Belum Ada Tanda Gencatan Senjata di Palestina, KSSK Ungkap Pengaruhnya ke Indonesia

Laju inflasi terkendali kembali ke sasaran tiga plus minus satu persen pada tahun ini

Republika/Novita Intan
Komite Stabilitas Sistem Keuangan mengadakan konferensi pers di Gedunh Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Rep: Novita Intan Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memprediksi laju inflasi Indonesia masih tepat sasaran tiga plus minus satu persen, seiring kenaikan harga energi dan pangan. Hal ini juga diakibatkan konflik geopolitik dan fenomena El Nino.

Baca Juga

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengatakan pemerintah berupaya mengendalikan laju inflasi seiring suku bunga moneter termasuk suku bunga acuan Amerika Serikat yang diperkirakan masih tetap tinggi dalam jangka waktu lama.

“Kenaikan suku bunga global diperkirakan akan diikuti dengan kenaikan yield obligasi tenor obligasi negara maju, khususnya obligasi AS akibat peningkatan pembiayaan AS dan premi risiko jangka panjang,” ujarnya saat konferensi pers KSSK di Gedung Bank Indonesia, Jumat (3/11/2023).

Menurutnya tantangan ekonomi global tersebut memicu aliran keluar dari modal asing dari emerging market ke negara maju. Hal ini memicu penguatan secara signifikan mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia.

“Perekonomian Indonesia diperkirakan berdaya tahan sejalan konsumsi swasta, itu indikatornya,” ucapnya.

Ke depan Sri Mulyani meyakini laju inflasi terkendali kembali ke sasaran tiga plus minus satu persen pada tahun ini. Per Oktober 2023, laju inflasi sebesar  2,56 persen secara tahunan. 

“Tingkat rendah didukung inflasi inti dan kelompok administered price terjaga di tengah peningkatan inflasi volatile food karena kenaikan harga beras, inflasi yang terjaga rendah merupakan hasil nyata dari konsisten harga moneter yang didukung kebijakan pemerintah menggunakan fiskal shock absorber dari gejolak global yang terjadi,” ucapnya.

Meski demikian, kondisi ekonomi Indonesia dinilai masih...

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga menyatakan kondisi ekonomi Indonesia masih terkendali di tengah situasi perekonomian global yang semakin dipenuhi ketidakpastian. Hal ini tercermin dari kinerja APBN per kuartal III terjaga positif baik dari instrumen fiskal, posisi surplus dari Rp 67,7 triliun.

Ketua KSSK ini mengatakan kinerja perekonomian kuartal III 2023 masih tumbuh positif meskipun tren pelemahan seiring harga komoditas dan perlambatan ekonomi.

“Stabilitas sistem keuangan atau KSSK kuartal III 2023 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global,” ujar Sri.

Kendati demikian, ia mewaspadai dan mengantisipasi kinerja belanja negara agar mampu terjaga secara baik untuk mendukung berbagai agenda pembangunan dan daya beli masyarakat.

"KSSK berkomtmen terus melanjutkan penguatan koordinasi dan sinergi serta meningkatnya kewaspadaan terhadap perkembangan dari risk global ke depan termasuk rambatan pada perekonomian dari sektor keuangan domestik," ucapnya.

Sri Mulyani menjelaskan saat ini pertumbuhan ekonomi global melambat dengan adanya ketidakpastian yang meningkat tinggi, juga disertai divergensi atau perbedaan pertumbuhan antar negara yang semakin melebar.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global sebesar tiga persen, sementara 2024 melemah ke 2,9 persen. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan beberapa negara maju seperti ekonomi Amerika Serikat diperkirakan masih tumbuh menguat ditopang oleh konsumsi dan sektor jasa dan Eropa masih berat pulih dan China alami perlambatan yang lebih buruk dari yang diperkirakan.

"Perekonomian Tiongkok menunjukkan perlambatan dipengaruhi pelemahan konsumsi dan krisis sektor properti," ucapnya.

Kemudian inflasi AS juga dimungkinkan masih tinggi, sehingga peluang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Federal Reserve makin terbuka. Adapun situasi ini akan terjadi juga di banyak negara maju lainnya.

"Untuk mengendalikan inflasi suku bunga kebijakan moneter di negara-negara maju termasuk fed fund rate diperkirakan masih tetap berada pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ucapnya.

 
Berita Terpopuler