Kemenkes Prediksi Kasus Cacar Monyet di Indonesia Bisa Capai 3.600 Kasus

Varian cacar monyet yang ada di Indonesia merupakan varian cacar monyet yang ringan.

bayu adji p
Warga Tasikmalaya yang suspek Cacar Monyet menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD dr Soekardjo. Tampak suasana IGD RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, Ahad (1/5/2022) malam.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama para ahli epidemiologi memprediksi jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia dapat mencapai 3.600 kasus. Varian cacar monyet yang terdapat di Indonesia merupakan varian cacar monyet yang ringan.

Baca Juga

"Prediksi kami kemarin bersama para pakar epidemiolog membandingkan rate yang terjadi di Inggris. Kami prakirakan dengan populasi kunci bisa sampai 3.600 orang," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Maxi mengatakan, angka prakiraan tersebut dapat bertambah jika intervensi dan edukasi tidak berjalan dengan baik. "Paling utama adalah perilaku hidup bersih dan sehat. Jangan berhubungan seksual jika bergejala dan tentu berhubungan seksual dengan aman," ujar Maxi.

Ia menyebutkan, tingginya angka kasus pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu karena berbagai faktor, salah satunya pandemi Covid-19, di mana perjalanan antarnegara masih sangat terbatas. Berbeda dengan tahun ini, sambungnya, di mana transmisi lokal yang terjadi kali ini berawal dari beberapa kasus yang ditularkan setelah melakukan perjalanan ke luar negeri.

Maxi menyebutkan pihaknya telah mencoba mengurutkan linimasa bagaimana kasus cacar monyet dapat masuk ke Indonesia. "Kami sudah mencoba mengurutkan timeline siapa yang pertama (terinfeksi). Satu kasus probable kami lihat sejak Agustus sudah bergejala, tapi dia tidak ambil sampel dan sulit ketemu orang ini, dan sering bolak-balik ke luar negeri," tuturnya.

Maxi menyebutkan varian cacar monyet yang terdapat di Indonesia merupakan varian cacar monyet yang ringan, di mana varian ini tidak memiliki tingkat kematian yang tinggi. Meski demikian, lanjutnya, Kemenkes telah menyediakan 1.000 dosis vaksin untuk dibagikan kepada masing-masing sasaran sebanyak dua dosis.

Kemenkes juga telah berkoordinasi dengan ASEAN untuk memperoleh 2.000 dosis vaksin tambahan. Untuk itu Maxi menyebutkan keterbukaan kelompok LSL (laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki) terhadap petugas kesehatan sangat diperlukan untuk menelusuri kasus ini, agar penanganan cacar monyet menjadi lebih maksimal.

"Minimal terbuka dengan petugas kesehatan agar penanganan lebih cepat. Karena kalau terbuka, penanganan jadi lebih mudah, sehingga kasus ini tidak menjadi lebih banyak," ucap Maxi Rein Rondonuwu.

Karikatur Cacar Monyet. - (republika/daan yahya)

Maxi Rondonuwu menyebutkan saat ini terdapat 14 kasus aktif cacar monyet atau monkeypox di Indonesia. Selain sejumlah kasus yang telah terkonfirmasi tersebut, Maxi juga mengungkapkan terdapat 17 kasus negatif atau discarded, dua kasus yang masih probable, serta sembilan suspek.

"Probable artinya ada kontak dengan penderita, tetapi belum diambil sampel laboratoriumnya. Sedangkan suspek ada gejala yang sama, sudah diambil sampel, dan kita akan tunggu hasil laboratoriumnya sore atau malam ini," katanya.

Maxi juga mengemukakan karakteristik keempat belas orang yang terkonfirmasi mengidap cacar monyet. Tercatat sembilan orang berusia 25-29 tahun atau 64 persen, dan sisanya berusia 30-39 tahun, dan seluruhnya merupakan laki-laki yang tertular dan/atau menularkan melalui kontak seksual.

"Semuanya bergejala. Paling banyak memiliki lesi, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit saat menelan, nyeri otot, dan menggigil," ujarnya.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta meminta masyarakat perlu memperkuat Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap cacar monyet di Jakarta. "Kami terus mengingatkan dan mengajak seluruh masyarakat Jakarta untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dengan menerapkan PHBS untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit monkeypox," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ani Ruspitawati saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Pola hidup yang dimaksud seperti rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit. Lalu lebih bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan reproduksi dan tidak berganti-ganti pasangan.

Selain itu, Dinkes DKI juga menyebutkan pentingnya masyarakat untuk aktif melaporkan masalah-masalah kesehatan di lingkungannya yang memerlukan penanganan dan perhatian khusus dari petugas kesehatan. ​​​​​​Laporan tersebut dapat disampaikan melalui kader kesehatan, petugas Puskesmas setempat atau kanal-kanal pengaduan yang telah disediakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 

Ani menjelaskan bahwa tanda dan gejala khas monkeypox, yaitu apabila seseorang mengalami demam, nyeri tulang dan otot, lenting isi air atau luka pada kulit, adanya benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher atau lipatan paha. Penularan tersebut akibat kontak erat kulit atau gesekan kulit penderita yang terdapat di lenting atau lesi dengan kulit orang yang semula sehat sehingga menyebabkan timbulnya mikrolesi pada kulit yang memudahkan virus masuk ke tubuh seseorang.

 

Calon Nama Baru Cacar Monyet, Apa Saja? - (Reuters)

 

 
Berita Terpopuler