Cara Berdagang dan Berbisnis Ala Nabi Muhammad

Nabi Muhammad mendakwahkan kearifan Islam.

EPA/DIVYAKANT SOLANKI
Ilustrasi berdagang ala rasulullah.
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbisnis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan rezeki. Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW pun mencari rezeki dengan cara berdagang bersama pamannya, Abu Thalib dari Makkah ke negeri Syam.

Baca Juga

Dalam hadis Rasulullah SAW juga telah bersabda bahwa sembilan puluh persen rezekinya terletak pada bisnis, sedangkan sepuluh sisanya persennya adalah peternakan.

Dalam artikel The Rasulullah's Way Of Business: As The Best Example For Student, Badrah Uyuni menegaskan bahwa berbisnis menurut hukum Islam telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai panduan bagi umat Islam, agar apabila seorang pebisnis menjalankan bisnisnya sesuai dengan ajaran Islam.

Nabi Muhammad SAW berperilaku mencerminkan akhlaknya (etika). Jika seorang pelaku usaha peduli terhadap etika, maka dapat diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu menjaga kepentingan orang lain, dan sebagainya.

Strategi bisnis Rasulullah meliputi strategi operasional, strategi pemasaran, strategi sumber daya manusia, dan strategi keuangan. Prinsip beliau dalam menjalankan bisnis yang tidak pernah rugi menjadi hal yang sangat menarik untuk dipelajari, terutama dari segi permodalan.

Muhammad SAW sebagai seorang pengusaha bukanlah seorang investor yang besar, modal utamanya hanyalah amanah (al-Amin). Dengan kepercayaan yang dimilikinya, beliau dapat dengan mudah mendapatkan investor yang mau membantu usahanya karena sifatnya yang jujur dan dapat dipercaya.

Kemampuan atau kompetensinya sebagai pebisnis dan pedagang juga tidak perlu diragukan lagi. Hal ini terlihat dari betapa Nabi Muhammad mengenal dengan baik pasar-pasar atau tempat-tempat perdagangan di Jazirah Arab.

Selain itu, Nabi mengetahui berbagai kegiatan perdagangan dan perekonomian. Nabi Muhammad SAW juga menyadari dan mengharamkan praktik riba karena beliau sadar akan bahaya riba dan menganjurkan sistem jual beli yang menguntungkan.

Dengan keagungan dan keluhuran budi pekertinya, beliau juga dikenal sebagai seorang pemasar yang cerdas dan beretika. Sifat-sifat inilah yang kemudian di zaman modern ini menjadi landasan penting dalam pemasaran syariah/spiritual marketing.

Keberhasilan Nabi SAW dalam usahanya dipengaruhi oleh kerja keras yang beliau lakukan selama ini, dan Rasulullah SAW sangat profesional dalam mengatur manajemen pemasaran dalam usahanya.

Namun, landasan terpenting Nabi dalam menjalankan bisnis dan kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan perintah yang terkandung dalam Alquran.

Penyelenggaraan usaha berdasarkan Alquran, khususnya dalam jual beli, mempunyai beberapa kaidah, antara lain jika perdagangan dilakukan secara tunai, maka para pihak yang melakukan usaha tersebut harus berdasarkan keinginannya atau tanpa ada unsur paksaan.

Kehalalan usaha dan rezeki yang kita peroleh tentu menjadi hal sangat penting, karena akan membawa dampak yang sangat besar, baik bagi diri sendiri, keluarga, perusahaan, lembaga negara, maupun kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, bisnis untuk memperoleh rezeki yang halal adalah wajib hukumnya, baik halal dari segi objek, transaksi, maupun cara memperolehnya.

Sebuah bisnis bisa dikatakan halal jika sesuai dengan ketentuan syariat Allah, yaitu steril dari unsur riba (QS Al-Baqarah: 275-279), perjudian, dan minuman beralkohol (QS Al-Baqarah: 219 dan Al Maidah:90), korupsi dan kolusi (QS Al Muthaffifin: 1-5), pencurian (QS Al Maidah:38) dan lain-lain.

Cara berdagang dan berbisnis ala Nabi Muhammad SAW dapat diambil sebagai pedoman untuk menjalankan bisnis dengan etika yang baik dan keadilan. Berikut adalah beberapa prinsip dan ajaran yang bisa diambil dari kehidupan beliau:

1. Keadilan dan Kejujuran

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Nabi Muhammad SAW sangat menekankan pentingnya kejujuran dalam bisnis. Beliau bersabda bahwa seorang pedagang yang jujur akan bersama dengan para nabi, orang-orang yang syahid, dan orang-orang yang saleh di akhirat.

Oleh karena itu, dalam bisnis, hendaknya umat Islam selalu berpegang pada prinsip kejujuran, termasuk dalam penawaran, harga, dan kualitas barang.

2. Tawar Menawar yang Adil

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan tawar-menawar yang adil dalam berdagang. Karena, sebaik-baiknya transaksi adalah yang membuat kedua belah pihak merasa puas. Ini menekankan pentingnya mencapai kesepakatan yang adil bagi kedua belah pihak dalam transaksi.

3. Hindari Riba

Nabi Muhammad SAW melarang riba atau bunga dalam transaksi bisnis. Ini berarti umat Islam sebaiknya menjauhi praktik-praktik keuangan yang melibatkan bunga atau riba dalam bisnis. 

4. Zakat

Nabi Muhammad SAW juga mendorong umatnya untuk memberikan zakat, atau sumbangan amal, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial. Jika sukses dalam bisnis, berikan sebagian dari penghasilanmu kepada yang membutuhkan. 

5. Etika dalam Berdagang

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Nabi Muhammad SAW selalu menekankan perlunya etika yang baik dalam berdagang. Ini mencakup tidak menipu, tidak mencuri, dan tidak mengeksploitasi orang lain dalam bisnis.

6. Jangan Mencari Keuntungan yang Haram

Hindari mencari keuntungan dari praktik-praktik yang diharamkan oleh agama, seperti alkohol, judi, atau bisnis yang merugikan masyarakat.

7. Berdoa dan Bertawakkal

Jangan lupa untuk selalu berdoa dan bertawakkal (berserah diri kepada Allah) dalam berbisnis dan berdagang. Percayalah bahwa kesuksesan akhirnya berasal dari Allah. 

 

Dengan menjalankan bisnis yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan keadilan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, umat Islam akan dapat menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat serta mencapai keberkahan dalam usahanya.

 
Berita Terpopuler