Seorang Perawat Amerika Terpukau dengan Kebaikan Hati Warga Gaza

Callahan kagum dengan warga Palestina yang sangat baik dan memiliki hati lapang

AP Photo/Abed Khaled
Seorang wanita Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit al-Shifa, menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perawat yang merupakan manajer di Doctors Without Borders (MSF), Emily Kelly Callahan berhasil dievakuasi dari Gaza pada pekan lalu dan telah kembali ke Amerika Serikat (AS). Dalam wawancara dengan CNN, Selasa (7/11/2023), Callahan menceritakan pengalamannya menangani orang-orang Palestina yang terluka akibat serangan bom Israel.

Callahan mengatakan, ada perasaan lega ketika dia bisa kembali pulang dan bertemu dengan keluarganya di Amerika Serikat. Dia merasa aman setelah 26 hari melewati hari-hari yang mencekam di Gaza. Namun dalam hatinya, Callahan merasa tidak tenang karena meninggalkan staf medis Palestina berjibaku dengan para korban pengeboman Israel.  

"Tentu saja saya merasa lega bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga saya dan merasa aman untuk pertama kalinya setelah 26 hari. Namun sangat sulit bagi saya untuk menikmati itu semua. Karena saya aman dengan meninggalkan semua orang di Gaza," ujar Callahan.

Baca Juga


Callahan mengatakan, banyak anak-anak Gaza yang mengalami luka bakar di wajah, leher, maupun perut mereka. Karena rumah sakit kewalahan dan sudah kelebihan kapasitas, mereka yang telah diobati dipindahkan ke kamp pengungsian yang sangat minim air bersih. Callahan mengatakan, ada 50 ribu orang yang tinggal di kamp pengungsi itu dengan empat toilet. Sementara air dipasok setiap 12 jam sekali.

"Banyak orang tua yang membawa anaknya kepada kami untuk memohon agar diobati, tapi kami juga kehabisan pasokan (obat-obatan)," kata Callahan.

Selain kekurangan pasokan air dan obat-obatan, tim medis di Gaza juga mengalami kekurangan makanan. Callahan mengatakan, mereka menghitung makanan berdasarkan kalori karena pasokan yang menipis. Setiap orang mengkonsumsi 700 kalori dalam satu hari, dan itu tidak mencukupi. Sementara jaringan telekomunikasi terputus dan bom selalu menggelegar setiap hari.

Selama proses evakuasi, Callahan didampingi oleh staf Palestina yang memastikan keselamatannya hingga perbatasan Rafah. Callahan kagum dengan orang-orang Palestina yang sangat baik dan memiliki hati yang lapang. 

Callahan ingin kembali ke Gaza....

 

Mereka rela meninggalkan keluarganya untuk membantu masyarakat yang terkena serangan. Para staf medis Palestina memahami bahwa Callahan harus dievakuasi demi keselamatannya. Karena orang-orang Palestina yang putus asa mulai melampiaskan kemarahan kepada Callahan karena dia adalah warga Amerika.

"Ketika saya diminta evakuasi saya bertanya (kepada staf medis Palestina) apakah ada yang ikut evakuasi ke selatan? mereka mengatakan, 'ini komunitas kami, ini adalah keluarga kami, teman kami, jika mereka membunuh kami, kami akan mati dengan menyelamatkan banyak nyawa'," ujar Callahan.

Callahan memuji stafnya di RS Indonesia yang memiliki keluasan hati. Mereka memilih untuk menetap dan tidak meninggalkan Gaza karena loyalitas kepada komunitas mereka. Setelah kembali ke AS, Callahan tetap berkomunikasi dengan stafnya di RS Indonesia. Setiap pagi dan setiap malam, Callahan selalu menanyakan kabar mereka.

"Orang-orang yang memilih untuk tinggal di Gaza adalah pahlawan, mereka tahu mereka akan mati dan mereka memilih untuk menetap," kata Callahan.

Ketika ditanya, apakah Callahan akan kembali ke Gaza. Dengan mantap, Callahan mengatakan, "Saya akan kembali ke Gaza dengan sepenuh hati saya. Hati saya ada di Gaza dan akan tetap di Gaza bersama orang-orang palestina," ujarnya. 

 
Berita Terpopuler