Pengamat Sebut Prabowo Pilih Gibran Sebagai Keputusan Blunder

Pengamat sebut Prabowo memilih Gibran sebagai keputusan blunder berujung kekalahan.

ANTARA FOTO/Fransisco Carolio
Baliho bergambar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Pengamat sebut Prabowo memilih Gibran sebagai keputusan blunder berujung kekalahan.
Rep: Fauziah Mursid Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai keputusan Bakal calon presiden Prabowo Subianto yang menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai langkah penuh risiko. Dedi menilai, keputusan ini bisa menjadi blunder yang memungkinkan Prabowo kembali menelan kekalahan pada Pemilihan Presiden 2024.

Baca Juga

"Bisa saja bagi Prabowo keputusan ini biasa mengingat ia adalah militer, terbiasa dengan keberanian ambil risiko dalam memutuskan, tetapi dalam situasi politis, ini bisa sebagai blunder yang memungkinkan Prabowo telan kekalahan, bahkan kekalahan yang lebih buruk dari 2019," ujar Dedi dalam keterangannya, Senin (23/10/2023).

Dedi mengatakan, kekalahan yang menghantui Prabowo di Pilpres 2024 ini bisa disebabkan dari kepercayaan publik khususnya pendukungnya di Pemilu lalu. Prabowo akan dianggap melanggengkan politik dinasti dari Joko Widodo.

Prabowo juga akan dinilai tokoh yang tidak mengutamakan kapasitas dalam memilih pendampingnya...

"Langkah Prabowo ini melainkan demi mendapat sokongan Jokowi yang mungkin saja ia bayangkan bisa kerahkan kekuasaan untuk memenangkan Prabowo. Situasi ini bisa membuat Prabowo kehilangan kepercayaan publik," ujar Dedi.

Kondisi ini ditambah dengan cap pengkhianat Jokowi dari PDIP yang bisa berpengaruh pada penilaian ke Jokowi. Alih-alih mengambil suara PDIP ke Prabowo, Jokowi diprediksi gagal membawa gerbong PDIP memilih Prabowo.

"Dari sisi Jokowi, sematan pengkhianat dari PDIP bisa membuat Ganjar panen simpati karena berperan sebagai tokoh terdzalimi, Jokowi diprediksi gagal membawa gerbong PDIP ke Prabowo," ujarnya.

Karenanya, Dedi menilai kondisi ini harus diantisipasi Prabowo dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM). Sebab, jika sentimen dan kepercayaan publik terus melemah maka Prabowo harus siap menerima kekalahan kembali di Pilpres kali ini.

 

"Prabowo harus segera menyiapkan diri untuk mendapat kekalahan kembali," katanya.

 
Berita Terpopuler