Begini Cara Israel Sebarkan Propaganda Bentuk Opini Publik Tentang Perang di Gaza

Propaganda Israel tidak hanya menyasar orang dewasa, namun juga anak-anak.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Smoke rises following Israeli airstrikes on northern Gaza, late 27 October 2023 (issued 28 October 2023). The Israel Defense Forces (IDF) conducted targeted raids in the Gaza Strip on 27 October 2023 and struck dozens of targets belonging to the Hamas militants, the IDF confirmed. More than 7,000 Palestinians and at least 1,300 Israelis have been killed, according to the IDF and the Palestinian health authority, since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Foto bayi yang meninggal dengan darah bercucuran di wajahnya yang telah diburamkan beredar di platform sosial media, X atau sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Foto tersebut bukan berasal dari reporter yang meliput perang Israel-Hamas, namun pesan berbayar dari Kementerian Luar Negeri Israel.

Baca Juga

“Ini adalah gambar tersulit yang pernah kami unggah. Saat kami menulis ini, kami gemetar,” ujar bunyi pesan yang menyertai foto tersebut.

Sejak Hamas melancarkan serangan mengejutkan ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Pemerintah Israel telah memulai kampanye di media sosial untuk menggalang dukungan negara-negara Barat. Strategi propaganda Israel yaitu mendorong puluhan iklan yang berisi gambaran brutal dan emosional dari kekerasan kelompok bersenjata yang mematikan di Israel. Menurut data yang ditinjau Politico, iklan itu ditayangkan di platform media sosial seperti X dan YouTube.

Upaya Israel untuk memenangkan perang informasi online adalah bagian dari tren yang berkembang, ketika pemerintah di seluruh dunia bergerak secara agresif melalui media sosial untuk membentuk citra mereka, terutama pada saat krisis.  Kampanye publik di dalam dan di sekitar perang bukanlah hal baru.  

Namun membayar iklan yang ditargetkan pada negara dan demografi tertentu kini menjadi salah satu alat utama pemerintah untuk menyampaikan pesan mereka kepada lebih banyak orang.

Upaya pemerintah Israel ini dilakukan ketika Hamas menerbitkan video penyanderaan pertama mereka di media sosial. Seorang wanita muda Perancis-Israel muncul dalam video itu.

Kampanye media sosial dimulai tak lama setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas melancarkan serangan mengejutkan yang membuat militer Israel kewalahan. Hamas juga telah menyandera sekitar 200 warga Israel untuk ditukar dengan pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel. Militer Israel membalasnya serangan mengejutkan Hamas dengan membombardir Gaza, termasuk memutus pasokan listrik, air, bahan bakar, obat-obatan, dan makanan.

Dalam waktu seminggu Kementerian Luar Negeri Israel telah menjalankan 30 iklan yang telah dilihat lebih dari 4 juta kali di platform X. Video dan foto berbayar yang mulai muncul pada 12 Oktober 2023 ditujukan untuk orang dewasa berusia di atas 25 tahun di Brussels, Paris, Munich dan Den Haag.

Iklan tersebut menggambarkan Hamas sebagai “kelompok teroris yang kejam,” mirip dengan ISIS. Iklan itu menunjukkan foto-foto mengerikan seperti seorang wanita telanjang tak bernyawa di dalam truk pickup.  Video berbayar lainnya yang diunggah ke X, dengan teks bergantian antara “ISIS” dan “Hamas,” menampilkan gambar-gambar mengganggu yang lambat laun semakin cepat hingga nama kedua organisasi teroris tersebut menyatu menjadi satu.

“Dunia mengalahkan ISIS.  Dunia akan mengalahkan Hamas,” kata tulisan di akhir iklan propaganda tersebut.

Kementerian Luar Negeri Israel telah merilis lebih dari 75 iklan....

 

 

Di YouTube, Kementerian Luar Negeri Israel telah merilis lebih dari 75 iklan berbeda, termasuk beberapa iklan yang sangat gamblang. Video tersebut ditujukan kepada publik di negara-negara Barat, termasuk Prancis, Jerman, AS, dan Inggris

“Kami tidak akan pernah memposting hal-hal yang begitu gamblang sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang bukan bagian dari budaya kita.  Kami sangat menghormati para korban, tapi perang tidak hanya terjadi di lapangan," kata juru bicara Misi Israel untuk Uni Eropa yang tidak mau disebutkan namanya karena masalah keamanan.

Propaganda Israel tidak hanya menyasar orang dewasa, namun juga anak-anak. Israel menyebarkan iklan layanan masyarakat yang berjudul, “Bayi Tidak Bisa Membaca Teks di Video Ini Tapi Orang Tuanya Bisa". 

Iklan ini dibuat secara menarik dengan diiringi lagu pengantar tidur serta hiasan pelangi dan seekor unicorn yang terbang melintasi layar. Iklan tersebut berbunyi, “Kami tahu anak Anda tidak dapat membaca ini, namun memohon agar para orang tua bersimpati kepada mereka yang anaknya terbunuh dalam serangan terhadap Israel".

Iklan lainnya memunculkan narasi provokatif yang berbunyi, “Israel akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga negara kami dari teroris biadab ini.”  Iklan itu dilengkapi dengan sandera yang berlumuran darah dan wajah mereka diburamkan. Keaslian foto-foto dan video penyiksaan yang disebar oleh Israel tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Dilaporkan Aljazirah, propaganda Israel dalam bentuk iklan layanan masyarakat menampilkan adegan kekerasan dan ditonton oleh anak-anak. Dalam video yang diunggah Aljazirah, seorang anak Israel berusia 6 tahun tampak sedang bermain game 'Angry Bird'. Kemudian layar tabletnya menjadi gelap dan muncul tulisan "Israel Under Attack". Video propaganda itu kemudian menampilkan adegan kekerasan, dan foto-foto jenazah yang berlumuran darah.

Israel sebagian besar menargetkan Eropa dengan narasinya untuk mendapatkan dukungan.  Hampir 50 iklan video berbahasa Inggris ditujukan ke negara-negara Uni Eropa. Sementara di AS dan Inggris masing-masing menerima 10 dan 13 iklan.  Salah satu videonya telah dilihat lebih dari 3 juta kali.

Kampanye iklan ini telah menimbulkan beberapa....

 

 

Kampanye iklan ini telah menimbulkan beberapa tantangan bagi perusahaan media sosial, yang telah menetapkan standar mengenai jenis konten apa yang dapat diunggah di aliran mereka. Google telah menghapus sekitar 30 iklan yang berisi gambar-gambar kekerasan.  Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka tidak mengizinkan iklan yang berisi bahasa kekerasan, gambar yang mengerikan atau menjijikkan, atau gambar grafis, atau kisah trauma fisik. 

Sementara itu, platform media sosial X tidak menanggapi permintaan komentar.  Perusahaan teknologi tersebut saat ini sedang diselidiki oleh Komisi Eropa mengenai apakah penanganan konten ilegal dan disinformasi terkait serangan Hamas telah mematuhi undang-undang moderasi konten Uni Eropa, yaitu Digital Services Act (DSA). Berdasarkan DSA, perusahaan harus segera menghapus konten ilegal, termasuk propaganda teroris, dan membatasi penyebaran berita bohong, atau akan dikenakan denda hingga 6 persen dari pendapatan tahunan global mereka.

Beberapa iklan online mendapat penolakan dari penonton yang mencari cara untuk berhenti menjadi sasaran Kementerian Luar Negeri.  Namun para ahli mengatakan, ini hanyalah realitas baru dari kampanye komunikasi publik yang dibangun di sekitar perang.

“Taktik ini hampir setua perang. Mendorong kemarahan moral untuk membangun dukungan terhadap perang adalah praktik yang sudah sangat lama. Tetapi menurut saya hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dengan media sosial seperti ini," kata Emerson Brooking, peneliti senior di Dewan Atlantik, dilaporkan Politico, pada 17 Oktober 2023.

Namun, di tengah gencarnya disinformasi dan konten ilegal yang terkait dengan serangan tersebut, upaya propaganda Israel mungkin terbukti lebih rumit. Komisioner Eropa yang bertugas menegakkan DSA, Thierry Breton, telah memperingatkan beberapa platform online untuk meningkatkan upaya mereka melindungi penonton muda dari konten berbahaya.  Uni Eropa juga mengingatkan CEO Google, Sundar Pichai agar sangat waspada guna memastikan bahwa YouTube menghormati DSA.

Ketika Israel meningkatkan perangnya secara online, serangan militer mereka telah merusak infrastruktur telekomunikasi di Gaza. Hal ini menyebabkan jutaan orang berada di ambang pemadaman jaringan total.

“Sulit membayangkan upaya balasan yang kuat dari kelompok pro-Palestina yang dapat menggunakan media periklanan yang sama.Ini adalah salah satu bagian dari medan perang media sosial di mana Israel mempunyai keuntungan nyata," kata Brooking.  

 

 

 
Berita Terpopuler