MER-C Indonesia Berhasil Kirim Bantuan ke Gaza

Stok bahan pangan dan bahan bakar semakin menipis Gaza.

AP Photo/Abed Khaled
Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat meninggalkan rumah sakit al-Ahli, yang mereka gunakan sebagai tempat berlindung, di Kota Gaza, Rabu, (18/10/2023).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah gempuran bom dan konflik yang memanas di Gaza, MER-C Indonesia membawa sebuah kabar baik. Tim yang ditugaskan disebut telah berhasil mengirimkan bantuan ke Tanah Al-Quds.

"Alhamdulillah di tengah serangan Israel yang masih terus dilancarkan terhadap Jalur Gaza, tim MER-C di Gaza pada Kamis/19 Oktober 2023 sudah bisa menyalurkan bantuan tahap awal dari rakyat Indonesia ke RS Indonesia," tulis mereka dalam akun resmi X, dikutip Republika.co.id, Jumat (20/10/2023).

Bantuan yang dimaksud ini berupa obat-obatan, makanan untuk tenaga medis, serta baju untuk tenaga medis yang bertugas di RS Indonesia. Di hari Jumat ini, tim juga menyampaikan rencananya untuk bergerilya kembali mencari bantuan lainnya. Salah satu yang dibutuhkan adalah bahan bakar untuk genset RS Indonesia, guna menjamin ketersediaan listrik di RSI.

Tim tersebut juga disampaikan akan mencari bantuan sembako untuk masyarakat Gaza. Saat ini, banyak di antara mereka yang memilih mengungsi di sekitar area RS Indonesia.

"Sementara stok bahan pangan dan bahan bakar memang semakin menipis dan sulit di Jalur Gaza," lanjut MER-C Indonesia

Dalam unggahan tersebut, MER-C juga menyampaikan belum bisa mengirimkan dokumentasi penyaluran bantuan. Hal ini dikarenakan matinya jaringan Wi-Fi/internet di lokasi RSI tempat relawan berada.

Sebelumnya, MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad dalam konferensi pers awal bulan ini menyebut RS Indonesia di Gaza menerima gelombang luar biasa korban akibat serangan israel. Akibat membeludaknya korban, RS Indonesia mengalami kesulitan melakukan pengobatan dan operasi.

Baca Juga

Sejumlah alat kesehatan...

Sejumlah alat kesehatan, seperti obat bius dan instrumen bedah lainnya, ketersediannya semakin menipis. Bukan hanya itu, jumlah korban yang semakin bertambah membuat dokter yang tersedia kelelahan, menimbulkan hal yang tidak baik bagi korban dan dokter tersebut.

"MER-C memandang perlu untuk mengirimkan tim bedah dan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina. Kami akan berkoordinasi dengan Kemenlu dan Pemerintah RI di Kairo, agar memfasilitasi tim ke Gaza," ucap Sarbini saat itu.

Adapun bantuan untuk rakyat Gaza, Palestina, juga berdatangan dari berbagai belahan dunia. Negara-negara Teluk Arab telah memperbarui komitmen mereka terhadap penyelesaian konflik Israel-Palestina, yang berlangsung selama beberapa dekade. Mereka menjanjikan bantuan jutaan dolar untuk upaya bantuan tersebut.

Pada Senin (16/10/2023), Arab Saudi mengumumkan akan menyumbangkan tambahan 2 juta dolar AS kepada UNRWA. Uang tersebut diserahkan kepada komisaris jenderal UNRWA Philippe Lazzarini, oleh duta besar Saudi untuk Yordania Naif Al-Sudairi. Penyerahan bantuan dilakukan di Kedutaan Besar Saudi di Amman pada Ahad (15/10/2023).

Menanggapi krisis yang kini terjadi di Gaza, UEA telah meluncurkan kampanye yang disebut Tarahum atau “belas kasih” dalam bahasa Arab. Program ini dibuat untuk membantu warga sipil yang rentan, khususnya satu juta anak-anak yang merupakan hampir setengah dari populasi Gaza.

Diawasi oleh Bulan Sabit Merah Emirat, UEA menyerukan sumbangan dan sukarelawan, dengan pusat bantuan pertama didirikan di Terminal Kapal Pesiar Abu Dhabi. Menurut kantor berita negara, sebuah pesawat yang membawa pasokan medis telah dikirim ke kota El-Arish di Mesir, sebelum transit ke perbatasan Rafah.

Perdana Menteri UEA Mohammed bin Rashid Al-Maktoum juga telah mengarahkan penyediaan bantuan kemanusiaan senilai 20 juta dolar AS kepada rakyat Palestina. Qatar juga telah melakukan upaya bantuannya sendiri, dengan mengerahkan sebuah pesawat menuju El-Arish yang membawa 37 ton makanan dan bantuan medis. Bantuan tersebut disediakan oleh Dana Pembangunan Qatar di bawah arahan Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani.

“Bantuan ini merupakan bagian dari dukungan penuh Negara Qatar terhadap persaudaraan rakyat Palestina di tengah sulitnya kondisi kemanusiaan akibat bombardir Israel di Jalur Gaza,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar dalam pernyataannya.

Sejak Hamas melancarkan serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober, Gaza berada di bawah embargo ketat Israel. Sejumlah kebutuhan seperti makanan, air, obat-obatan dan listrik dirampas dari masyarakat yang berjumlah 2,2 juta penduduk.

Tidak hanya itu, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza segera mati karena kekurangan bahan bakar. Menurut PBB, rumah sakit di Jalur Gaza sebagai tempat ribuan warga sipil berlindung, diperkirakan akan kehabisan bahan bakar generator dalam beberapa hari, sehingga membahayakan nyawa pasien.

Pengepungan tersebut, ditambah dengan penutupan pintu penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir, menyebabkan lembaga bantuan kemanusiaan tidak dapat menyalurkan bantuan. Lebih dari 200 truk dan sekitar 3.000 ton bantuan dilaporkan telah berjaga di atau dekat penyeberangan Rafah, satu-satunya penghubung Gaza ke Mesir. Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan bahwa kecuali air dan bahan bakar dikirim segera, penduduk Gaza bisa berada dalam bahaya epidemi dan kematian.

 
Berita Terpopuler