'Sabotase' Israel Gagal, Layanan Internet dan Telepon di Gaza Berhasil Dipulihkan

Paltel Group menginformasikan layanan telepon dan internet di Gaza pulih bertahap.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pegiat HAM dari Amnesty International Indonesia membentangkan poster dan mengibarkan bendera Palestina saat melakukan aksi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Jakarta, Jumat (27/10/2023). Dalam aksinya mereka meminta Israel menghentikan serangan besar-besaran ke Gaza sekaligus mengakhiri penindasan sistem apartheid kepada warga Palestina.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Layanan internet dan telepon kembali pulih di Gaza, setelah jaringan telekomunikasi terputus akibat serangan besar-besaran Israel. Paltel Group, yang menyediakan layanan komunikasi di Gaza, pada Ahad (29/10/2023) mengatakan, layanan telepon rumah, seluler dan internet secara bertahap dipulihkan setelah terganggu oleh agresi Israel berkelanjutan.

Baca Juga

“Tim teknis kami dengan tekun mengatasi kerusakan pada infrastruktur jaringan internal dalam kondisi yang menantang.  “Semoga Tuhan melindungi Anda semua dan Negara kami," kata Paltel Group dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Al Jazeera.

Kolumnis opini Al Jazeera, Majed Abusalama mengatakan, dia bisa menghubungi ibunya di Gaza. Dia sangat senang karena bisa mendengar kembali suara ibunya

“Semua orang bisa menjangkau keluarganya sekarang. Tidak ada yang tahu berapa lama?," ujar Abusalama.

Gaza hampir mengalami pemadaman komunikasi total selama hampir 36 jam setelah serangan udara Israel pada Jumat (27/10/2023). Menurut penyedia telekomunikasi Palestina, serangan Israel telah menghancurkan jalur dan menara komunikasi.

Organisasi hak asasi manusia termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch memperingatkan, kurangnya komunikasi di Gaza dapat menghambat upaya untuk mendokumentasikan kejahatan perang dan pelanggaran lainnya. Pada Sabtu (28/10/2023), Elon Musk berjanji akan dukung layanan internet satelit Starlink kepada organisasi bantuan yang diakui secara internasional di Gaza.

Janji bantuan Musk ini memicu protes dari Israel. Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi mengancam akan memutuskan hubungan bisnis Musk di Israel jika dia mendukung Gaza.

“Mungkin Musk bersedia mengkondisikannya dengan pembebasan bayi, putra, putri, orang lanjut usia yang diculik. Namun pada saat itu, kantor saya akan memutuskan hubungan apa pun dengan Starlink," ujar Karhi.

Warganet dari seluruh dunia, termasuk politisi Amerika Alexandria Ocasio-Cortez, meminta Musk untuk memasok Gaza dengan akses Starlink. Menanggapi seruan tersebut, Musk memastikan akan mendukung layanan internet di Jalur Gaza.

“Starlink akan mendukung konektivitas ke organisasi bantuan yang diakui secara internasional di Gaza," ujar Musk, dalam platform media sosial X.

 

Pertempuran berkobar di Gaza ketika pasukan Israel memperluas operasi darat, dan memutus konektivitas warga Gaza dari dunia luar. Pemadaman komunikasi terkini membuat akses terhadap tanggap darurat hampir tidak mungkin dilakukan.

Beberapa organisasi internasional, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan mereka tidak dapat berkomunikasi dengan staf mereka. Sementara Human Rights Watch memperingatkan kemungkinan terjadinya kekejaman massal.

Menanggapi pemadaman listrik, banyak pengguna media sosial menyerukan kepada Elon Musk untuk memberikan akses kepada warga Gaza ke konstelasi internet satelit Starlink.  Tagar #starlinkforgaza digunakan di lebih dari 3,74 juta unggahan di platform media sosial pada Sabtu (28/10/2023) pagi.

Sebelumnya, Musk secara pribadi mengirimkan terminal dalam jumlah besar ke Ukraina, yang akan memungkinkan akses ke sistem internet berbasis satelit. Layanan ini diandalkan oleh pengguna militer dan sipil setelah Rusia memutus sistem komunikasi Ukraina sesaat sebelum invasi pada Februari 2022. 

Pada 17 Oktober, Karhi mengatakan negaranya sedang melakukan pembicaraan dengan SpaceX untuk memperkuat kemampuan internet dan komunikasinya dengan sistem Starlink di tengah konflik. “Kementerian mempromosikan pembelian perangkat satelit ini untuk kepentingan walikota dan kepala pemukiman di pemukiman garis konflik,” kata Karhi dalam pernyataan media sosial.

Starlink saat ini tidak tersedia di Israel atau wilayah Palestina. Pada peta interaktif di situs Starlink, ketersediaan di Israel dan Gaza menunjukkan dimulai pada 2024, sementara wilayah Yerusalem dan Tepi Barat menunjukkan tanggal layanan tidak diketahui saat ini. 

Tidak diketahui apakah SpaceX sedang melakukan pembicaraan dengan Israel untuk mengaktifkan layanan semacam itu. Tetapi secara historis, perusahaan tersebut diketahui tidak terlibat dalam tindakan perang dan eskalasi. Pada September, Musk menolak permintaan Ukraina untuk mengaktifkan jaringan satelit Starlink miliknya di kota pelabuhan Sevastopol di Krimea pada 2022 untuk membantu serangan terhadap armada Rusia di sana.

“Tujuannya jelas adalah untuk menenggelamkan sebagian besar armada Rusia yang sedang berlabuh. Jika saya menyetujui permintaan mereka, maka SpaceX akan secara eksplisit terlibat dalam tindakan besar perang dan eskalasi konflik," ujar Musk. 

Dari sudut pandang logistik, bahkan jika SpaceX menyetujui akses ke Starlink, tidak diketahui bagaimana terminal tersebut dapat diangkut ke Gaza karena perbatasan ditutup kecuali untuk pengiriman bantuan yang jarang terjadi melalui penyeberangan Rafah di Mesir. Perusahaan kendaraan listrik milik Musk, Tesla, membebaskan 22 superchargernya di Israel.  

 

 
Berita Terpopuler