, kemudian menafkahkannya untuk pembangunan masjid. Padahal, tujuannya adalah untuk pamer (ria) dan sum'ah (mencari perhatian) serta pujian.

Lalu, mereka yang tertipu dalam kelompok ini adalah mereka yang menafkahkan hartanya untuk fakir miskin, penampungan anak yatim, dan panti jompo dengan mengadakan perayaan.

iv>


Golongan Ahli Tasawuf

Golongan selanjutnya yang tertipu, kata Imam al-Ghazali, adalah golongan ahli tasawuf. Dan, kebanyakan mereka muncul pada zaman ini. Mereka yang tertipu adalah yang menyerupakan diri mereka dengan cara berpakaian para ahli tasawuf, cara berpikir dan penampilan, perkataan, sopan santun, gaya bahasa, dan tutur kata. Mereka juga tertipu dengan cara bersikap, mendengar, bersuci, shalat, duduk di atas sajadah sambil menundukkan kepala, bersuara rendah ketika berbicara, dan lain sebagainya.

(syahruddin el-fikri/Rumah Berkah)

Artikel Menarik Lainnya:

Kisah-Kisah Islami dan Inspiratif

Pembahasan Al-Quran

Tempat Bersejarah di Dunia Islam

Ulasan Seputar Buku dan Kitab Klasik

Cerita Abu Nawas dan Humor Lucu

Silakan beri komentar atas berita ini, dan monggo dibagikan bila bermanfaat.

Terima kasih.

 
Berita Terpopuler