Ayat Alquran Tentang Larangan Menggunjing Orang Lain

Bahkan menggunjing aib maksiat orang lain hukumnya dosa.

pxhere
Ilustrasi Bergunjing Ibarat Memakan Daging Saudara Sendiri. Ilustrasi ghibah
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggunjing seorang Muslim sama saja dengan membuka aib orang tersebut karena dalam menggunjing, umumnya yang dibicarakan adalah tentang keburukan orang tersebut. Sementara itu, Islam memerintahkan setiap muslim supaya menutup aib, baik aib diri sendiri maupun aib orang lain.

Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka. Barang siapa mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang dintip Allah akan aibnya, niscaya Allah akan membuka aibnya, meskipun dirahasiakan di lubang kendaraan." (HR. Tirmidzi).

Dalam buku Para Musuh Allah, Golongan Manusia yang Menjadi Musuh Allah di Akhirat karya Rizem Aizid mengatakan, Allah Swt akan membuka aib hamba-Nya yang gemar menggunjing (membuka aib) saudaranya. Ketika Dia telah membuka aib hamba-Nya, tidak akan ada tempat sekecil apa pun di muka bumi yang dapat digunakan sebagai tempat menyembunyikan aib tersebut. Oleh karena itu, Islam melarang muslim membeberkan aib saudaranya sesama muslim.

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw. juga bersabda, "Setiap umatku dimaafkan, kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan, termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata, Wahai Fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu. Padahal, Allah telah menutup aibnya itu dan di pagi harinya. Ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR Bukhari Muslim)

Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim).

Ada dua jenis aib dalam Islam, yaitu aib khalqiyah dan aib maksiat. Aib khaliyah adalah aib yang sifatnya qudrati, dan bukan termasuk perbuatan maksiat.

Baca Juga

Contohnya adalah cacat fisik, cacat bawaan (sejak lahir). Sedangkan aib maksiat adalah perbuatan maksiat yang dilakukan oleh seorang muslim, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Aib maksiat...

Aib maksiat, khususnya yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, terbagi menjadi dua. Yaitu, yang berhubungan dengan Allah Swt dan yang berhubungan dengan sesama manusia. Aib maksiat yang berhubungan dengan Allah Swt., seperti minum khamar, berzina, dan segala bentuk larangan-Nya yang lain.

Adapun aib maksiat yang berhubungan dengan sesama manusia adalah perbuatan tidak terpuji yang merugikan orang lain. Contohnya adalah korupsi, mempermalukan orang lain, dan beragam jenis perbuatan keji lainnya.

Ketika mengetahui orang lain melakukan aib maksiat atau menyandang aib khaliyah, kita tidak boleh membeberkan dengan tujuan merendahkannya. Misalnya, ketika ada tetangga baru di kompleks rumah Anda yang memiliki cacat fisik, kemudian Anda dan rekan-rekan Anda menggunjingkan kondisi fisik tetangga Anda tersebut, maka hal tersebut sama saja dengan membuka aibnya.

Meskipun faktanya tetangga Anda memang cacat secara fisik, membicarakan kecacatannya hanya akan mendatangkan laknat Allah Swt bagi Anda. Tidak berlebihan apabila mayoritas ulama menerangkan bahwa menyebarkan air khalqiyah, berarti menghina Allah swt sebagai seorang pencipta. Bahkan menggunjing aib maksiat orang lain hukumnya dosa.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka (menggunjing), sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Dan, jangalah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain. Apakah ada di antara kamu yang senang memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang" (QS. al-Hujuraat ayat 12).

Betapa menjijikkannya perbuatan menggunjing. Allah Swt. sampai mengibaratkan perbuatan menggunjing seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Firman Allah Swt. tersebut memang secara khusus diturunkan sebagai peringatan bagi orang yang senang menggunjing.

Di sebuah riwayat disebutkan...

Di sebuah riwayat disebutkan, ada sebagian orang yang menggunjingkan sahabat Rasulullah Saw dari Persia, yaitu Salman al-Farisi. Mereka membicarakan kebiasaan unik Salman, yaitu tidur dan mendengkur setelah makan. Akibat dari perilaku sebagian orang yang senang menggunjingkan sahabat rasulullah saw tersebut, turunlah ayat 12 surat Al-Hujarat.

Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Kami pernah berada di tempat Nabi Saw tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri meninggalkan majelis, kemudian seorang laki-laki lain menggunjingnya sesudah dia tidak ada, Nabi Saw pun berkata kepada laki-laki itu, 'Bersihkanlah gigimu!' Orang itu bertanya, Mengapa harus membersikan gigi, sedangkan saya tidak makan daging?' Maka, kata Nabi,” ‘Sesungguhnya engkau telah makan daging saudaramu." (HR. Thabrani).

Hukum menggunjing dalam Islam lebih berat dari perumpamaan memakan daging saudara sendiri. Orang yang gemar menggunjing dosanya lebih berat daripada tiga puluh orang pezina.

Dari Anas bin Malik Ra., Rasulullah Saw. bersabda, "Ketika saya dimirajkan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya, 'Siapakah mereka ini, wahai Jibril?' Jibril menjawab, Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (menggunjing) dan melecehkan kehormatan mereka." (HR. Abu Dawud).

Allah Swt. juga menerangkan hukuman bagi orang yang gemar menggunjing dalam firman-Nya: "Sesungguhnya, orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan, Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nuur ayat 19).

 
Berita Terpopuler